Mohon tunggu...
Humaniora

DPR Rasa Hollywood

7 Maret 2017   18:35 Diperbarui: 7 Maret 2017   18:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

DPR, salah satu lembaga tinggi negara yang memiliki peran sebagaj badan legislatif di Indonesia. Bersama MPR , DPR menjalankan tugas sebagai pembuat undang-undang dan menjadi wakil rakyat dalam pemerintahan. Selain itu , DPR juga memiliki fungsi sebagai pembuat anggaran dalam RAPBN serta fungsi pengawasan dalam pelaksanaan undang-undang oleh eksekutif . Inilah dasar hukum dari fungsi DPR yang ada di UUD 1945 pasal 20 ayat 1 .

Lalu apa masalah sampai saya menyebut bahwa DPR RI memiliki rasa Hollywood ? Tak layaknya bintang film dari industri terkenal di Amerika Serikat yang banyak tampil dimedia, DPR seakan lupa dengan habitat mereka yang merupakan wakil rakyat. Bagus bila sorotan media melihat aksi dan kerja nyata mereka untuk masyarakat luas, namun kenyataannya tidak. Kebanyakan berita yang berasal dari Senayan berhubungan dengan perselisihan antar fraksi dan tindakan negatif mereka seperti melempar meja atau tidur. Didepan media mereka terkadang berubah peran menjadi sosok pejabat yang mengayomi masyarakat dan mengerjakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Media pergi , mereka kembali tidur, bolos atau mungkin melempar meja lagi.

Memang tidak semua anggota DPR memiliki sikap sikap yang tidak.baik dan nasionalis seperti diatas. Namun gara gara tindakan mereka , DPR mendapat stigma negatif dari saya dan anak anak muda lainnya. Sayang bila generasi muda muak melihat kinerja orang-orang di DPR dan memilih meninggalkan negeri Indonesia dan memilih pindah ke luar negeri. Banyak teman-teman saya yang memiliki rencana untuk pindah kewargangeraan ke negara tempat dia melanjutkan pendidikan tinggi karena memilihat bobroknya kualitas DPR yang tidak mencerminkan fungsi dan perannya sebagai lemabag legislatif.

Kembali ke DPR yang rasanya Hollywood. Dalam industri film Hollywood , banyak aktor-aktor besar dan memiliki kebintangan yang melebihi aktor – aktor lain. Nama – nama seperti Leonardo di Carpio, Brad Pitt, Robert Downey Jr , dan aktris cantik Emma Stone yang sedang naik daun dengan film La La land tentu memiliki pamor yang lebih besar dibanding aktris-aktris lain. Aktris – aktris lain ini mencoba menjadi menjadi terkenal dengan sensasi-sensasi bukan karya yang luar biasa dan diingat orang. 

Persaingan ini juga terjadi dalam DPR. Ada sosok Trimedia Panjaitan , anggota DPR fraksi PDIP yang bisa dibilang sosok yang tidak banyak bicara namun kerja nyata. Beberapa sosok lain saya yakini memiliki kemampuan untuk bisa menjadi wakil rakyat yang benar. Kenapa saya hanya bisa menyebutkan nama Trimedia Panjaitan saja ? Jawabannya adalah sosok lain tidak terlalu banyak tampil di media dan lebih memilih bekerja. Menurut saya ada 2 nama , anggota DPR yang menjadi Aktor besar seperti industri Hollywood. Nama orang tersebut adalah Fahri Hamzah dan Fadli Zon.

Saya mulai dari pak Fahri Hamzah. Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkenal karena sering berkicau di media sosial. Saya mengikuti perkembangan beliau melalui media Instagram dengan id name pak Fahri Hamzah yaitu @fahrihamzah. Sejauh saya melihat postingan dari Fahri Hamzah, saya lebih melihat pikiran-pikiran yang negatif terhadap pemerintahan Pak Joko Widodo. 

Mungkin latar belakangnya sebagai anggota partai oposisi pemerintah, membuatnya mencari kelemahan dari setiap kebijakan pemerintah. Sosoknya lebih cocok menjadi seorang kritikus dan pengamat politik dibanding menjadi anggota DPR. Kepentingan rakyat sepertinya mulai diganti dengan kepentingan partai politik dirinya. Jangan jadi mesin partai pak .

Nama kedua yang cukup terkenal dari anggota DPR adalah Fadli Zon. Kembali , sosok dari partai oposisi yaitu partai Gerindra mungkin membuatnya banyak membuat tindakan-tindakan yang mengarahkan kebencian kepada pemerintahan Pak Jokowi. Berbeda dengan Fahri Hamzah yang lebih cocok menjadi kritikus, saya menilai Fadli Zon layak menjadi seorang pujangga. Karya karya puisinya menurut saya terlalu bagus dan baik terutama target puisi yang selalu terhadap Ahok. Sayang bila kemampuan Fadli Zon dalam merangkai kata tak terfasilitasi dengan baik karena pekerjaan di DPR yang banyak dan cendrung serius.

Keduanya menurut saya merupakan aktor-aktor terkenal di DPR karena karya-karya mereka. Fahri Hamzah dengan tulisan-tulisan dan postingannya di Instagram dan Fadli Zon yang merangkai puisi – puisi indah untuk Ahok dan mungkin pemerintah. Maafkan bila saya terkesan subjektif karena mengangkat tokoh-tokoh yang ada di partai oposisi saja. Namun kenyataan yang ada itu saja dan anggota lain asik dengan sendirinya atau dengan rakyat.

Saat ini, DPR sedang membuat projek besar sekaliber Hollywood. Aktor-aktor bukan hanya 2 nama diatas namun keseleruhan partai oposisi yang dulu tergabung dalam Koalisi Merah Putih di Pemilu Presiden 2014. Ahok Gate menjadi judul film baru mereka. Mereka sedang mencoba untuk mencopot sang gubernur Jakarta yang memiliki masalah hukum terkait dugaan penistaan agama. Saya tak tahu apakah film ini akan jadi dirilis atau tidak. Yang saya tahu, ada “penggangu” yaitu Koalisi Indonesia Hebat yang mau “film” ini tidak tayang / terjadi.

Tulisan ini saya buat karena saya sebagai generasi muda merasa bahwa DPR terkenal karena sensasi bukan prestasi. Mereka lebih layak menjadi aktor-aktor film Hollywood yang pandai berperan dalam situasi apapun. 3 fungsi DPR yang tertulis diatas sepertinya mulai dilupakan atau hanya mengingat fungsi ketiga yaitu pengawasan. Pengawasan yang dilakukan hanya kepada presiden meski tindakan mereka sendiri pun salah dan diluar jangkauan. Maafkan saya bila menggunakan kata-kata yang kurang berkenan. Saya menulis karena saya mau DPR kembali menjadi wakil rakyat yang selalu siap mendengar permasalahan yang terjadi diluar sana dan bukan menjadi wakil parpol dan membuat suasana sidang menjadi ricuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun