Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Mesin EDC Motor Penggerak Transaksi Non Tunai

23 November 2016   17:19 Diperbarui: 23 November 2016   17:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alat gesek EDC (sumber; www.cermati.com)

Berbicara tentang transaksi non tunai, tentu kita mengetahui yang namanya transaksi uang bukan cash/kontan. Transaksi demikian  dikenal dengan transaksi elektronik. Penggunaannya bisa lewat kartu ATM, kartu kredit, alat gesek EDC, internet banking, atau e-money lainnya.

Transaksi-transaksi elektronik itu memang tidak lepas dari jaringan kemajuan teknologi dan informasi (IT). Dibandingkan dengan beberapa dasawarsa yang lalu, masyarakat mencairkan uang harus ke kantor pos terdekat atau mengantri di bank. Hal ini tentu akan banyak menyita waktu dan energy.

Saya pun jadi teringat era 90-an, ketika menerima kiriman uang lewat wessel pos dari saudara. Untuk mencairkannya tentu pergi ke kantor pos yang tak jauh dari rumah. Dan antrian pun sangat banyak. Maklum dikarenakan kondisi mau lebaran ketika itu…..hehehe…bukan ‘lebaran kuda’ ya…seperti pameo yang beredar akhir-akhir ini.

“Uang elektronik (e-money) ini adalah pencairan yang paling aman. Cukup gunakan perlengkapan aplikasi teknologi baik smartphone atau gadget dalam system pembayaran”, demikian yang disampaikan oleh Bapak Difi A Johansyah Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara dalam acara Goes to Kampus bersama Bank Indonesia (BI) di ruang Auditorium Universitas Sumatera Utara (USU) pada tanggal 17 November 2016. Dengan tema Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

Hadir juga sebagai pembicara lain, Direktur Departemen Kebijakan dan System Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia, Ibu Farida Perangin-Angin, Perwakilan Divisi E-Banking BNI, Ibu Dyah Permata Widyastuti, Marketing Manager e-commerce Asia, Bapak Joddy W Kusumo. Serta Iskandar Zulkarnaen (Isjet) dari Kompasiana dan Thomas Herda sebagai Producer Net Tv Citizen Journalist.

beberapa pembicara pada acara Goes to Kampus di USU Medan (17/11). Sumber; dokpri
beberapa pembicara pada acara Goes to Kampus di USU Medan (17/11). Sumber; dokpri
Aman bisa diartikan, terhindar dari resiko kehilangan. Misal, kehilangan dompet atau dicopet. Resiko demikian bisa saja terjadi kapan pun dan dimana pun. Dan tidak mengenal status sosial. Bagi masyarakat umumnya, tentu tidak mau mengalami resiko tersebut. Penggunaan transaksi on line / elektronik tentu merupakan pilihan yang tepat, agar aman dari resiko tersebut. Tetap boleh membawa uang, tapi secukupnya. Misal, untuk keperluan hal-hal kecil seperti naik angkot, bayar parkir pinggir jalan, atau beli minyak kendaraan.

Peserta mahasiswa yang hadir di Auditorium Kampus USU (sumber; dokpri)
Peserta mahasiswa yang hadir di Auditorium Kampus USU (sumber; dokpri)
Diperkirakan peserta yang hadir hampir 1000 peserta acara Goes to Kampus di USU (sumber; dokpri)
Diperkirakan peserta yang hadir hampir 1000 peserta acara Goes to Kampus di USU (sumber; dokpri)
Era sekarang hal yang namanya basis teknologi dan internet, tidak dapat tidak dikatakan membantu dalam hal percepatan pertumbuhan ekonomi. Dalam asumsi awam saya, semakin tinggi transaksi lewat e-money, akan mempercepat nilai uang masuk lewat antar bank. Dengan demikian, baik bank pemerintah atau swasta akan mendapatkan aliran rupiah (cash flow) semakin tinggi dan kuat. Artinya, bank-bank memiliki limpahan rupiah yang bisa sebagai cadangan untuk antisipasi terjadinya penarikan uang rupiah dalam skala besar (rush money). Biasanya ini terjadi di saat moment lebaran Idul Fitri dan Natal serta libur akhir tahun baru. Dimana pemenuhan kebutuhan pada moment itu boleh terbilang sangat besar.

Suatu hal yang pasti, sejak dicanangkannya GNNT ini dua tahun yang lalu, oleh Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo tepatnya 14 Agustus 2014 yang lalu, sampai sekarang pertumbuhan transaksi non tunai masyarakat Indonesia masih relative rendah dibandingkan dengan Negara-negara tetangga (ASEAN). (sumber)

"Sekitar 95% masyarakat Indoensia masih menggunakan transaksi cash money. Artinya masyarakat masih terbiasa menggunakan uang cash dalam transaksi sehari-hari", ujar Ibu Farida Perangin-Angin dalam eksposenya tentang 'smart money wave'.

Memang hal demikian wajar, karena baru berjalan dua tahun. Meskipun begitu, satu sisi penggunaan internet di Indonesia boleh dikatakan naik trafiknya. Berdasrkan suatu rilis survey oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia) survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. Hasil yang sungguh besar ini, tentu suatu nilai yang sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi ke depannya dalam bidang e-commerce. (sumber)

Ilustrasi gambar ; sumber www.kominfo.go.id
Ilustrasi gambar ; sumber www.kominfo.go.id
Manfaat lain dari transaksi non tunai secara tidak langsung adalah bisa meminimalisir antrian dan kepadatan lalu lintas. Kenapa bisa mengurangi kepadatan lalu lintas ? Yakni, dalam transaksi si pengguna cukup menggunakan transaksi on line baik itu lewat sms bangking atau internet banking. Bisa dilakukan di rumah, kantor, atau sedang santai dengan kawan di kafe. Hitung-hitung irit BBM deh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun