Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Srdan Ostojic, Kualitas di Tengah "Deflasi" Kiper Asing

22 Juli 2018   00:09 Diperbarui: 22 Juli 2018   17:49 3080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sepak bola modern hari ini, seorang penjaga gawang tak hanya bisa dipandang dengan kata "cuma". Ah cuma penjaga gawang, tidak krusial-krusial amat. Seiring berkembangnya strategi, pemain yang berdiri dibawah mistar tak hanya fokus di area kerjanya yang dibatasi oleh garis kotak penalti saja. Mereka bisa jadi libero, sweeper, pengatur serangan, melakukan build up, hingga bisa lebih more actions terhadap pola permainan tim.

Itu mengapa Pep Guardiola begitu mendetail dalam menentukan kiper utama di Manchester City. Ia punya kriteria tersendiri dalam memutuskan siapa yang berhak menjadi kiper andalannya. Pertimbangan tidak lagi soal kepiawaian tangkap-menangkap namun juga kelincahan kaki dalam mengumpan dan build up. Maka dari itu, pelatih berkebangsaan Spanyol ini punya pandangan lain mengenai evolusi formasi.

Kini formasi tak lagi primitif dengan menghiraukan peranan seorang kiper. Misalkan dalam formasi dasar 4-3-3, menurutnya penyebutan formasi seperti itu tidak relevan lagi di masa kini. 1-4-3-3 merupakan pakem sepak bola modern, pada dasarnya berapapun formasinya selalu libatkan angka satu sebagai penegasan jika kiper juga andil dalam permainan.

Pentingnya peran kiper juga ditegaskan oleh rival Guardiola di Liga Inggris. Juergen Klopp di Liverpool sampai rela merogoh kocek besar (67 juta poundsterling atau setara 1.2 triliun) untuk mendatangkan Allison Becker dari klub ibu kota AS Roma.

Terlepas dari traumatis kehilangan trofi karena blunder kiper sebelumnya (Loris Karius, red). Rasa-rasanya Klopp juga mulai menyadari jika evolusi taktik sepak bola modern membutuhkan kiper yang bisa menyusun serangan dengan baik dari bawah.

Alison dalam hal ini memenuhi kriteria tersebut. Ia piawai dalam mendistribusikan bola kepada rekan-rekannya saat membela I Lupi. Akurasi operannya mencapai 81 persen di Seri A dan 80 persen di Liga Champions, salah satu yang terbaik di Eropa. Penyelamatan, clean-sheet, atau rapor kebobolan merupakan penilaian utama seorang kiper. Namun, hari ini kriteria pemilihan penjaga gawang lebih menyeluruh ke taktikal, salah satunya akurasi operan.

Hal senada terjadi di Indonesia. Memasuki jendela transfer paruh musim tim Arema FC melakukan evaluasi besar-besaran. Manajemen memboyong lima pemain bintang sekaligus. Sesuatu yang jarang terjadi di kompetisi mancanegara, mengingat sulitnya mendapatkan pemain berkualitas di tengah kompetisi karena para pemain masih terikat kontrak minimalnya hingga akhir musim dengan klub lain.

Lebih-lebih yang membuat semua terasa makin ganjil mereka juga mengimpor penjaga gawang dari negara kawasan semenanjung Balkan. Terlepas dari urgensi memperbaiki catatan kebobolan, sebagaimana evolusi taktik yang tengah berlangsung di liga-liga besar agaknya pelatih Milan Petrovic memahami pentingnya keterlibatan penjaga gawang dalam skema permainan tim.

Tanpa memandang sebelah mata kiper lokal, pelatih kiper asal Serbia, Branislav Radodjic mengamini pilihan Pelatih Kepala Petrovic. Bahwa kiper bernama Srdan Ostojic itu bisa membantu keberlangsungan sistem permainan Arema yang tengah digarapnya sejak beberapa bulan lalu.

Sebetulnya beberapa tim seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, dan tim lainnya pun menyadari peranan kiper yang lebih krusial di sepakbola modern. Oleh karena itu mereka tak mau ketinggalan dengan melatih para kipernya untuk lebih berani memegang bola dengan kaki, mengontrol permainan, memulai serangan, dan menambah program latihan mengumpan disesi latihan kiper.

Akan tetapi selalu ada perbedaan, kiper asing yang berlaga di Liga Indonesia selalu membawa dimensi lain. Sesuatu yang membawa kita pada ketegasan: "kiper tak selalu diperlakukan dengan akhiran kata doang, ah kiper doang". Hadirnya Ostojic seolah mengubah perspektif primitif mengenai penjaga gawang yang menjadi kambing hitam saat kebobolan dan tak menjadi apa-apa saat clean-sheet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun