Dari semua pernyataan elit politik soal PT, yang paling menggelitik adalah keluh kesah Fadli Zon.
Kata Wakil Ketua Umum Gerindra ini, aturan PT menyulitkan Gerindra.
"20 persen itu menyulitkan," kata Wakil Ketua DPR ini (Sumber KOMPAS.COM).
Kalau Gerindra sebagai pemenang ketiga yang berhasil meraih 73 kursi DPR RI (dari total 560 kursi) dan 11,81% suara dipikir Fadli sulit memenuhi PT, artinya Gerindra kesulitan mengajak parpol-parpol lain untuk berkoalisi mengajukan Prabowo sebagai capres.
Apakah Gerindra merasa sudah kepayahan menawarkan figur ketua umunya kepada parpol-parpol lain? Lantas, kenapa Prabowo menjadi sulit "dijual"?
Jika melihat sikap SBY yang memilih netral pada Pilpres 2014, Fadli benar. Bagaimana tidak, semua orang tahu jika Hatta Rajasa yang menjadi cawapres bagi Prabowo tidak lain dan tidak bukan adalah besan SBY sendiri, besan dari istri SBY sendiri, mertua dari anak kandung SBY sendiri, ayah dari menantu SBY sendiri, kakek dari cucu SBY sendiri, serta suami dari besan SBY sendiri.
Meski hubungan kekeluargaannya begitu erat, toh, SBY lebih memilih mengarahkan partai yang dipimpinnya untuk tidak mendukung Jokowi tetapi juga tidak mendukung Prabowo. Â