Banyak yang mengatakan Indonesia itu indah. Keindahan Indonesia bahkan sudah terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Anggapan ini memang benar adanya. Dengan banyaknya wisatawan yang datang ke negeri ini, bisa jadi salah satu indikatornya. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya.Â
Bahkan, salah satu penyebab Indonesia dijajah hingga 350 tahun karena negeri ini begitu kaya akan sumber alam. Indonesia juga dikenal mempunyai banyak suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua.Â
Suku-suku itu mempunyai adat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karena keberagaman inilah, membuat Indonesia seperti taman bunga raksasa, yang dipenuhi dengan aneka bunga warna-warni yang bisa enak dipandang mata.
Segala kelebihan yang disebutkan diatas, tentu akan bisa memberikan manfaat yang positif, jika masyarakatnya bisa mengolah dan mengelolanya dengan baik. Untuk bisa melakukan hal tersebut, harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat.Â
Dari bawah sampai atas. Dari masyarakat biasa sampai presiden. Karena itulah, dalam setiap perhelatan politik, seperti pilkada, pilpres ataupun pileg, saling beradu ide dan gagasan sangat diperlukan, agar pemimpin yang lahir adalah pemimpin yang mengerti karakter Indonesia, yang mengerti bagaimana mengolah dan mengelola Indonesia.
Jika semua sepakat mengenai hal ini, perhelatan politik seperti pilkada, pileg dan pilpres, harus digunakan untuk menjaring pemimpin yang mengerti dan mampu mengolah dan mengelola Indonesia. Masyarakat harus jeli dan obyektif untuk melakukan track record.Â
Begitu juga dengan partai politik, juga harus mampu menyodorkan calon pemimpin yang tepat. 2018 dan 2019 merupakan tahun politik bagi kita masyarakat Indonesia. Di tahun 2018 ini, baru saja dilakukan pemilihan kepala daerah secara serentak di 171 daerah. Lalu, sudahkah kita melakukan upaya positif untuk mendapatkan pemimpin yang menghargai keberagaman serta mampu mengolah dan mengelola daerahnya?
Saat ini, dalam konteks perhelatan politik, perhatian publik mulai tertuju pada pemilihan presiden. Semua media mulai memberitakan siapa cawapres yang tepat untuk Joko Widodo ataupun Prabowo. Namun, bagaimana dengan pemilihan legislative yang minim pemberitaan ini? Bahkan ketika KPU melarang mantan koruptor untuk mencalonkan diri menjadi caleg, masih banyak mantan koruptor yang ingin mendaftar.Â
Bagaimana dengan caleg yang tidak menghargai keberagaman? Bagaimana caleg yang memang suka mengeksploitasi alam untuk kepentingannya sendiri? Mari kita saling mengingatkan. Jangan sampai legislative yang terpilih adalah yang hanya tidur ketika rapat. Inilah momentum yang tepat untuk saling mengingatkan.
Begitu juga dengan calon presiden dan wakil presiden. Juga harus mampu memenuhi kriteria yang diinginkan seluruh masyarakat Indonesia. Calon pemimpin tidak hanya mengetahui apa persoalan yang dihadapi Indonesia, tapi juga harus mampu mencari solusi yang terbaik untuk Indonesia.Â
Dan untuk bisa mendapatkan pemimpin yang tepat, maka hargailah perbedaan dan bertarunglah di tingkat gagasan. Biarlah calon sebanyak mungkin muncul. Dan tugas kita sebagai masyarakat, harus mampu menyeleksinya secara obyektif. Semoga tulisan ini bisa jadi renungan bersama.