Mohon tunggu...
Humaniora

Potret Pendidikan di Balik Gedung Pencakar Langit Jakarta

29 Mei 2017   19:13 Diperbarui: 28 September 2017   18:58 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKUMENTASI PRIBADI

Berbuat baik itu tidak terbatas! Tidak juga terbatas materi. Berbuat baik bisa juga dengan mendoakan juga menjadi relawan dalam sebuah komunitas. Begitu juga kami, FWD Life tim Marketing dan CEO Office, kami ingin terus berbuat baik kepada anak - anak Indonesia dengan menjalankan kampanye sosial kami #FWDFourtastic dengan concern di bidang pendidikan. Dan kami memilih TK Sekolah Alternatif Anak Jalanan sebagai target kami tahun ini. Kami berharap melalui kampanye sosial ini, kami dapat memberikan bantuannya kepada SAAJA.

Profil SAAJA

SAAJA didirikan oleh Alm. Farid Faqih pada tahun 2002 dibawah naungan Yayasan LSM Pemberdayaan Rakyat Miskin. Bangunan ala kadarnya itu merupakan posko pengungsian ketika bencana banjir di jakarta tahun 2001 - 2002 yang pada akhirnya digunakan sebagai sekolah gratis bagi anak - anak kurang mampu disekitar Epicentrum, Kuningan. 

Kunjungan FWD Life, 26 Mei 2017

Sedikit miris pada saat pertama kali saya menginjakkan kaki ke Taman Kanak - Kanak Sekolah Alternatif Anak Jalanan. Sekolah kecil yang berada di balik Gedung - Gedung pencakar langit yang ada di sekitar Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Seakan menyempil sebagai sekolah gratis bagi anak - anak yang tidak mampu yang  bermukim di pemukiman kumuh sekitar area TPU Menteng Pulo.

Yang ada di bayangan saya ketika ngobrol melalui telfon dengan salah satu guru TK SAAJA adalah sekolah yang berada di Kompleks Pusdiklat DKI memiliki bangunan dan infrastruktur yang layak untuk digunakan oleh siswa - siswinya. Ternyata apa yang saya bayangkan berbeda sekali dengan keadaannya. Bangunan yang tidak layak dengan kondisi reot sana sini, kipas angin ala kadarnya hanya sekedar untuk menghilangkan hawa panas di dalam ruangan. Ada sedikit bau pengap yang memenuhi ruangan. Dan keadaaan tamannya yang maish beralaskan tanah.

Ketika saya dan  teman - teman dari FWD Life tiba di TK SAAJA untuk melakukan survei, sedang berlangsung mata pelajaran Bahasa Inggris yang mana materinya diberikan oleh seorang guru relawan. SAAJA memang selalu membuka pintu selebar - lebarnya bagi setiap guru relawan yang mau membantu proses belajar mengajar di SAAJA dikarenakan keterbatasan biaya operasional, SAAJA hanya memiliki 2 guru tetap untuk 3 kelas setiap harinya. Itupun biaya operasional dibantu oleh 2 donatur tetap setiap bulannya yang berjumlah tidak lebih dari Rp.1.500.000.

Kurang lebih ada 34 anak yang hadir saat itu. Mereka mendengarkan seksama, menghapal kata demi kata yang diberikan oleh Ibu Guru cantik, begitu kata mereka. Di luar kelas, tepatnya di halaman sekolah, ada sekumpulan ibu - ibu juga yang sambil rumpi sambil ngrujak sambil nungguin anak - anak mereka yang sedang berada di dalam ruangan. Dibalik segala keterbatasan yang ada, mereka tetap bisa memancarkan rasa kebahagiaan dengan berkumpul bersama ibu - ibu lainnya. Begitu pun siswa - siswinya, tidak ada yang cemberut, tidak ada yang menggambarkan kekurangan, seakan mereka sempurna dengan senyum yang terpancar.

Saya dan teman - teman dari FWD Life memperkenalkan diri kepada mereka, menyapa setiap anak yang hadir. Dan mereka juga menyambut perkenalan dari kami dengan begitu semangat "Selamat Siang Kakak - Kakak! Saya terharu! Begitu juga dengan mereka, memperkenalkan dirinya masing - masing kepada kami. 

SAAJA adalah potret keterpurukan pendidikan Indonesia. Sudah saatnya kita bersama untuk lebih memperhatikan pendidikan anak - anak Indonesia. Menciptakan tempat belajar yang nyaman dengan fasilitas yang baik untuk mendukung mereka. Melalui kampanye sosial ini, kami mengajak teman - teman se-Indonesia untuk mau meringankan tangan, menggalang dana demi memperbaiki Sekolah Alternatif Anak Jalanan melalui : https://kitabisa.com/fwdmarketing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun