Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Tanpa Gaji

23 September 2018   19:13 Diperbarui: 29 Januari 2019   23:09 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri_AWomanInBangkok

Gambar tajuk menunjukkan seorang perempuan yang sedang tidur di emperan toko di Bangkok Thailand.

Saya mencari-cari kalau ada kaleng kecil atau apapun serupa tempat menaruh uang kalau-kalau ia seorang pengemis. Tidak ada. Hanya ada gelas berisi botol kecil air mineral dan segelas minuman dingin yang tampak setengah sudah diminum. 

Mungkin ia bukan pengemis. Apakah ia gila? Tidak tahu. Tidak ada orang di sekitar tempat itu untuk bertanya. Hanya ada orang-orang yang sedang lalu-lalang seperti halnya saya yang hanya melintas di situ.

Ingin menyelipkan sesuatu di bawah tas putih alas kepalanya. Akan tetapi saya kuatir, ia kaget dan salah paham yakni mengira saya hendak bermaksud jahat kepadanya. Kalau ia tidak gila, bisa saya ajak ngobrol. Namun, kalau gila, ceritanya bisa berbeda.

Apalagi di sini umumnya orang tidak begitu memahami bahasa Inggris. Saya kuatir maksud saya bisa salah dipahami apalagi saya tidak tahu mengapa ia tidur di situ. Tak dapat berbuat apa. Hanya sebaris doa untuknya, "Tuhan, kasihanilah", sebelum saya meninggalkannya.

Banyak orang yang hidupnya seperti ini. Di Indonesia juga tidak kalah banyak. Tak bermaksud mengecilkan apalagi merendahkan, tetapi dari fakta kehidupan seperti ini makin membuat saya bersyukur atas apapun keberadaan hidup saya.

Memilih pelayanan umum beresiko hidup tanpa gaji. Pelayanan umum adalah pelayanan lintas gereja. Otomatis tidak bergaji lagi seperti dulu saat saya masih fokus di satu jemaat. Dari pelayanan freelance itulah ada saja berkat Tuhan yang mencukupkan keperluan hidup saya.

Burung di udara pun Ia pelihara apalagi kita manusia. Itu terbukti nyata di hidup saya. Saya di Bangkok ini saja, satu rupiah pun bukan uang saya sendiri. How come? Karena Tuhan ada. 

Lihatlah ibu di foto itu! Lihatlah mereka di jalan yang kita lewati setiap hari! Ada yang mengemis, ada yang menjajakan jualan di terik panas dan derai hujan, ada yang berjalan tak tentu arah tanpa menyadari dirinya lagi, ada yang tidur di jembatan, di bawah kolong jembatan, di emperan toko, dan sebagainya. 

Apakah kita juga seperti itu untuk hidup?

Harusnya kita tidak lebih kuatir dari mereka. Harusnya kita lebih bersyukur bahwa walau hidup ini penuh dengan banyak kesusahan, kesulitan dan penderitaan, tetapi kita tidak sampai harus hidup sekeras mereka berjuang untuk tetap hidup.

Dan, jika Anda bergaji, harusnya Anda tidak lebih kuatir dari saya yang tidak bergaji. Setidaknya, bila hari ini tak ada uang, itu akan ada di bulan depan saat gajian, bukan? :-)

Berbeda dengan saya, yang ekonomi lemah lembut ini :-D, ada atau tidak ada uang di esok hari, saya tidak tahu. Saya serahkan saja kepada Tuhan. Dan, Ia buktikan bahwa bila kita percaya Ia ada, Ia ada!! Hidup saya adalah bukti kebenaran Allah itu ada.

Saya yang tidak ada gaji saja, hidup! Apalagi Anda yang bergaji. Iya kaan? :-)

Jadi, janganlah kuatir apalagi mengeluh. Jika berharap pada gaji, memang hanya akan mendapatkan gaji. Akan tetapi, bila berharap kepada Allah, maka akan mendapatkan lebih dari gaji!

Kerjalah. Namun, jangan mengandalkan pekerjaan, manusia, uang, atau apapun. Semua itu tidak memberi jaminan hidup. Andalkanlah Allah. Allah-lah yang menjamin hidup kita. 

Allah punya banyak cara untuk memelihara hidup kita. Ia punya banyak cara untuk memberi jalan bagi kehidupan. Tidak ada yang mustahil bagi Dia, jika Anda percaya. Semua boleh tidak ada, tapi percayalah, Yang Mahakuasa, Pencipta kita, tetap ada bagi kita.

Karena itu, di langit pun kita berada, jangan lupakan bahwa kita hanya debu dan akan kembali menjadi debu. Tetaplah menjadi manusia saja yang sama dengan manusia lainnya dan sama-sama memerlukan Allah. Dan, Ia akan membuktikan: Ia ada. 

Namun, mengapa mereka yang sudah punya segalanya masih korupsi?! 

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun