Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pulang ke Kotamu...

19 September 2019   14:11 Diperbarui: 19 September 2019   14:15 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Kota Gede Subuh, Dokpri
Pasar Kota Gede Subuh, Dokpri
Pasar tradisional Kota Gede baru aktif sekitar pukul 04:00 pagi, sementara waktu itu baru pukul 02:30, sehingga saya memutuskan duduk-duduk dulu mencoba jajanan khas Jogja di Angkringan D'Pasko. Dari review di Google Map, di sini angkringan di Jogja, begitu katanya.

dokpri
dokpri
Memang dari hiasannya begitu semarak, ada lampu berkedap-kedip menarik perhatian mata di tengah kegelapan. Tapi isinya kurang lebih sama saja seperti angkringan lain. Ada nasi kucing, gorengan, bakpia, tempe bacem. Saya hampir saja tergoda membeli jadah tempe, namun ternyata menurut ibu-ibu penjaganya, jadahnya habis.

Jenang Kresikan. Dokpri
Jenang Kresikan. Dokpri
Karena tidak ada pilihan lain, maka mau tidak mau saya pesan jenang krasikan saja. Sebenarnya untuk dibilang jenang krasikan itu khas Jogja, agak sulit. Dari Google, saya lihat setidaknya ada empat daerah yang mengklaim jenang krasikan itu khas daerah mereka, mulai dari Muntilan Magelang, Purworejo, hingga Sukoharjo. Tapi ya mbuhlah, namanya juga penyebaran dan akulturasi budaya. Pasti tiap daerah punya ciri khas jenang krasikannya masing-masing.

Jenang sebenarnya adalah adonan kental mirip papeda yang kemudian dibuat semakin kental. Nah menurut info salah satu follower saya di twitter, jenang krasikan ini tipe yang agak berbeda dari jenang biasa, karena sudah mengeras dan berwarna cokelat kehitaman, sehingga jadi mirip wajik. Rasanya manis sekali.

Pasar Kota Gede dalam. Dokpri
Pasar Kota Gede dalam. Dokpri
Setelah azan Subuh dan salat, gerbang pasar mulai dibuka. Saya pun masuk dan berkeliling. Berbagai bau harum dari gula yang terbakar menyeruak. Saya pun ditawari berbagai jajanan mulai dari ketan, uli, kue cucur, hingga telur angsa yang harganya sebutir mahal luar biasa!

Telur angsa dibandingkan telur bebek. Dokpri
Telur angsa dibandingkan telur bebek. Dokpri
"Angsa memang jarang sekali bertelur, makanya mahal. Aku miara kok di rumah," Demikian info dari Larasestu, yang kebetulan tinggal di sekitaran Jogja, memberitahu lewat mention di media sosial.

Agak ke tengah, saya temukan ibu-ibu kurus yang dagangannya terlihat sepi. Bu Siti namanya. Ia menjual buah kecil seperti kelereng, berwarna kehijauan. "Mau ceplukan mas? Bagus buat diabetes dan darah tinggi," Tawar Bu Siti. Aroma ceplukan atau kalau di Sumatera disebut Cilatuik membuat saya kangen masa kecil sepulang sekolah sering main di rawa-rawa dan menemukan buah ini. Rasanya? Asem segar, dengan sedikit manis, lalu ada aroma sedikit mirip bawang yang terselip.

Ciplukan | dokpri
Ciplukan | dokpri
Harganya murah sekali, hanya Rp 7.000 untuk sekantong ukuran sedang. Saya lihat jajanan lainnya, baru ada bungkusan daun kecil berisi blondo. "Itu tahi minyak mas, namanya!" Sambar Ummi Sarah, salah seorang follower saya. Ya, memang banyak sekali nama untuk sisa pengolahan minyak kelapa ini.

dokpri
dokpri
Biasanya bumbu blondo ini nanti akan diolah lagi entah untuk dimakan langsung bersama nasi, diolah bersama ikan teri oleh Orang Lombok, atau oleh orang Jawa dijadikan bahan dasar pembuatan rendang. Sehingga wajar rasanya lebih manis dibanding rendangnya orang Minang, sebab sudah berbentuk ekstrak ampas kelapa, sementara orang Minang membuat rendang langsung dengan santan. Saya coba cicipi, memang selayang ada rasa dasar rendang.

"Kalau mau jajan nanti tunggu teman saya datang. Dia biasa datang bawa jualannya nanti setengah tuju," kata Bu Siti.

dokpri
dokpri
Saya kemudian berjalan-jalan keliling pasar untuk membunuh waktu. Di luar ada berbagai jajanan lainnya, seperti kue serabi, pukis, hingga sayur-sayuran, buah-buahan dan ayam segar. "Enak betul tinggal di Jogja, semua serba segar dan murah meriah," Pikir saya. Sambil menikmati buah ceplukan dan mencicipi blondo dan memotretnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun