Mohon tunggu...
Gelar S. Ramdhani
Gelar S. Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis -

Mari berkunjung ke website pribadi saya www.gelarsramdhani.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Benarkah, Sekolah Kedokteran Identik dengan Orang Kaya?

31 Maret 2012   07:54 Diperbarui: 9 Agustus 2018   22:41 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Dalam suatu diskusi bersama kawan-kawan seperjuangan, sempat muncul topik seputar sekolah kedokteran dan kedokteran gigi, dalam diskusi tersebut sempat disinggung bahwa sekolah kedokteran atau kedokteran gigi mahasiswanya identik karo wong sugih (sama orang kaya. red). Hal tersebut memang bukan lagi cerita baru, melainkan kesan tersebut sudah melekat dalam stigma masyarakat, bahwa mahasiswa kedokteran adalah anak-anak orang kaya. Contoh sederhananya mungkin seperti ini, di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kampus Fakultas Kedokterannya terpisah dari kampus pusatnya, kalau kampus pusatnya di daeah Grendeng dan Karangwangkal akan tetapi kampus kedokteran terpisah jauh letaknya berada di samping Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Margono Soekarjo (RSMS), ini bukan kata saya tapi kata kawan saya yang kuliah di Kedokteran dia menceritakan bahwa harga kosan (dengan fasilitas sama) di seputaran kampus Kedokteran lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kosan di seputaran kampus fakultas lain, mengapa demikian? karena kata teman saya para pemilik kosan meyakini bahwa anak kedokteran adalah anak-anak orang kaya.

Beranjak dari contoh sederhana tersebut, bukan hanya pemilik kosan yang menyakini bahwa anak kedokteran itu anak-anak orang kaya, akan tetapi tak sedikit pula manajemen birokrasi kampus baik itu swasta ataupun negeri yang berfikiran bahwa anak kedokteran itu anak orang kaya, maka tak heran jika semakin hari biaya pendidikan kedokteran semakin (membuat) edan !!! Biaya pendidikan kedokteran identik dengan angka ratusan juta, belum lagi biaya sikut sana sikut sini (Baca: uang pelicin), maka tak heran jika dalam diskusi saya dan kawan-kawan mengasumsikan bahwa anak-anak kedokteran adalah anak orang-orang kaya.

Seperti Apa Kenyataannya?

Sebagai mahasiswa kedokteran gigi, dalam kesempatan ini ijinkanlah saya mencurahkan hati saya tentang kenyataan yang sebetulnya terjadi didalam kampus kedokteran. Tak ada salahnya masyarakat mempunyai pendapat kalau mahasiswa kedokteran atau kedokteran gigi adalah anak-anak orang kaya! Akan tetapi pada kenyataannya di dalam kampus, saya nyatakan tidak semua mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi itu berasal dari anak-anak orang kaya, saya rasa kami semua sama dengan mahasiswa-mahasiswa fakultas lain, tapi saya juga tidak menutup mata bahwa memang ada pula kawan-kawan saya di kedokteran atau kedokteran gigi yang berasal dari anak-anak orang kaya.

Termasuk saya sendiri bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, Ayah saya hanya sebagai wirausahawan berkembang, ibu saya hanya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan IIIC, Gaji PNS ibu saya selama tujuh tahun dipotong oleh salah satu bank terkemuka di Jawa Barat lantaran untuk membayar biaya awal sumbangan pendidikan kedokteran gigi saya sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Dan ketika berdiskusi dengan beberapa kawan di kampus ternyata banyak juga orang tua kawan-kawan saya yang senasib dengan ibu saya.

Selain itu kisah tentang telat mendapat kiriman uang saku sering saya alami setiap bulannya, atau kisah ngutang di warung nasi rames juga sering saya alami, begitupun dengan kawan-kawan saya di kedokteran gigi, tak sedikit yang pernah mengalami nasib sama dengan saya. Tak sedikit pula kawan-kawan saya yang part time mencari penghasilan tambahan, bahkan ada yang berwirausaha seperti saya.

Saat ini begitu banyak orang yang ingin masuk atau memasukan anaknya ke sekolah kedokteran, tapi minder merasa dirinya orang miskin, merasa dirinya tak punya apa-apa, berpikiran bahwa masuk kedokteran itu pintar saja tidak cukup! Semoga dengan tulisan ini mampu membuka pemikiran anda yang hari ini merasa minder. Ayo jadi Dokter!

-------------------------------------------

Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:

-------------------------------------------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun