Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencuri Ayam Berujung Maut, Pantaskah?

18 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 18 Mei 2019   15:50 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: surabaya.net

Main hakim sendiri merupakan mengambil tindakan sendiri (dalam hal ini menghukum) suatu pihak tanpa melewati proses hukum. Padahal jelas tindakan tersebut adalah melanggar undang-undang, pun Indonesia adalah negara hukum.

Budaya main hakim sendiri kerap terjadi di masyarakat dan fenomena ini seolah sudah menjadi lazim. Aksi main hakim sendiri merupakan suatu tindakan yang didorong oleh luapan emosi  seseorang atau kelompok yang merasa terancam atau terganggu karena adanya suatu tindakan yang tidak baik.

Apakah menghakimi ataupun menghilangkan nyawa seseorang adalah tindakan yang baik ?

Dikutip dari sabigaju.com, seorang psikolog dari Lifespring Counseling & Care Center, Athalia Sunaryo, M.Psi., psikolog , mengungkapkan bahwa aksi pengeroyokan atau main hakim sendiri, tidak terlepas dari pengaruh kondisi psikologis yang berbeda saat seseorang berada di dalam kelompok tertentu, sehingga cenderung melakukan hal-hal yang berbeda dengan nilai pribadi yang dimilikinya.

Fenomena psikologis inilah yang membuat seseorang beranggapan bahwa tindakannya saat itu adalah benar, juga didorong oleh sekelompok orang yang membenarkan tindakan itu. Sehingga, sering kita melihat ada orang-orang yang paham nilai-nilai kebaikan, seketika menjadi buas, ketika berada dalam kerumunan massa.

Tak jarang pada situasi krisis ini, banyak orang yang hanya menjadi penonton dan tidak mengambil tindakan apapun, sekalipun ia tau bahwa pengeroyokan itu adalah tindakan yang salah.

Tindakan main hakim sendiri jelas sangat merugikan banyak orang jika terus dihalalkan. Aksi main hakim sendiri jelas merupakan ganguan psikologis.

Terlepas dari bentuk proteksi sekelompok orang, terhadap adanya gangguan dimasyarakat, pada prakteknya, tak jarang main hakim sendiri sering salah sasaran. Hal ini disebabkan karena didalam kerumunan massa, orang-orang tidak lagi berpikir jernih, sehingga tidak lagi membutuhkan konfirmasi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dari sisi kemanusiaan, nyawa Fery yang dicuri dalam kerumunan massa jelas tidak sebanding dengan seekor ayam yang "dituding" akan dicuri oleh Fery dan rekannya.

Berdasarkan keterangan saksi, pada saat kejadian Fery diajak oleh Putra ikut ke kampung sebelah, kemudian disuruh menunggu di atas sepeda motor. Putra diduga pergi untuk melancarkan aksinya, yaitu mencuri seekor ayam.

Namun naas, belum sempat mencuri ayam aksi putra diketahui oleh warga. Sehingga orang di kampung tersebut berbondong-bondong dan menyeroyok kedua anak tersebut. Sebelum akhirnya diserahkan kepada pihak yang berwajib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun