Suara Hans menyentakku. Wajah Rima tampak tegang. Ada tekanan yang dia rasakan.
Dia tampak mengangguk dan menggeser duduknya. Tangannya meraih minuman, seteguk air untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering.
Dia menatapku dengan sendu.
"Dek Murni, apakah Adek bersedia menjadi istri Bang Hans?"
Aku tak mampu menjawab. Janggal, kenapa Hans tidak menyampaikan sendiri? Kulirik Hans, dia tampak tersenyum menang, sementara Rima menunduk, ada butir bening di sudut matanya.
"Hans... !"
"Murni, dia  ikhlas menerimamu, tak ada rekayasa di sini, saatnya kau sampaikan kepastianmu."
Bagai petir menyambar. Aku benar-benar terkejut sekaligus kecewa . Kali ini aku yang dilamar, suatu saat bukan tidak mungkin aku yang harus melamar.
Kututup rapat pintu hatiku, tak sedikitpun celah untukmu Hans.