Mohon tunggu...
Hernawan Khotibul Umam
Hernawan Khotibul Umam Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Alumni IKIP PGRI Semarang angkatan 2002. Sekarang mengajar di SMA Negeri 1 Batang Kawa, Lamandau, Kalimantan Tengah. Penulis Buku "Dear My Friends, Good Morning" Pergulatan Guru di Pedalaman Kalimantan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajak Siswa Memahami Wawasan Wiyatamandala Melalui Permainan

13 November 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:39 5757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seiring dengan semangat penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah dan guru harus mandiri dalam pengelolaan sekolah. Kemandirian di sini berarti kewenangan mengatur, mengarahkan dan membuat program sekolah. Tidak seperti era sentralisasi yang mengatur segala hal dari konsep sampai ke teknis. Contoh kecil, program penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) bagi siswa sekolah lanjutan (SLTP dan SLTA). Pemerintah mengatur dan menyiapkan konsep sampai teknis men-detail seperti materi penataran. Era sekarang ini sekolah lah yang harus merencanakan dan melaksanakan program yang serupa.

Materi yang wajib disampaikan kepada siswa minimal Wawasan Wiyatamandala. Tujuannya agar siswa dapat berperan aktif dalam meningkatkan fungsi sekolah sebagai lingkungan pendidikan. Tilikan ringan arti Wawasan Wiyatamandala, merupakan cara pandang kalangan pendidikan pada umumnya dan perangkat atau warga sekolah pada khususnya tentang keberadaan sekolah sebagai pengemban tugas pendidikan di tengah lingkungan masyarakat yang membutuhkan pendidikan. Oleh karena itu, Wawasan Wiyatamandala mempunyai makna yang sangat dalam dan strategis.

Tugas penyelenggaraan pendidikan tidak mungkin sepenuhnya menjadi tanggung jawab satuan pendidikan (baca: sekolah). Sekolah dan masyarakat atau pranata pendidikan dan pranata-pranata sosial yang lain harus saling menghargai dan menjalin hubungan yang harmonis karena diantaranya terdapat korelasi saling membutuhkan dan mempengaruhi. Elemen yang berkorelasi paling dekat dan langsung adalah sekolah dengan siswa.

Berkaca dari pengalaman saya mengadakan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), menghadapi siswa baru yang masih perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Perlu pendekatan yang dapat dijangkau mereka akan konsepsi Wawasan Wiayatamandala berikut materi-materi penjelas. Semisal tata krama siswa dan program serta cara belajar. Pendekatan yang dapat dipilih yakni melalui permainan disertai bahan diskusi.

Dengan kerendahan hati, saya adopsi dan adaptasi permainan yang terdapat dalam buku “Terbang dengan Dua Sayap Sukses Pelatihan Budi Pekerti” (Grasindo, 2001). Menyesuaikan tahapan pemahaman siswa, saya memilih permainan yang bernama “Bahasa Foto”. Nilai yang terkandung di dalamnya berupa pengenalan diri dan minat. Harapannya, siswa memiliki proyeksi diri berupa gambaran cita-cita.

Peralatan yang diperlukan dalam menerapkan permainan ini sangat sederhana. Berupa foto-foto atau potongan gambar dari koran/majalah yang dapat diidentifikasikan dengan diri (bisa berupa foto artis, atlet, tokoh nasional/dunia, atau orang-orang sukses di bidangnya). Semua foto diletakkan di atas meja. Sedangkan batasan waktunya 15-20 menit.

Beranjak ke tahapan langkah-langkah permainan ini, pertama, peserta didik membentuk kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang (disesuaikan dengan jumlah siswa); kedua, foto-foto yang disiapkan diletakkan di atas meja; ketiga, peserta didik diminta untuk memilih satu foto yang ada di atas meja yang dapat mengidentifikasikan dirinya selama tiga sampai lima menit (dikerjakan dalam suasana tenang); keempat, jika sudah memilih, peserta didik masuk dalam kelompok. Setiap orang menunjukkan foto yang telah mereka pilih itu kemudian dihubungkan dengan pribadi mereka; dan kelima, setelah selesai peserta didik kembali ke kelompok.

Di akhir permainan, pemandu melemparkan pertanyaan reflektif. Misalnya fakta selama peserta didik memilih foto yang dikehendaki. Pemandu dapat menanyakan kesulitan apa yang peserta didik alami, bisa juga apakah peserta didik mengalami kebingungan menentukan pilihan. Mengenai nilai yang terkandung dari permainan ini bagaimana siswa mengungkapkan konsepnya sendiri akan proyeksi masa depan dengan memilih foto sosok idamannya. Bisa juga ditambahkan deskripsi tentang sosok idaman pilihan siswa (pilih beberapa saja). Misalnya seorang siswa memilih foto Sherina Munaf, pemandu meminta alasan mengapa ia memilih foto itu. Selanjutnya dihubungkan dengan pribadi si siswa dan usaha apa yang harus dilakukannya agar mencapai cita-cita seperti Sherina Munaf.

Sekali lagi, pengalaman ini tidak bermaksud menggurui. Semoga bermanfaat. Selamat menjalankan tugas kepada seluruh guru di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun