Mohon tunggu...
danendra guidopanadi
danendra guidopanadi Mohon Tunggu... Atlet - guido

DOTA 2 player

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Teknologi Pertanian di Singapura

24 September 2019   09:10 Diperbarui: 24 September 2019   09:35 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

 

Untuk mewujudkan swasembada pangan sebesar 30% pada 2030, Pemerintah Singapura akan memanfaatkan beragam teknologi di sektor pertanian. Mulai dari budi daya sayur menggunakan pencahayaan LED khusus untuk memaksimalkan hasil panen, serta budi daya ikan di laut dengan sistem yang melindungi mereka dari ganggan beracun, mekar, dan tumpahan minyak.

Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura, Masagos Zulkifli mengatakan kepada Parlemen, untuk menggunakan solusi-solusi tersebut demi meningkatkan produktivitas pangan. Dengan begitu, target swasembada pangan Singapura bisa diwujudkan.

"Petani di masa depan akan mengoperasikan sistem kontrol terkomputerisasi dalam lingkungan yang menyenangkan," kata Masagos dikutip dari The Straits Time, Jumat (8/3/2019).Masagos pun menambahkan, industri pangan juga harus menerapkan penelitian dan pengembangan, memperkuat ketahanan iklim, dan mengatasi kendala sumber daya. 

Permasalahan-permasalahan itu dapat diselesaikan dengan bantuan teknologi.Pencahayaan LED bertingkat dalam ruangan untuk budi daya sayuran, serta sistem akuakultur resirkulasi bertingkat dalam ruangan dapat menghasilkan 10 hingga 15 kali lebih banyak daripada menggunakan cara konvensional. Pertanian berteknologi tinggi bisa sedikit mengurangi padat karya juga.

Dengan masalah pertanian yang berbeda, penggunaan teknologi pertanian di Tanah Air pun tak serupa dengan Singapura. Bila negara itu sudah akan mengimplementasikan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pangan, Indonesia tidak begitu. 

Co-Founder TaniHub Michael Jovan mengatakan, teknologi pertanian negara ini masih berfokus pada penyelesaian masalah modal dan pemasaran. Belum sampai pada tahap penerapan dalam proses penanaman (on-farm). 

"Saat ini, masalah utama pertanian Indonesia masih terletak pada akses permodalan dan pemasaran. Kami mau coba memecahkan dua masalah besar tersebut," ujar Michael kepada Warta Ekonomi ketika ditemui di Menara Kibar, minggu lalu (1/3/2019). Ia juga menjelaskan, dalam proses penanaman, ada banyak teknologi yang bisa digunakan. 

Dari proses penyiraman dan pengawasan menggunakan drone, hingga mengecek kelembapan tanah dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT). Salah satu fintech P2P yang bergerak di bidang pertanian, Crowde, mengaku sudah menerapkan hal itu. Head of Marketing Crowde berujar, "Ketika dilakukan credit scoring, ada pengecekan tanah yang dilakukan oleh partner IoT kami. Itu dilakukan untuk mengecek keadaan tanah hingga bibit."

Menurut saya dengan ada teknologi tersebut di Indonesia kita bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Karena dari segi potensi kita hidup di garis khatulistiwa. 

Dengan begitu kita akan menjadi bangsa pemasok seperti bahan bahan pangan. Dengan teknologi seperti yang dimiliki singapura bangsa Indonesia akan lebih maju lagi dalam sektor pertanian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun