Mohon tunggu...
Fredy Daus
Fredy Daus Mohon Tunggu... -

Alumnus FISIP-UI

Selanjutnya

Tutup

Money

Tidak Logis KRL Ekonomi Dihapuskan

25 Maret 2013   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:13 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Gara-gara rencana PT KAI menghapuskan KRL Ekonomi jalur Bekasi-Jakarta Kota, ratusan penumpang dari strata golongan ekonomi lemah akhirnya menduduki rel di kawasan Stasiun Bekasi, sejak pk. 06.30 hingga 11.00 pada Senin (25 Maret 2013). Ini sebagai bentuk protes terhadap rencana penghapusan KRL Ekonomi mendatang.

Protes masyarakat yang sempat mengganggu perjalanan kereta api hampir 5 jam itu tidak lain merupakan dampak kebijakan PT KAI yang tidak memperhatikan aspirasi masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah. Apalagi kondisi perekonomian nasional saat ini cukup memprihatinkan, seperti hasil analisis Bank Dunia maupun Bank Pembangunan Asia (ADB) yang mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 6,3% menjadi 6,2%.

Jelas, akan terjadi penurunan daya beli di masyarakat. Bahkan koefisien Gini Ratio Indonesia sekarang makin melebar dari 0,34 menjadi 0,46, yang menunjukkan ketimpangan ekonomi di masyarakat negeri ini semakin melebar. Artinya, penduduk yang miskin akan semakin miskin, dan yang kaya semakin kaya.

Dari gambaran tersebut, PT KAI sebagai BUMN yang bersifat public services seharusnya tidak hanya berorientasi profit semata, tetap juga perlu memperhatikan aspek ekonomi lainnya. Bahkan, ada kesan PT KAI mengorbankan aspek kenyamanan penumpang yang dari waktu ke waktu terlihat semakin menurun.

Sebelum sistem loop line diterapkan, kenyamanan penumpang KRL AC terasa lebih nyaman dan tidak ada desak-desakan seperti sekarang. Ibaratnya, pelayanan KRL AC di waktu lalu cukup membuat penumpang senang. Bahkan trayek langsung dari Bekasi bisa sampai ke Jakarta via dua jalur, yaitu via Gambir dan Senen. Lalu ada trayek langsung dari Bekasi ke Tanah Abang.

Namun setelah sistem loop line, ketiga trayek tersebut dihapuskan, yang ada hanya satu trayek Bekasi-Gambir-Jakarta Kota. Selanjutnya menggunakan sistem transit di Jatinegara jika ingin ke Senen. Itupun di stasiun transit ternyata tingkat kenyamanan dan ketepatan waktu nya sangat amburadul.

Bayangkan, semula yang naik KRL Commuter Line dari Bekasi lalu transit di stasiun Jatinegara, yang tersedia KRL Ekonomi, ya penumpang terpaksa harus naik untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya pun penumpang dari KRL Ekonomi bisa seenaknya ke KRL CL. Jelas, kepadatan penumpang semakin hari semakin menjadi-jadi. Ini menunjukkan tidak ada bedanya antara KRL CL dan KRL Ekonomi, kecuali harga karcisnya yang beda.

Yang aneh lagi, dulu ada KRL Bekasi Ekspres dan KRL Pakuan Ekspres yang harga tiketnya lebih mahal khusus bagi penumpang kelas menengah ke atas, eh tiba-tiba dihapuskan tanpa alasan yang jelas oleh Direksi PT KAI sekarang yang dipimpin Ignasius Jonan.

Tidak hanya itu. Kenyamanan penumpang terasa berkurang saat semua KRL dilarang berhenti di Stasiun Gambir sampai sekarang. Konon alasannya untuk menghindari penumpang gelap (free rider) dari KRL kemudian naik KA Luar Kota. Ini kan alasan sangat tidak masuk akal. Buktinya, dulu sebelum sistem loop line, semua KRL bisa berhenti di stasiun Gambir, kecuali KRL Ekonomi.

Sebagai penumpang KRL, menyarankan agar manajemen PT KAI lebih adaptif lagi melihat kondisi ekonomi sebagian masyarakat golongan ekonomi lemah, yang sangat membutuhkan sarana KRL di tengah hidup yang pas-pasan, kiranya KRL Ekonomi tetap dipertahankan sepanjang koefisien Gini Ratio Indonesia belum ada perbaikan yang signifikan. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun