Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kiblat Rindu: Kamu

20 Januari 2016   14:22 Diperbarui: 20 Januari 2016   14:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Teater retakankata"][/caption]1/
masih adakah yang mesti
didebatkan?
cinta butuh kita
untuk saling menguatkan.

2/
dini hari tadi,
kantuk sudah bergelantung
di ujung mata;
menunggu pelukmu datang
dengan mesra.

3/
akhirnya kita tahu cara bahagia,
biar sederhana,
asal tetap bersama.

4/
Tuhan mencipta hujan berpasangan
dengan kesedihan.
sedang ingatan, menjadi payungnya.

5/
satu waktu kamu hilang
dalam tubuh hujan,
tapi hangat pelukmu tertinggal
dan tak kunjung lekang.

6/
kantuk adalah kutukan
bagi perindu.
maka ia seduh kopi
dari matanya sendiri.

7/
kita dicipta berpasangan
itu kenapa, ciuman
bisa sedikit meredam kesedihan.

8/
setelah kamu,
mati,
dan tak ada lagi.

9/
kita pernah mendengar jerit daun
yang tanggal saat hujan.
jerit yang memilukan. lalu,
kita berpelukan dan tak ingin
dipisahkan.

10/
kamu pernah mengadu
: suatu waktu diganggu sepi.
saya minta maaf dan berjanji
tak lagi mengulangi.

11/
kiblat rindu itu kamu.

Perpustakaan Teras Baca, 20 Januari 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun