Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Corona, Oh Corona

31 Januari 2020   02:31 Diperbarui: 11 Juni 2020   13:55 48233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: ANTARA FOTO

            "Tahu dari mana , kalau kampung kita diazab?" tanya pak Burhan.

            "Lah, lihat di berita di Cina yang korbannya banyak itu karena di azab."

            "Kalau begitu kita harus bertobat dan mohon ampun ."

            "Nah, itu betul kita harus berdoa siang malam di mesjid untuk melepaskan kiat dari azab,"celetuk pak Soleh. Setiap hari mesjid jadi ramai dengan warga yang berdoa aagr musibah yang menimpa desanya cepat berlalu. Dan semakin banyak yang batuk dan mulai menular satu sama lainnya. Warga mulai resah. Doa yang dipanjatkan tak pernah putus, terrus menerus . gantian satu dengan yang lainnya. Tapi azabnya belum dicabut dan malah semakin banyak yang diisolasi.

Sampai hanya tingal sedikit orang yang tak terkena batuk. Dan mereka harus mengambil tindakan agar tidak semua warga terkena. Bakal banyak kematian. Pak Burhan dan pak Dede mendatngi puskesmas yang cukup jauh dari desa. Dan mereka minta pertolongan pada petugas di sana.

            "Pak, di sinia gak ada virus corona yang menyebar,"tukas petugas puskesmas


            "Pak, percaya di desa kami, hampir semua sudah kena. Gejalanya sama dengan yang terkena corona.,"tukas Pak Burhan. Petugas puskesmas saling pandang tak percaya. Masa ada sampai hampir seluruh warga terkena corona, sedangkan dari pemerintah belum ada peringatan apa-apa. Tapi kedua warga ini bersikeras kalau di desanya terkena wabah corona. Untuk itu petugas puskesmas akhirnya mengikuti mereka. Dan hasil pemeriksaaan mereka, warga tak terkena corona. Ini hanya batuk dan demam biasa saja.

            "Bapak , kata siapa kalau ini terkena corona?" tanya petugas. Pak Burhan dan pak Dede saling pandang. Mereka gak tahu awalnya apa yang menyebabkan mereka jadi panik. Siapa yang memberitahu duluan tak ada yang tahu. Semua begitu saja terlontar karena ketidaktahuan saja, hanay mendengar dan membaca sekilas saja.

            "Hati-hati pak, jangan sembarangan bilang ini karena virus corona. Karena semua harus diperiksa lebih teliti dulu. Ini hanya batuk biasa "

            "Nah, kalau gini warga semua kan yang  rugi jadinya,"tukas petugas puskesmas sambil bergegas pergi. Gara-gara Corona semua jadi panik. Nah, masih percaya corona sudah menyebar luas di desa ini? Hoax

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun