Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Astribut, Lektop, dan "Anies Baswedan"

22 Agustus 2018   15:45 Diperbarui: 22 Agustus 2018   16:03 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.mejapraktek.com

 "Kok ngucapkan salah."

Teman-teman saya heran. Saya pun heran pada awalnya, waktu mendengar Pak Joko (bukan nama sebenarnya) kesulitan menyebut 'atribut' dan malah mengucapkan 'astribut'.

Tapi melihat orang-orang yang lain juga ada kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata tertentu, saya lalu menjadi maklum.

Selama ini saya belum menemukan kesulitan yang berarti dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Indonesia, tapi saya mempunyai 'sedikit' kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Inggris, meskipun saya berprofesi sebagai guru bahasa Inggris.

Yah, karena selain saya tidak pernah pergi ke luar negeri dan bicara secara langsung dengan orang atau penutur asli bahasa Inggris di sana (sebenarnya pernah bicara dengan orang bule, namun tidak seintens kalau mengikuti Home Stay yang mengharuskan tinggal di luar negeri selama beberapa bulan, sehingga 'terpaksa' menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi), juga karena bagi saya, pengucapan secara sempurna tidaklah sepenting menguasai berbagai metode pengajaran dalam bahasa Inggris yang efektif dan tepat guna, untuk saya gunakan dalam pekerjaan saya sebagai guru bahasa Inggris.

Tidak Usah Pusing Kalau Tidak Benar dalam Pengucapan

Secara pribadi, 'cacat' dalam pengucapan tidak usah menjadi momok atau membuat Anda minder sewaktu berbicara.

Saya pernah mempunyai pengalaman di masa lampau dimana saudara saya merasa minder kalau harus memberikan kata sambutan kepada khalayak ramai karena cadel atau tidak bisa menyebutkan 'R' dengan tepat.

"Ya kalau memang tidak bisa mengucapkan 'R' dengan tepat, kenapa harus malu? Semua orang kan punya kekurangan masing-masing."

Itu yang saya katakan kepada saudara saya itu.

"Bukan Astribut, tapi atribut."

"Salah itu. Laptop, bukan Lektop."

Dan yang terbaru, ada salah seorang rekan kerja saya yang mengritik penatar kami di pelatihan, karena sang penatar tidak bisa mengucapkan Baswedan (Anies Baswedan, dulu mendikbud, sekarang Gubernur DKI Jakarta), tetapi Bawesdan.

"Bukan Bawesdan, tapi Baswedan, Bu," kritik Bu Santi (bukan nama sebenarnya), rekan kerja saya langsung angkat suara.

"Nah, saya tidak pernah bisa mengucapkan nama itu dengan benar. Pasti Bawesdan yang saya ucapkan," kilah Bu Lana (bukan nama sebenarnya), sang penatar, membela diri.

Iya, memang Bu Lana keliru dalam mengucapkan, tapi kan tidak berarti kita langsung harus mengoreksi. Lagipula, setelah dikoreksi, apa gunanya? Mungkin kita merasa menang, tapi yang sebenarnya kita bisa merusak persahabatan yang sudah terjalin dengan orang lain, karena kita doyan mengritik, sehingga orang tersebut tidak merasa nyaman sewaktu bersama kita.

Saya sih secara pribadi tidak terlalu memusingkan kalau menemukan ada orang yang salah mengucapkan beberapa kata Indonesia seperti 'astribut' alih-alih 'atribut', 'lektop' alih-alih 'laptop' dan 'bawesdan' alih-alih 'baswedan'.

Karena saya pun menyadari kalau saya pun punya kekurangan, cuma belum tahu saja kata-kata dalam bahasa Indonesia yang saya tidak bisa mengucapkan dengan benar :).

Terimalah orang lain apa adanya

Belajar menerima orang lain apa adanya memang sukar. Tapi itu seharusnya yang kita lakukan.

Memaksakan pola pikir kita, kehendak kita, pendapat kita, adalah kesalahan fatal. Justru malah bisa merusak persahabatan.

Terimalah orang lain apa pun kekurangan mereka, karena kita pun manusia biasa sama seperti mereka yang juga punya kekurangan.

Kekurangan seperti cadel atau salah ucap tadi tidaklah separah korupsi, mencuri, membunuh, menyontek dan lain sebagainya yang lebih parah dan yang memang harus kita berantas.

Tapi yang terlebih penting lagi adalah : lebih baik fokus melangkah dan melakukan pekerjaan kita untuk mencapai impian-impian kita daripada sibuk mengurusi kekurangan-kekurangan orang lain.

Karena untuk apa mengurusi kekurangan orang lain, sedangkan hidup kita dan keluarga lebih banyak kekurangannya dibanding orang lain. Lebih baik, benahi hidup kita dan keluarga ke arah yang lebih baik.

Jadi tidak usah rese dengan kekurangan orang lain yang salah ucap. Bercerminlah karena kita pun ada kekurangan juga.

'No one is perfect'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun