Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Miskinkah Kosakata Bahasa Indonesia?

3 Agustus 2012   09:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13439862831000368846

[caption id="attachment_197947" align="aligncenter" width="577" caption="(ilust onside.sbts.edu)"][/caption]

Betulkah pendapat sementara orang bahwa kosakata Indonesia sangat miskin? Kalau dibandingkan dengan bahasa Inggris secara kasat mata kita bisa melihat ketimpangan ini. Jumlah lema dalam bahasa Indonesia kurang lebih hanya 90.000, sedangkan lema dalam bahasa Inggris kurang lebih 600.000. Memang kita bisa berkilah bahwa tidak semua kosakata ini kita butuhkan dalam percakapan sehari-hari, sehingga akan ‘mubasir’ saja memiliki begitu banyak perbendaharaan kata. Kenyataan yang lihat dalam pergaulan masyarakat modern berkata sebaliknya. Semakin banyak kosakata Inggris yang menyelinap dalam interaksi berwacana orang Indonesia.

Orang yang menyelipkan kata-kata Inggris dalam berwacana bahasa Indonesia tidak selalu karena ingin pamer diri. Banyak di antaranya yang menggunakan kata-kata Inggris ini, karena memang tidak ada padanan kata Indonesianya. Kalau pun ada terjemahannya di dalam kamus, dia tetap memberikan nuansa yang berbeda. Alhasil, demi menjaga kebulatan maksud yang akan disampaikan orang akan menggunakan kata Inggris ini. Contoh yang bisa kita lihat misalnya adalah kata ‘aware’. Di salah satu kamus, aware diterjemahkan dengan ‘tahu, sadar, insaf’. Meskipun makna ini tidak keliru, feeling kita mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak pas.

Feeling yang tidak sreg inilah yang membuat orang seolah-olah keinggris-inggrisan. Lihatlah kalimat ini: Orangtua harus selalu aware terhadap bahaya narkoba yang mengancam anak remaja mereka. Aware menyiratkan kewaspadaan, keterbukaan pikiran dan hati, dan kejelian. Namun tak ada satu kata Indonesia yang bisa mencakup permaknaan dari aware ini, termasuk kata ‘tahu, sadar, insaf’ di atas. Kalau dipaksakan mengatakan ‘Orangtua harus selalu sadar terhadap bahaya narkoba yang mengancam anak remaja mereka’, maka kita akan segera merasakan ‘ke-memble-an’ kalimat tersebut. Ada pesan yang tak sampai dan beresiko keliru ditangkap oleh pendengar kita.

Kata Inggris lain yang sering terselip dalam wacana Indonesia adalah ‘commitment’. Pada kamus hanya diterjemahkan dengan ‘janji, tanggung jawab’. Sama seperti halnya aware, terjemahan ini jauh dari memadai untuk mencakup seluruh permaknaan dari commitment. Kata yang kini sudah diindonesiakan menjadi ‘komitmen’ ini menyiratkan ‘ketetapan hati, kebulatan tekad, satunya kata dengan perbuatan, akad’. Tak mengherankan dewasa ini orang sering menggunakan kata commitment, karena kata ini memang ini tak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

Demikian pula halnya dengan kata ‘share’. Mungkin Anda akan mengatakan share bisa diterjemahkan dengan ‘berbagi atau beriur (dari kata iuran)’. Namun di zaman teknologi informasi maya, sangat terasa betapa tak memadainya apabila share dipadani dengan ‘berbagi’. Karenanya mungkin tak bisa terlalu disalahkan bila orang cenderung mengucapkan frasa ‘share pengalaman’, share tulisan, share program’.

Ini belum lagi berbicara tentang kata bentukan dari bahasa Inggris yang lagi-lagi tak ada padanannya yang (dianggap) pas, misalnya kata ‘di-blender’ (dihaluskan dengan dimasukkan ke dalam blender), di-cancel (dibatalkan), di-delay (ditunda), di-discount (diberi rabat). Mungkinkah bahasa Indonesia memang miskin sehingga memang harus selalu disubsidi oleh bahasa Inggris?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun