Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Orang (Bisa) Merasa Tidak Bahagia?

31 Juli 2019   00:18 Diperbarui: 31 Juli 2019   23:17 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebahagiaan. (pixabay/Anemone123)

Intinya, tidak sepatutnya kita menganggap apa yang baik itu tidak pernah ada! Kesusahan, masalah, kekurangan, ketidakadaan, keburukan, berbagai derita, bahkan sakit penyakit, itu hanyalah bagian dari hidup kita bukan keseluruhan dari hidup.

Demikian juga, bahagia itu tidak mengecilkan yang ada dan tidak membesarkan yang tidak ada yang bukan milik kita. Rasa bahagia tidak memandang apa yang belum ada lebih berharga dari apa yang sudah ada. Tidak memandang apa yang tidak ada lebih berarti dari yang ada. Rasa bahagia mensyukuri yang ada. Rasa bahagia itu menghargai yang ada.

Ada peribahasa berkata: "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Arti peribahasa itu mengandung pengertian bahwa satu kesalahan berdampak lebih besar dari kesalahan itu sendiri.

Peribahasa itu saya pinjam di sini dengan pengertian lain untuk konteks rasa bahagia, yakni, bahwa jika kita hanya melihat satu titik noda, dan hanya noda itu saja yang menjadi perhatian kita, maka seluruh yang putih seolah tidak ada bahkan seakan tidak pernah ada di situ.

Ketika kita hanya melihat keburukan semata, maka semua yang baik seolah tidak ada bahkan seolah tidak pernah ada. Jika kita hanya melihat yang tidak ada, maka semua yang ada pun seolah tidak ada.

Melihat noda semata merusak seluruh yang baik. Tak ada lagi kebaikan seolah semua buruk adanya. Memandang yang tidak ada membuat yang ada seolah tidak berarti.

Kita tidak akan pernah tahu apa itu bahagia bila kita hanya melihat apa yang tidak ada atau belum ada. Kita tidak akan pernah tahu apa itu bahagia bila kita memandang hanya apa yang buruk semata.

Temukanlah yang baik dan pandanglah itu! Jangan biarkan pandangan kita terpaku pada yang buruk. Juga, lihatlah yang ada bukan yang tidak ada dan bersyukurlah!

Hanya dengan mensyukuri apa yang ada, bahagia itu tetap ada, sekalipun apa yang ada itu adalah kecil atau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang ada pada orang lain. 

Kebahagiaan setiap orang tidak diukur dari kebahagiaan orang lain sebagaimana rasa bahagia itu tidak datang dari orang lain. Rasa bahagia itu terbit dari hati yang bersyukur. Di mana ada rasa syukur, di situ ada rasa bahagia.

Mengapa seseorang merasa tidak bahagia? Mungkin, karena dia hanya melihat yang tidak ada dan yang buruk semata.

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun