Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Darurat Corona: Menyoal Komitmen Kehidupan Bersama

29 Maret 2020   07:41 Diperbarui: 29 Maret 2020   07:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Imbauan pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah agar mereka yang berencana untuk mudik membatalkan rencana mudiknya demi memutus rantai penyebaran virus corona dari kota ke desa-desa perlu di respon secara serius. Komitmen kehidupan bersama sejatinya menjadi pertimbangan utama untuk menunda ritual mudik pada tahun ini.

Penyebaran virus corona sulit dibendung pada daerah-daerah sasaran pemudik dikarenakan pemudik yang berdesak-desakan pada angkutan umum rentan tertular virus corona dan secara beramaan akan menulari keluarga-keluarga mereka yang berada di desa.

Melihat gairah kedatangan pemudik yang masih terus berlangsung, Guburnur Ganjar Pranowo mengingatkan kasus penyebaran virus di Solo yang dibawa pemudik, yang mebuat KLB (kejadian luar biasa) di Solo. Ganjar lebih lanjut menegaskan, jika pemudik sayang keluarga dan memiliki komitmen untuk melindungi kehidupan keluarga agar terhindar dari ancaman covid-19 yang mematikan, pilihan bijaknya adalah menunda mudik tahun ini sampai usaha memutus rantai corona dapat diselesaikan.

Kerumunan mudik yang kerap terjadi pada ritual mudik tahunan di banyak tempat di indonesia ini akan menyebabkan jumlah orang yang terpapar corona semakin tinggi. Akibatnya, korban meninggal akibat corona akan terus bertambah. Tunda mudik jika anda sayang keluarga, begitu pesan pendek pemerintah.

Peringatan pemerintah agar pemudik tidak meremehkan wabah Covid-19 (nama resmi penyakit karena infeksi SARS-Cov-2) adalah sangat bijaksana. Kita tentu paham bahwa pada awal kehadirannya di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, kehadiran Covid-19 banyak yang meremehkan dampaknya. Selain karena korban positif terinfeksi corona 80 persen tidak mengalami ganggua penyakit serius, mayoritas korban tersebut dapat sembuh dengan sendirinya oleh kerja antibody yang ada dalam diri seseorang.

Angka kematian akibat virus ini juga terbilang rendah kurang lebih sekitar 4 persen. Seperti layaknya penyakit Influenza yang dapat sembuh sendiri melalui kerja antibody seseorang, maka penderita influenza diminta beristirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi untuk memaksimalkn peran antibody dalam dirinya, dan kemudian penderita akan mengalami kesembuhan tanpa harus minum obat apapun, demikian juga halnya dengan korban positif terinfeksi corona, karena memang sampai saat ini belum ditemukan anti virus corona

Komitmen kehidupan bersama

Sikap meremehkan individu dan komunitas masyarakat terhadap penyebaran virus corona ini menyebabkan negara-negara maju seperti  Italia, dan Amerika Serikat harus menelan pil pahit karena penyebaran virus ini di negara-negara itu seakan tak terkendali. Demikian juga dengan yang terjadi di Perancis, Inggris dan Iran.

CNBC Indonesia melaporkan bahwa saat ini China masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di dunia yaitu 81.439 orang. Menyusul Italia (59.138 orang), Amerika Serikat/AS (35.206 orang), Spanyol (28.768 orang), Jerman (24.873 orang), Iran (21.638 orang), Prancis (16.243 orang), Korea Selatan (8.961 orang), Swiss (7.474 orang), dan Inggris (5.745 orang).

Yang mencengangkan adalah korban meninggal dunia karena corona yang terjadi di Italia yang penduduknya banyak yang berusia lanjut itu menembus angka kematian tertinggi di dunia dengan 9,26 %, angka kematian terendah ada di Jerman yaitu 0,38%. Rata-rata tingkat kematian adalah 4,04%.

Masyarakat Italia yang awalnya juga meremehkan pandemi corona harus berteriak memohon bantuan negara-negara Eropa bahkan dari negara-negara di benua lainnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis mereka yang kepayahan merawat korban corona yang terus bertambah dengan cepat karena penyebaran virus corona yang tak terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun