Mohon tunggu...
Hanief Arief
Hanief Arief Mohon Tunggu... Relawan - NKRI Mandiri dan Berdaulat

Leaders grow, they are not made..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelas Menengah, Gaya Hidup dan Perubahan Sosial

21 September 2012   15:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:02 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Hanief Arief

Beberapa waktu yang lalu, menko perekonomian Hatta Rajasa berkesempatan memberikan pidatonya di depan forum USINDO di The Fairmont Hotel, Washinton DC. Dimana forum tersebut merupakan organisasi masyarakat sipil yang berdiri pada tahun 1994. Misi dari komunitas Indonesia dan AS untuk memperluas saling pengertian di bidang politik, ekonomi, sejarah, budaya, dan untuk memperkuat hubungan bilateral. Pada kesempatan tersebut beliau memaparkan tentang penduduk kelas menengah Indonesia yang berkembang pesat, dan menjadi penopang penting ekonomi Indonesia, diperkirakan menyumbang sekitar 70% dari pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Lebih lanjut, disampaikan bahwa kelas menengah Indonesia merupakan yang terbesar dan tercepat mengalami pertumbuhan. Hal ini berdampak terhadap tren konsumsi dalam negeri meningkat, karena kelas menengah cinderung mempunyai daya beli yang tinggi dan cinderung konsumtif. Berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya mencapai 37,7% akan tetapi kemudian pada tahun 2010 tren tersebut meningkat menjadi 56,6% atau sekitar 134 juta jiwa.(detik,2012)

Jika melihat kondisi diatas sangat masuk akal, dan itu adalah fakta. Hal ini sejalan dengan survei dilakukan kompas, dimana kelas menengah Indonesia cinderung konsumtif dan gigih mengejar gaya hidup. Survei Litbang Kompas yang dilakukan Maret-April 2012 memperlihatkan, semakin tinggi kelas sosial, semakin banyak mereka mengoleksi semua ornamen dan aktivitas gaya hidup. Di satu sisi, masyarakat berlomba menaikkan citra kelasnya dengan berusaha mengadopsi gaya hidup konsumerisme.

Di sisi lain, mereka cenderung menanggalkan nilai-nilai demokrasi dan kembali menarik bandul politik ke arah otoritarianisme. Di tengah ketegangan sosial yang memburuk dan banyaknya pejabat yang korup, kelas menengah lebih suka antre mengejar diskon telepon genggam merek Blackberry daripada membentuk barisan menegakkan pilar demokrasi. (Bambang Setiawan, 2012), realitasnya hari ini!

Kondisi kelas menengah di Indonesia sebenarnya menyisakan cerita sendiri terhadap kondisi realitas bangsa yang terjadi hari ini. Dari sisi penunjang ekonomi memang mengalami poin yang cukup baik akan tetapi dari sisi mendorong perubahan sosial justru sangat mengkhawatirkan. Jika ini terus terjadi dimana kelas menengah hanya menjadi penonton saja dan sibuk mengurusi gaya hidup, maka bisa dibayangkan perubahan sosial tidak akan pernah terjadi. Hal ini tentu saja harus disadari, bahwa kelas menengah punya peran penting dalam mendorong perubahan sosial, tahun 1998 bukti suksesnya kelas menengah melakukan pergerakan perubahan. Untuk itu, sudah saatnya kelas menengah disadarkan kembali, bahwa ada beban sosial yang segera harus diselesaikan untuk mendorong Indonesia adil dan sejahtera. Fastabiqul khairat.

Bagaimana dengan anda hari ini?

Sumber : http://finance.detik.com/read/2012/09/21/184225/2030361/4/hatta-pamer-kelas-menengah-ri-terbesar-di-asia-tenggara?f9911023

http://nasional.kompas.com/read/2012/06/08/1200246/Kelas.Menengah.Menggantung.Asa.pada.Negara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun