Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kopdar dengan Kompasianer Mbak Nana di Doha, Qatar

29 Maret 2018   19:06 Diperbarui: 30 Maret 2018   03:15 4291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unbelievable Doha (dok.Gana)

Mbak Ifendayu bagi info di Facebook. Colekannya membuat saya masygul. Mosok? Nggak nyangka jadi satu dari sekian banyak Kompasianer yang bakal dapat duit Kompasiana. Tadinya, sudah merasa tak berdaya. Untuk mencairkan honor menulis karena hitnya mencapai jumlah tertentu itu, harus lewat bank mandiri. 

Bagaimana mungkin saya bisa dapat PIN bank mandiri on line? Teman-teman di tanah air yang sudah datang sendiri ke banknya saja susaaaah. Waktu itu saya masih di Pakistan dan melupakannya pelan-pelan. Uang bisa datang kapan saja dan darimana saja. Yo wis lah. Begitu pikir saya.

Perasaan itu juga sering hadir ketika banyak lomba dengan hadiah uang yang mengharuskan pakai produk tertentu yang hanya ada di Indonesia. Mungkin memang nasibnya yang di luar negeri begitu.

Dan ternyata, saya merasakan manfaat yang lebih dari sekedar iming-iming uang tadi. Apa itu? Teman! Selama berinteraksi di Kompasiana sejak Mei 2011, dapat ban yak teman yang ada di seluruh dunia. 

Kalau dulu saya sering ketemu di dunia nyata dengan Kompasianer di Indonesia yang saya kenal di dunia maya - Kompasiana, kali ini dengan mbak Nana Ramelan dari Doha, Qatar. Istri mas Fajar, pilot Qatar airways yang supel dan baik hati. Mobilnya kereeeen, masss ... brum-brum-bruuuuum nggak kuwat.

Oh. Doha? Tadinya, tujuan kami hanya business trip ke Pakistan. Suami ada ide untuk menikmati beberapa hari di Doha karena pesawatnya Qatar. Apalagi ada visa free, boleh masuk Qatar tanpa persyaratan kertas yang memusingkan seperti biasa (terima kasih, Emir). Kebetulan, saya ingat ada teman Kompasianer, mbak Nana di Doha. Setelah kontak-kontakan, kami janjian ketemu makan malam.

Masjid dan Islamic center sebelah Souq Waqih (dok.Gana)
Masjid dan Islamic center sebelah Souq Waqih (dok.Gana)
Souq Waqif

Di pasar seni buatan pemerintahan kerajaan Qatar itulah kami bertemu. Di restoran Yemen. Mengapa? Karena saya mau yang unik, duduk lesehan kayak jaman bahula.

Tapet pukul 19 sampai di area. Setelah muter seperti gasing karena sopir taksi salah kasih petunjuk ke kanan, 15 menit kemudian kami menemukan restoran Bandar Aden. Mungkin pikir sopir tadi restoran Al Badar. Lain kali harus gosok telinga dua kali, babah. Xixixi.

Mas Fajar cerita bahwa cara masyarakat Qatar makan ya, sapime (satu piring rame-rame). Nggak heran kalau piring segede nampan itu berisi nasi Mandi dan daging kambing diserbu bareng. Minumannya air putih dingin, segarrrr. 

Hari memang sudah gelap tapi angettt. Bahkan kadang merasa gerah karena jalan-jalannn. Jalan lagi, siapa takut? Setelah makan memang tidak pulang (bukan SMP), kami mengelilingi pasar yang dibuat seperti lama tapi masih baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun