Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Ada Orek Hari Ini

18 Juni 2018   11:53 Diperbarui: 18 Juni 2018   19:13 2182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tak adeu oreg, telor dadar and sayur tahu di etalase warteg. (Dok. Pribadi)

Tilaria Padika benar: lebaran hari kedua akan tanpa ketupat opor ayam. Meski di rumah Gomah tidak memasak opor ayam, tentu saja, karena saya yang tidak suka, tapi kudapan lainnya sudah ludes sejak hari pertama lebaran.

Ketupat, sayur godog pepaya, daging asam-manis, rendang dan usus-ati-ampela --yang entah namanya apa-- sehingga berwarna hitam sudah Gomah masak sejak subuh hari terakhir puasa. Buka puasa pun akhirnya tidak lagi dengan gorengan, tapi yang Gomah masak tadi.

Ewok dan Buluk juga sempat mencoba. Meski sedikit karena... mungkin malu karena siangnya tidak puasa. Tidak tahu juga. Tapi saya, dengan penuh lahap, menuntaskan sepiring ketupat, sayur godog dan usus tadi. Kenyang dan pedas.

Tinggal menunggu keputusan sidang isbat, semua masakan Gomah tinggal dibagikan ke tetangga. Sudah menjadi kebiasaan: setiap lebaran Gomah akan bagi-bagi masakan.

Namun romantika ketupat hanya bertahan di hari pertama lebaran. Malam. Besoknya semua sudah ludes. Tidak menyisakan barang satu potong ketupatpun di meja makan. Untunglah Richeese tetap buka. Maka terselamatkan perut kami sekeluarga.

***

Peang berlibur ke Bandung. Juga Gopah, Gomah dan Gomba. Ditinggalnya saya sendiri di rumah karena mesti kerja --walau dari rumah. Lemari makanan tertinggal mi instan dalam banyak bentuk: yang di gelas, yang direbus dan yang sangat pedas.

Matahari terasa begitu terik. Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi pedahal. Tidak ada siapa-siapa di rumah, kecuali saya, tentu saja. Kemudian ada tamu yang datang: lapar.

Tidak mandi tidak apa-apa. Lapar tidak mewajibkan itu. Saya keluar mencari warteg yang buka. Tidak ada.

Saya buka lemari makanan. Sejauh mata memandang hanya mi instan yang tertidur pulas minta dibangunkan. Saya urungkan untuk menyeduhnya. Masa ketemu lagi sama rendang walau dalam wujud mi instan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun