Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan featured

Mahalnya "Urnenbeisetzung", Pemakaman Abu di Jerman

23 September 2017   14:40 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:17 2954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abu dalam tabung termos (dok.Gana)

Si bapak berdoa, mengambil tanah dengan sekop, memasukkan tanah ke dalam lubang, mencipratkan air suci dan pergi. Kami mengikuti. Lubang rata dengan tanah. Selamat tinggal, om. Suara sesenggukan keponakan kami kembali terdengar. Langit serasa runtuh.

Hening. Saya pandangi batu-batu makam di sekitarnya. Batu makam yang mengalami kondisi memprihatinkan dan mau jatuh, biasanya dikasih sticker oleh pengurus makam, supaya diurusi atau diperbaiki.

Batu makam yang sudah melebihi batas kontrak makam (20 tahun untuk pemakaman dengan menanam peti mati, 15 tahun untuk pemakaman dengan menanam abu), juga mendapat sticker. Peringatannya, agar batu makam dan pohon atau bunga yang ada di makam almarhum/ah, diambil atau dipindahkan dari makam.

Das Rosenkranz Gebet, Doa untuk Almarhum di Gereja

Beberapa hari setelah penguburan abu, kami diundang ke acara Rosenkranz di sebuah gereja.

Yang hadir, lansia umuran 80 tahun ke atas. Jumlahnya 10 orang. Hanya kami bertiga yang masih muda. Keponakan, suami dan saya.

Tepat pukul 18.00, acara berdoa dalam bahasa Jerman dimulai. Hadirin membaca doa yang sama, diulang-ulang selama 30 menit. Saya hanya menyimak dan memilih Al-fatihah dalam hati.

Setengah jam kemudian, datang seorang asisten pastor dari India, Annan. Umurnya kira-kira masih 30 an. Dia pernah  pendidikan Katolik Roma di Roma, Italia. Katanya, ia jadi banyak kenal asisten pastor yang masih muda, dari seluruh dunia. Ingatan saya jadi melayang pada kompasianer Gordi di Italia. Ah, mungkinkah mereka pernah bertemu di sana?

Doa berbahasa Jerman dipimpin asisten pastor itu. Mendoakan om yang sudah meninggal dan berharap keluarga yang ditinggalkan kuat menjalani. Hidup masihlah panjang.

Pukul 19.00, lonceng gereja berdentang tujuh kali. Pertanda acara telah selesai. Hadirin berjabat tangan dan keluar pintu, menuju rumah masing-masing. Di luar, udara dingin sudah menjemput. Life is so short. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun