Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Yang Sudah Kubuat untuk Indonesia?

17 Agustus 2017   19:42 Diperbarui: 17 Agustus 2017   19:53 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di usiaku yang sudah menanjak tinggi seiring melajunya waktu. Pada  dasarnya, apa yang kulakukan untuk Negeri tercinta, selain nyinyir atau mengamini nyinyiran orang pada kebijakan pemerintah, tidak ada yang  berarti. Semenjak tanggal 20 September 1991, Aku hanya menjadi penambah  beban di atas bumi Indonesia, jika tidak dihitung selama dalam kandungan  emak.

Kalaulah boleh menghibur diri dengan apa yang dikatakan tetua: "satu tangkai padi pasti ada satu bulir yang hampa",  belumlah ada niat hati memutus napas karena merasa tak berguna, seperti  yang berusaha dilakukan pemuda kampung tetangga dua hari yang lalu.

Namun,  karena demikian faktanya---jadi hampa. Aku sudah sejak SMP mengubah diri  agar jadi berguna. Tepatnya, semenjak kebandelanku membuat sang Emak  akhirnya murka. Kalau bapak dan abang melayangkan umpatan tidak pernah  kuhiraukan.

Tapi, waktu itu emak dengan berurai air mata menyebut, "Oo, anakku. Ko enjadi kekuah bang sara." Artinya, "Oo, anakku. Kau satu mungkin lah jadi tak berguna", kurang  lebih demikian. Ketika itu, walau Aku tidak suka menangis, bahkan lupa  kapan terakhirnya, meski Aku berusaha menepis, air mataku pun tumpah,  tentu setelah tidak ada yang lihat. Memalukan jika ada yang menyaksikan.

Darah  dari kepala anak tetangga yang masih mengalir deras, setelah batu  sebesar anak ulekkan Aku lembar tepat dua inchi diatas telingganya, temanku itu menangis meraung-raung. Karena kasihan Aku pun mengantar ke  rumahnya tanpa merasa bersalah. Untungnya yang kudapati bukan bapaknya  yang terkenal kejam, tapi Ibunya. Jadi Aku hanya dapat omelan.  Setelahnya diselesaikan secara kekeluargaan.

Seperti biasanya,  sebelumnya juga aku pernah menyangkol kepala temanku saat mencari cacing  untuk umpan mancing, kali itu keluargaku harus mencari Kamping jantan  dan makanan tradisional lengkap untuk "ganti darah", upacara itu harus  dilakukan dalam adat kami jika melukai kepala orang.

Ditengah  ekonomi yang selalu cekak, karena adanya konflik Aceh, mengadakan bahan  upacara itu, sesuatu yang memusingkan kepala. Keluargaku tentunya. Kalau  aku ya biasa aja.

Baru setelah SMA, meski saya merasa belum  menanjak jauh ke arah yang lebih baik, sesuai janjiku setelah kejadian  itu, tapi berdasarkan pengakuan orang-orang terdekat dan tetangga, aku  telah berubah.

Setelah pulang sekolah aku membantu keluarga.  Nyangkol di sawah dan kadang meski jauh aku sempatkan ke kebun tembakau  keluarga. Juga prestasi sekolah lumayan meningkat, bukan aku  mengakuinya, tapi teman-teman, sebab teman-teman SMP lebih separuhnya  satu sekolah.

Walaupun tidak pernah mendapatkan pujian dari  keluarga, tapi aku yakin mereka puas dan bangga dengan perubahanku.  Karena keluargaku sudah biasa monoton, jarang senyum. Apalagi mungkin  seperti keluarga saudara, yang biasa basa-basi sambil memberi hadiah  jika kamu dapat prestasi. Keluargaku seperti halnya gerimis, tapi akan  menjadi badai jika ada kejanggalan.

Air mata Emak kembali tumpah  untukku. Yang paling dahsyat yang pernah kulihat. Emak memelukku erat,  menciumiku tak kalah beringas. Sebenarnya jika Emak tidak menangis pasti  aku merasa risih. Saat itu mendekati lebaran, tahun 2009, ketika aku  hendak merantau, karena ada panggilan beasiswa yang secara tidak sengaja  kudaftar---ngikut teman-teman. Mungkin emak tak menduga, anak badungnya  mengangkat martabat keluarga, sebab tak ada orang kampung merantau  sejauh aku. Hingga Emak tak kuasa menahan tangis.

Jadilah aku anak  rantau. Seperti inginku yang terbang bebas. Meninggalkan keluarga yang  penuh larangan. Walaupun maksud beasiswa harus kembali pada waktunya,  mengabdi pda tanah kelahiran. Inginku tidak pernah kembali, sebenarnya.

Namun, yang namanya anak, sebesar apapun hasratnya bebas. Toh, karena ia tercipta dari sepasang insan, perasaan kehilangan setelah  terbang pasti menyentuh kalbu. Tepat sekali, inginku berubah arah, dari  yang berniat tak pernah kembali jadi sebaliknya. Baru saja di  perantauan, aku sudah mengeja rindu kembali. Tapi, tentu tidak dengan  tangan hampa. Memalukan jika itu terjadi.

Tahun, 2012 aku kembali.  Sambutan tak kalah haru. Meski menggenggam minim prestasi. Tapi, janji  telah terpatri rapi dalam hati: jadi orang yang berguna.

Tahun  2013-2014 aku jadi penyulh industri, dibawah Kementerian Perindustrian.  Ilmu dari perguruan tinggi dan pengalaman selama merantau kukerahkan  sebesar kemampuanku untuk kemajuan tanah asalku.

Daerah yang seluas 5.719 km2 jadi wilayah suluhan industri. Menyambangi industri-industri yang jauh  selalu kulakukan, meski hujan atau panas. Ada juga wilayah yang melawati  hutan, Taman Nasional Gunung Leuser. Puluhan Kilo Meter jalur yang  biasa kulewati saat mnyuluh.

Ada Tujuh jenis idustri yang kubina,  diataranya: Penjahit Pakaian, Bordir Kerawang Gayo, Gula Aren, Minyak  Atsiri, Anyaman Pandan, Perabot Rumah Tangga dan Keripik Pisang.

Tentu  saja dari kesemua pelaku industri memiliki masalah segudang. Yang  mendasar dibidang SDM dan Pemasaran. Aku pun memberi masukan:

  • Memberi masukan dan arahan kepada pelaku industri tentang usaha kreatif dan produktif. Dan memberi contoh di pulau jawa.
  • Memberi arahan kepada pelaku usaha tentang pentingnya Visi Misi dan Pembukuan usaha.
  • Memberikan arahan pada Pelaku Industri cara untuk pengolahan limbah.
  • Memperluas wilayah pemasaran Industri dengan cara mencari jaringan diluar wilayah pemasaran.
  • Memperluas wilayah pemasaran IKM dengan cara mencari jaringan diluar wilayah pemasaran.
  • Menyarankan Industri agar mengikuti pameran, dan menjelaskan pentingnya.
  • Mengajukan  proposal permohonan bantuan pada Instansi pemerintahan, meski tidak  dikabulkan. Tapi mereka sudah tau cara mengajukan bantuan. Yang  sebelumnya sebagian mereka sama sekali tidak tau.
  • Mencari Instasi terkait yang dapat memberikan peminjaman dana dan menunjukkan caranya.

Meski  dari kesemua yang aku lakukan tidak sepenuhnya diamalkan Industri rumah  tangga. Tapi aku sudah merasa melakukannya dengan baik. Karena, ya,  terkadang sulit meyakinkan orang tentang yang memang sulit.

Aku  sudah berhenti sejak 2015, perasaan puas ada juga hinggap hingga kini,  karena pas bertemu di jalanan ada juga pelaku industri yang pernah  kubimbing mengucapkan terima kasih. Alhamdulillah.

Terkahir, mungkin yang kubuat berguna bagi Indonesia, ya, ketika BKKBN mengaku mengunakan coretanku untuk mempromosikan tentang Bonus Demografi.

Sekian saja, selamat 17an dan minta do'anya agar aku selalu berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun