Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Dia yang Bisa Kita Sentuh, Yang Mudah Kita Curhati

11 Februari 2019   14:35 Diperbarui: 8 April 2019   00:58 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berikutnya, saya akan menjelaskan soal Freeport. Tapi saya putar hadap ke sini dulu..." Seisi Hall Basket Senayan yang membludak, sedang memeriahkan acara Alumni Trisakti Dukung Jokowi, berteriak histeris. 

Ya, Jokowi hari itu ditempatkan di panggung kecil yang rendah di tengah-tengah, layaknya pemain badminton atau basket, disaksikan oleh puluhan ribu massa dari atas. 

Jokowi sadar kalau sibuk menjelaskan menghadap satu sisi saja, ia akan memunggungi yang lain. Karena itu ia memutar tubuhnya setiap kali berganti topik agar yang lain mendapat perhatian yang sama, muka yang sama, untuk sekedar berselfi ria. Semua peserta dapat kesempatan yang adil untuk melihat mukanya.

Pun saat seorang anak berkebutuhan khusus bernama Rafi Ahmad Fauzi, berteriak-teriak memanggil namanya dari kejauhan, Jokowi entah dengan indera keberapa, langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Ia spontan memeluk anak itu seolah cucunya sendiri, Jan Etes. 

"Tidak nyangka aja, beneran bisa mendapat respons presiden. Karena keinginan anak saya hanya satu saat itu, berfoto dengan Pak Jokowi," kata Reni Andriani, ibunya. "Pagi-pagi anak saya sudah ribut, dia bilang ibu-ibu ayo lihat pak Jokowi. Saya nolak, karena awalnya mau jualan kupat sayur tapi anak saya nangis. Akhirnya saya turuti kemauan dia." Awalnya mereka tetap tidak dapat kesempatan bertemu, dan Reni memutuskan pulang. Namun anaknya berkeras menunggui di jalan dan akhirnya tanpa di sangka-sangka, terjadilah momen mengharukan itu. 

Jokowi sadar sesadar-sadarnya, bahwa di antara semua keberhasilan membangun infrastruktur, yang lebih penting lagi adalah kepentingan rakyat untuk melihat pemimpinnya hadir di tengah-tengah mereka.  

Pembangunan Infrastruktur memang tidak bisa menyelesaikan semua masalah. Bahkan Jepang, China dan USA yang rajanya infrastruktur pun, tetap ada jutaan orang yang hidup susah. Tapi saat negara hadir, mendengarkan keluhan mereka, bersimpati dengan kesusahan yang mereka alami, seberat apapun beban itu, pasti bisa terangkat. 

Maka lucu sekali kalau ada orang yang mempertentangkan pembangunan infrastruktur terhadap perhatian kepada rakyat. Seolah kalau melakukan yang satu, lalu pasti tidak bisa memperhatikan yang lain. Naif sekali orang-orang itu. 

Saya orang yang menjadi saksi betapa mudahnya seorang Jokowi disentuh dan diajak bicara. Saat berkesempatan mengikuti perjalanannya ke Sukabumi, dalam satu sesi Pak Jokowi dikerubungi banyak sekali orang, kebanyakan dari desa-desa di sekitar. 

Paspampres lalu diturunkan mengelilingi Jokowi untuk menjaga keselamatannya. Semua saling dorong, kadang sampai terkena sikutan. Waktu itu saya ingin sekali karya lukisan cat air saya difoto bersama Pakde. 

Tapi di satu momen, entah dengan kegilaan apa, saya nekat menyikut balik Paspampres yang sulit ditembus lalu berteriak "Pak Jokowi!" sambil melambaikan lukisan saya. Lagi-lagi, dengan senyumnya yang khas, ia melambaikan tangan ke saya, mengajak selfie berdua. "Ayo mas tolong fotoin," katanya kepada si Paspampres, yang tadinya sikut-sikutan dengan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun