Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Kampung Cina di Bumi Pasundan

27 Maret 2017   16:20 Diperbarui: 30 Maret 2017   03:00 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan Kampung Cina, terdapat tulisan Gerbang Kemakmuran.

Keragaman budaya di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakatnya. Terdapat banyak wisata budaya yang ada di bumi pertiwi. Salah satunya adalah wisata budaya yang terdapat di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor yaitu Kampung Cina Kota Wisata. Jika dilihat sepintas, tempat ini hanya jajaran pertokoan yang menjual pernak-pernik. Hampir setiap akhir pekan, tempat ini dipenuhi oleh para pengunjung.

Satu hal yang menjadi daya tarik pengunjung adalah gaya bangunan khas Tionghoa. Desain bangunannya membuat pengunjung merasakan suasana di Negeri Tirai Bambu. Bangunan dicat dengan warna merah khas dari Cina. Ketika memasuki tempat ini, pengunjung akan disuguhi pemandangan gerbang yang bertuliskan Gerbang Kemakmuran. Tulisan tersebut menjelaskan bagaimana kegiatan komersil di Kamung Cina membawa kemakmuran bagi pedagang yang berjualan dan pengunjung yang datang. Ada pula beberapa patung naga yang menambah pesona budaya khas Tionghoa pada bagian pintu masuk Kampung Cina, terdapat pula sebuah gapura diatasnya.

Menurut Ci Ayung (54 tahun) Kampung Cina yang didirikan sejak tahun 2002, awalnya diperuntukkan kepada masyarakat yang tinggal di Kota Wisata. Seiring berjalannya waktu, pengunjung yang datang ke Kampung Cina bukan hanya penghuni Kota Wisata, tetapi berasal dari berbagai daerah di sekitar Gunung Putri. Ada pula pengunjung yang berasal dari luar Jakarta, bahkan dari luar Pulau Jawa. Pengunjung yang datang berkunjung biasanya untuk membeli pernak-pernik dan makanan khas Tionghoa yang sudah jarang ditemukan di pasar.

Ada hal yang menarik dari keberadaan Kampung Cina yang secara geografis terletak pada salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor. Bagi orang yang pertama kali mendengar nama Kampung Cina akan berpikiran bahwa Kampung Cina adalah nama tempat yang penduduknya didominasi oleh orang-orang suku Tionghoa. Pada kenyataannya, tempat ini didominasi oleh penduduk pribumi. ada yang berasal dari suku Betawi, Jawa, dan Sunda. Para karyawan yang menjajakan dagangannya di kios-kios kebanyakan berasal dari suku Sunda. Hanya ada beberapa toko yang dijaga oleh orang suku Tionghoa.

Ci Ayung, seorang suku Tionghoa yang sedang memantau karyawannya bekerja adalah pemilik beberapa toko di Kampung Cina. Ci Ayung berpendapat, mempekerjakan masyarakat asli akan mempermudah dirinya mengontrol para karyawan. Karyawan Ci Ayung hampir semuanya berasal dari suku Sunda, ada yang berasal dari Bogor, ada pula yang berasal dari Sukabumi. “Orang-orangnya ramah ya, kepada pelanggan juga ramah. Datangnya juga tepat waktu, karna tinggalnya kan dekat sini ya”, kata Ci Ayung dengan aksen Tionghoa. Selain itu, hal yang dilakukan Ci Ayung juga untuk menghargai penduduk asli tempatnya mencari nafkah.

Selain berjualan pernak-pernik dan makanan khas Tionghoa, banyak pula pedagang yang menjual jajanan di sekitar Kampung Cina. Salah satunya adalah Setiadi (60 tahun). Menurutnya, keberadaan Kampung Cina menjadi kebahagiaan tersendiri bagi dirinya. Beliau memperoleh penghasilan untuk menafkahi keluarganya dengan berjualan makanan kepada para pelancong. “Kalau hari biasa, bukan saat perayaan imlek ya neng ya rata-rata pengunjungnya teh orang Sunda, Jawa, Betawi juga ada”, ujarnya.

Keberadaan Kampung Cina mengajarkan bahwa masih banyak orang yang menghargai perbedaan budaya. Seperti Ani (30 tahun) yang turut membawa anaknya berkunjung ke Kampung Cina. Ibu tiga orang anak ini berprofesi sebagai seorang guru. dia menuturkan bahwa memperkenalkan keberagaman budaya kepada anak sangatlah penting. Tahap perkenalannya bisa secara langsung, maupun dengan membawanya ke tempat-tempat wisata budaya.

Lampion yang menghiasi jalan di pertokoan Kampung Cina.
Lampion yang menghiasi jalan di pertokoan Kampung Cina.
Eksistensi Kampung Cina di Bumi Pasundan tentunya jadi keistimewaan tersendiri bagi masyarakat Tionghoa. Kampung Cina yang menjadi tempat sebagian orang Sunda mencari nafkah, menjadi bentuk penerimaan masyarakat setempat terhadap budaya asing. Pengunjung yang ramai dari berbagai etnis, agama, dan suku mencerminkan keingintahuan para pengunjung terhadap budaya selain budayanya sendiri. sama seperti semboyan negara kita, “Bhineka Tunggal Ika”. Saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun