Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Konstruksi Berfikir Ahok, Sebuah Pembelajaran Kebhinekaan

25 Maret 2016   13:16 Diperbarui: 25 Maret 2016   13:52 3155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://2.bp.blogspot.com - Ahok Just War Philosophy"][/caption]Ahok yang "banyak bacot", dan "suka menyerang" adalah sebuah realitas bukan cuma kampanye negatif. Ada yang bisa menerima, ada yang tidak bisa menerima, bahkan ada yang jadi antipati karena perilaku Ahok tersebut. Semuanya sah dalam kebebasan demokrasi, yang bisa menerima "kelemahan" Ahok ini, dukung dia. Yang tidak bisa terima, cari yang tidak banyak bacot, dan lebih tenang pembawaannya. Kemudian semua bertanding dengan fair di Pilkada DKI 2017. Itulah skenario NKRI yang terbaik.

Fenomena Ahok yang kasar, dan tidak simpatik dalam banyak hal ini jelas adalah sebuah kelemahan terendiri. Ahok pun terlihat menyadari hal itu. Biarpun dia tetap teguh dengan jalur kebenaran yang dia ambil, seringkali dia menyebut dirinya "sudah jinak". Di Mata Najwa Show yang terakhir, Ahok secara bergurau menyebut dia "sudah minum obat" jadi sudah ok.

Perilaku Ahok ini menarik untuk dipelajari dalam konteks untuk memahami dinamika psikologi kepimpinan Ahok. Setiap orang memiliki konstruksi berfikir yang lahir dari nilai-nilai yang dihidupi. Nilai-nilai itu lahir dari kepercayaan yang dipegang. Bisa kepercayaan dalam agama, budaya, maupun subyektif. Yang jelas adalah nilai-nilai yang dipegang Ahok membuat Ahok berperilaku seperti itu. Nilai-nilai apa yang Ahok pegang?

***

Sebagai sesama Kristen, saya lebih gampang mengerti Ahok dari sudut pandang kekristenan. Dan sebagai sesama keturunan Tionghoa, mungkin saya bisa mengerti sedikit dari sudut pandang etnis. Tapi harus dimengerti, Ahok masih bisa bahasa chinese, saya sudah Cina yang "Javanese inside". Alias kata, tidak bisa lagi bahasa chinese, dan lebih banyak hidup dengan orang Jawa daripada dengan orang keturunan Cina.

Berbeda dengan kasus Jokowi, saya memahami Jokowi dari sudut pandang orang Jawa dan sama-sama orang Solo. Sebab itu saya juga mengerti mengapa beberapa teman yang dididik barat dan berpola pikir Either Or lebih menyukai Prabowo yang berbasis komando. Untuk mengerti Jokowi harus mengerti pola pikir Both And dan Jawani.

Kembali ke Ahok, dari sudut pandang kekristenan, dia adalah sebuah manifestasi dari teologi reformasi (reformed theology) yang cukup representatif. Di Indonesia, Pdt. Stephen Tong adalah tokoh dari teologi ini. Sebab itu ada kemiripan perilaku antara Stephen Tong dan Ahok. Stephen Tong dikenal sebagai pendeta keras, dan suka menyerang kelompok pemikiran kristen lainnya, tetapi sangat bersih dan jujur. Perpaduan yang "Ahok banget".

***

Ada tiga nilai utama dalam pemikiran teologi reformasi yang baik untuk dimengerti, sehingga baik pendukung atau penentang Ahok bisa memahami Ahok secara lebih obyektif:

1. Berdasarkan Wahyu/Hidayah/Revelation.

Berkali-kali Ahok memakai istilah hidayah yang memiliki arti sama dengan wahyu atau revelation. Dalam konteks yang lebih luas, iniah titik awal semua nilai yang dipercaya. Semua dari Tuhan, oleh Tuhan, bagi Tuhan. Soli deo Gloria. Segala kemuliaan bagi Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun