Mohon tunggu...
Han
Han Mohon Tunggu... pegawai negeri -

HaMdy alias Handono Mardiyanto. Penulis sosial, spiritual. Buku terbaru, Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani (Republika Penerbit, 2014).\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesejahteraan Rakyat Indonesia (5)

26 Juli 2012   23:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesejahteraan Rakyat Indonesia (5)

Catatan Ketiga

Setelah memberi catatan pada penduduk Indonesia yang masuk katergori miskin dan menengah, tiba waktunya saya memberi catatan atas penduduk Indonesia yang tergolong menengah-atas (3,6%, dibulatkan ke atas menjadi: 4% ) dan atas (1%).

Data yang berasal dari BPS dan Litbang Kompas tidak satu pun menjelaskan berapa batasanpenghasilan (atau pengeluaran) bulanan kelompok ini).Bila kelas menengah berpenghasilan Rp 1,9 sebulan, maka secara statistik kita bisa menggolongkan bahwa kelas menengah-atas berpenghasilan di atas Rp 1,9 juta per bulan.

Karena tidak ada rincian data pendapatan kelas itu, saya tetapkan menurut pertimbangan sendiri bahwa kelas menenggah-atas adalah penduduk Indonesia yang rentang penghasilan sebulannya berkisar Rp 1,9 juta hingga Rp 12 juta.Sedangkan kelas atas adalah mereka yang pendapatannya di atas Rp 12 juta.

Acuan pertimbangan saya adalah pendapatan yang mungkin diterima oleh lulusan S1 (sederajat) yang masuk golongan III-A PNS pada tahun-tahun awal bekerja.Gayus, misalnya, tamatan S1 yang baru 1 tahun bekerja di kantor pajak, gaji resminya (setelah renumerasi di lingkungan Kemkeu)adalah Rp 12 juta per bulan.Golongan III-A adalah golongan yang memungkinkan seseorang menduduki level pimpinan,  berpendapatan besar, dan menjadi kelas atas di kemudian hari.

Kalau diperhatikan lebih mendalam lagi, sebetulnya orang yang pendapatannya di atas Rp 12 juta. belum juga bisa disebut kaya sekali. Maka, jika ingin lebih mendekati kenyataan, kelas atas pun harus dibagi lagi dalam beberapa segmen. Segmen tertinggi (teratas) bolehlah disebut sebagai kelas super kaya atau kaum jetset, yang penghasilan sebulannya minimum bekisar Rp 100 juta.Dari acara diskusi di sebuah radio, gaji pokok menteri cuma Rp 20 juta sebulan.Tetapi, ... setelah ditambah honor ini-itu, jumlah jamblehnya bisa mencapai Rp 200 juta. Bukan main!

Kata sebuah guyonan lama, warga Indonesia yang sudah masuk ke dalam kelompok super kaya lagunya adalah Indonesia Raya; sementara warga yang miskin lagunya adalah Padamu Negeri.Perhatikan bait pertama lagu kebangsaan kita:Indonesia tanah airku ....Karena ada sekelompok super kaya Indonesia yang memiliki dan/atau menguasai tanah dan air dalam arti sesungguhnya (bersama mitra asing biasanya) berupa: tanah perkebunan, tanah aneka barang tambang, tanah pulau, mata air pegunungan, area laut lepas pantai (tempat pengeboran minyak), dan sebagainya. Sementara itu, bait terakhir lagu Padamu Negeri adalah: Bagimu negeri, jiwa raga kami.Soalnya, rakyat jelata dari dulu cuma kebagian berkorban jiwa-raga: korban penggusuran, korban banjir, korban tanah longsor, korban kebakaran, dan korban di dor aparat kalau sekali waktu mempertahankan tanah miliknya yang tak terlalu luas.

Penduduk Indonesia yang yang masuk kelompok menengah-atas dan atas sejumlah 5%, sepintas lalu kecil secara statistik.Namun, karena jumlah penduduk Indonesia adalah 240 juta jiwa, maka 5% berarti setara dengan 12 juta jiwa. Jumlah yang lebih dari cukup untuk menggerakkan roda ekonomi nasional, sekaligus menjadi kelompok penikmat utama hasil-hasil pembangunan, teristimewa bagi yang masuk kelas atas yang cuma 1%.Maka, tidak perlu heran bila Indonesia yang 95% penduduknya masuk kelompok miskin-menengah, mampu menyajikan pemandangan harian seperti ini: Apartemen senilai Rp 5-10 miliar laris manis setiap kali launching,mobil mewah impor berseliweran di tengah kemacetan ibu kota, area parkir mal terkenal dipastikan penuh sesak oleh mobil-mobil berkelas dan terbaru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun