Mohon tunggu...
bumitadulako
bumitadulako Mohon Tunggu... -

Im blogger

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Kepulauan

15 Agustus 2017   17:58 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:43 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian I

PANDAWA LIMA

Matahari telah terbit dari timur suara soarak --sorak  terdengar dari 8 penjuru mata angin seakan ingin menyapa di pagi hari yang cerah dan penuh cahaya, Sekumpulan anak desa berlari dipesisir pantai yang indah dan elok itu. Kemanakah mereka berlari ? Seraya melambaikan tangan dikesunyian pagi dengan gemuruh ombak yang menghempas dipesisir pantai. Seorang bocah begitu tegar berdiri menyapa diatas perahu dengan penuh semangat, berteriak kami datang...!!!

Pasti mereka membawa hasil tangkapan yang banyak gurau Dwipantara anak setengah baya yang telah menunggu di pesisir pantai. Tidak lama kemudia perahu kecil sudah berada di tepi pantai. Setelah berjuang semalam suntuk ditengah laut mereka berdua Steven dan Jo bergegas untuk mencucut ikan hasil tangkapanya untuk dijual kepada para pembeli ikan yang telah menunggu di tepi pantai.

Ikan mereka pun habis terjual dengan semangat 5 sahabat ini besorak gembira penuh semangat mengigat itu adalah hasil tangkapan ikan mereka yang terbanyak selama mereka melaut bersama. Khalik,Jo, Dwipantara,Steven dan Musa merupakan Lima sekawan yang telah lama bersahabat karib. Mereka adalah Anak-anak nelayan yang tinggal dipedesaan dan memiliki cita-cita untuk mengembangkan kemaritiman sebagai ujung tombak peradaban maritim di daerahnya.

Namun berbeda dengan anak-anak sebaya dikampung itu, Lima sekawan ini selalu bermain bersama untuk menaklukan tantangan dan  petualagan yang cukup beresiko untuk anak seumuran mereka yang setiap harinya hanya dihabiskan dilaut. Maklum memngigat mereka tingal di sebuah pulau terpencil yang hanya dihuni oleh seratus kepala keluarga, namun dari sinilah awal mimpi mereka diwujudkan.


Lima sekawan ini layaknya seperti pandawa lima pada cerita mahabarata, mereka memiliki cita-cita yang berbeda. Khalik Esaan, Biasa disapa Khalik adalah anak nelayan yang suka petualangan setiap hari libur selalu melaut dengan orang tuanya sampai berhari-hari ditengah laut. Memang tidak ada pilihan lain bagi mereka anak2 seusianya dikampung tersebut hanya mengandalkan laut sebagai mata pencaharian dan berkebun untuk menghidupi keluarga mereka.

Arifin biasa disapa Ojo (Jo) adalah anak kepala sekolah dikampung itu dan memiliki cita-cita menjadi menteri kelautan dan perikan di Republik ini sehingga setelah tamat SD nanti akan merantau ke Kota Palu untuk melanjutkan pendidikan disana, Selain suka melaut Dia juga gemar mengikuti kegiatan sekolah seperti pramuka dan lomba matematika untuk mewakili sekolahnya ke tingkat kabupaten bahkan tingkat propinsi.Selain itu bapaknya juga sangat mendukung dalam beberapa kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang digelutinya.

Yang ketiga adalah Dwipantara adalah anak kedua dari seorang pensiunan tentara. Ketika bapaknya mendapat tugas dipulau pangalasiang, Karena ada kabar ketika itu sering terjadi illegal logging dipulau tersebut yang biasa dikirim melalui jalur laut menuju tawau Malaysia. Karena letak pulau tersebut yang strategis untuk menyebrang kemalaysia. 

Setelah bertugas selama 5 Tahun disana akhirnya jatuh cinta kepada seorang kembang desa dan memutuskan untuk menikahinya. Karena orang tuanya seorang TNI Dwipantara juga memiliki semangat cinta tanah air dan bangsa seperti ayahnya seorang patriot bangsa dan prajurit yang selalu siap bertugas di tempatkan diseluruh pelosok Nkri.

Musawir namanya biasa disapa musa, Sebagai seorang anak nelayan yang juga memiliki hoby melaut dia juga gemar membantu orang tuanya dikebun untuk bercocak tanam, sehingga tak heran kulitnya hitam layaknya Ebony, namun memiliki otot yang sudah kelihatan walaupun umurnya baru menginjak 10 tahun. Selain gemar berkebun musa juga rajin ke masjid untuk menjalankan sholat 5 waktu sampai-sampai ia di angkat menjadi bilal di usianya yang masih muda. Karena pulau itu tidak ada lagi pemuda-pemuda yang bisa diandalkan mereka lebih memilih merantau ke Malaysia untuk mengadu nasib disana.

Steven...Suara terdengar lantang dari kejauhan malam sehingga membangunkan para warga disekitarnya. Ada apa bu, Tanya seorang warga ! Tanpa diduga terucap dari mulut ibu separuh baya dasar anak nakal, Cuman minum cap tikus ngoni pekarja siang malam, Mo jadi apa ngana ini steven ? Namun si bocah tidak perduli dengan ocehan ibunya dia terus saja memainkan gitarnya dikesunyian malam yang hening itu sehingga seluruh mata tertuju padanya.

Steven bocah kecil yang badung, Seperti biasa ibunya tidak henti-hentinya memarahi anaknya diusia yang masih terbilang muda sudah suka keluyuran malam layaknya anak dewasa. Gelap pun hilang dikesunyiaan malam dengan wajah ganas dan sunyi senyap anak itu pun tertidur dibawah sinar bulan yang terang. Sampai gerimis membasahi seluruh tubuhnya. Dia telah mabuk ucap ibunya, Kalau begini terus kita mo kirim ngana ke Jakarta dengan ngana pe opa disana! Biar ngana rasa tinggal di kota besar dan cari doi sandiri, Ucap ibunya kepada sosok tubuh yang sudah terlelap di bawah pondok rumahnya.

Berbeda dengan teman lainnya Jo adalah anak yang kutu buku sejak kecil gemar menghabiskan waktunya diperpustakaan sekolah yang berdiding kayu itu, Dia sering ketiduran membaca buku sampai lupa bahwa hari itu ada jadwal yang telah mereka sepakati berlima untuk melaut bersama. Mengigat hari itu adalah hari minggu yang sangat dinanti nantikan oleh mereka supaya bisa pergi bersama.

Jo, Jo bangun,bangun kami sudah siap ini, sambil membuka mata dengan perlahan dan masih sayup-sayup sudah terlihat wajah yang hitam dengan rambut keriting agak kekuning-kuningan tak lain adalah musa, Waaaa! Jo berteriak kaget, ada apa ? musa bertanya kepadanya, Saya mengira engkau adalah gurita yang sedang mengeluarkan senjata andalanya. Maklum mengigat tampang dan perawakan musa layaknya gurita yang sedang mengeluarkan tinta hitamnya seperti warna kulitnya yang gelap.

Ayo bangun...bangun ! Steven, Musa, Dwipantara dan Khalik mendesak jo, seraya menarik sarung yang dipakainya dari jendela rumah. Bangun,bangun,bangun...Ayo bangun kita memancing bersama, Bukankah hari ini kita sudah sepakat untuk pergi memancing bersama-sama, Jo masih saja menutup matanya dengan bantal dan menarik sarungnya seakan tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya ! Sorak steven langsung menyiramnya dengan air, Deeerrr, Akhirnya jo mengalah juga. 

Ayo bergegas sebelum perahunya dipakai oleh bapak saya, Uuuwwwwhh. Dasar badung ! Ucap jo kepada steven. Maemang di antara 5 sekawan ini hanya steven yang berani melakukan hal-hal yang aneh seperti itu. Namun mereka tetap segan dan patuh dengan Kahlik karena umurnya lebih tua diantara mereka.

Siapa itu, suara tedengar dari kamar sebelah. Jo ! Jo, Suuuttt jo meletakan tangannya kemulut memberikan isyarat kepada teman-temanya untuk diam supaya tidak terdengar oleh ibunya. Segera jo beranjak dari tempat tidurnya dan melompat dari jendela kamarnya.  Duhhhhmm...Jo kkamu kemana? Ibunya bertanya !Kelima bocah ini pun berlari kepantai dalam suasana gelap gulita dengan cahaya bulan yang sudah samar-samar.

Canda tawa bocah-bocah ini lenyap di kesunyian malam, angin dan gemuruh ombak lautan yang menerjang pesisir dengan handangan karang yang kokoh di tepi pantai. Jo membasuh mukanya dengan air laut, Ditambah dengan udara yang dingin menusuk  Tulang. Sedangkan khalik membagi tugas kepada steven untuk mengambil dayung diperahu bapaknya, Musa membuang air diperahu yang hendak mereka gunakan sementara Dwipantara mengambil kayu untuk dijadikn pijakan yang diletakan dibawah perahu supaya mudah untuk didorong ke laut. Dan mempersiapkan peralatan pancing sambil memegang lentera dan karamba untuk menaruh ikan hasil tangkapan agar tetap hidup.

Setelah semuanya siap, ke lima bocah ini bergegas mendorong perahu kelaut tiba2, Buzzz !  hantaman ombak menyambut mereka, ha aha ah terdengar suara kegirangan dari steven yang berada di pilar paling depan bersama musa, karena basah terkena hantaman ombak ketika mengiring perahu kelaut. Sorak di ikuti oleh ketiga temanya Jo,Khalik dan Dwipantara. Ha ah aha ha mereka basah kuyup...! Sambil meledek 2 sahabatnya.

Kegirangan pun semakin riuh ketika perahu yang mereka tumpangi sudah menyentuh air laut dan berada ditepi pantai. Ayo naik,naik cepat khalik memberi perintah kepada teman-temanya supaya bergegas naik ke perahu, Steven langsung mengambil posisi paling depan sedangkan Dwipantara dan jo berada di urutan kedua dan ketiga disusul musa dan khalik  di bagian buritan. Formasi ini memang sering mereka terapkan ketika melaut bersama. Steven, Jo dan Khalik mulai mendayung perlahan ke tengah laut. Sedangkan Dwipantara dan musa mempersiapkan pancing dan segala perlengkapanya. 

Dengan semangat 45 para bocah ini mendayung perahu mereka. Kita ke Tuguan ! sepontan khalik menyampaikan daerah Fising ground yang mereka tuju. Daerah itu kan jauh khalid, sembari berguman musa kepada kawanya! Aahhh tidak apa2 sekali-sekali kita kesana, dari pada penasaran hanya diceritakan oleh orang tua kita. Aku ingin sekali memancing disana. Khalik memang selalu penasaran dengan Tuguan karena orang tua mereka selalu mendapat hasil tangkapan ikan yang banyak ketika memancing berkenjung disana.

Musa memberikan saran supaya kita memancing didaerah pingiran saja, Iya benar itu, jawab Dwipantara. mengigat kita hanya mengandalkan dayung bukan mengunakan mesin katinting,Tetapi Khalid, Steven  dan jo dengan semngat mendayung perahu mereka tanpa perduli dengan 2 sahabtnya itu. Dasar kalian penakut, Ucap Steven kepada dua sahabatnya itu. 

Wajar jika 2 sahabtnya merasa takut kesana, mengigat untuk sampai ke Tuguan butuh waktu 3 jam jika mengandalkan dayung, berbeda jika mengunakan mesin katinting hanya butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai disana. Apalagi arah angin tidak berpihak kepada mereka ditambah arus laut yang berlawanan arah jika menuju ke pulau tuguan . Bisa memakan waktu 4-5 jam dengan kondisi saat ini.

Sudahlah hari ini milik kita ucap steven kepada teman-temanya, ha ha ha! Khalik tertawa  terbahak-bahak begitu juga jo! Dasar kalian penakut kapan lagi kita kesana ? Dengan rasa cemas musa dan Dwipantara akhirnya setuju !!! UUUMMHHH baiklah ucap musa tapi jangan sampai Orang tua kita tahu kalau kita memancing disana, Mereka pun bersepakat untuk tidak membuka rahasia ini.

 Hu ha, Hu ha Hu ha suara sorak-sorak terdengar dari ketiga bocah ini sembari mendayung perahu dengan penuh semangat sesekali mereka diterjang ombak dan arus laut yang tidak bersahabat tetapi, mereka tak gebtar layaknya pelaut ulung yang menerjang badai. Sudah 1 jam waktu mereka tempuh namun belum keliatan tanda2 lampu mercusuar di pulau tuguan, Musa dan Dwipantara berharap cemas dalam hati mereka sembari bertanya kepada Khalik " Apakah masih jauh tempatnya ? mana aku tahu ini kan baru pertama kali kita kesana, Jawab khalik dengan nafas terseok-seok karena terus mendayung, Sudah tenang saja sebentar lagi kita sampai ujar Steven.

Mentari mulai menampakan dirinya dari ufuk Timur dengan warna orange ke hitam- hitaman, Kelima bocah inipun merasa kagum akan pemandangan dipagi itu, Sambil melihat ke pulau pangalasian tempat mereka bermukim. 

"Wwwoowww begitu indah kampong kita" Ucap Dwipantara kepada teman-temanya sambil tersenyum mereka pun terus bepacu dengan derasnya arus dan gelombang laut. Sesekali ombak menghadang mereka namun mereka tidak gentar tetap mendayung menuju pulau Tuguan yang sering diceritakan oleh orang tua mereka.

Lihat itu ! Musa berteriak kegirangan. Lampu mercusuar sudah kelihatan ! Alhamdullilah, Khalik berucap dalam hati sembari mendayung, sementara steven dan jo tersenyum dengan wajah berseri-seri, Seakan menyimpan harapan bahwa mereka akan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah hari ini dan segera sampai ke tempat yang dituju yakni Tuguan.  selama ini hanya diceritakan oleh orang tua mereka ! seperti mimpi yang akan terwujud.

Anak-anak seumuran mereka masih dilarang memancing ikan dikawasan Tuguan. Konon punya cerita dari orang tua bahwa pulau Tuguan adalah daerah yang angker dan sering memakan korban karena berada dititik pertemuan arus laut yang deras. ibarat sebuah pusaran air yang dapat menghisap dan menengelamkan benda apapun yang berada diatas permukaan dikawasan itu. Sehingga wajar jika kawasan tuguan terdengar angker, Bukan karena ada hantu lautnya namun tidak menentunya arah arus laut.

Setelah 3 jam kemudian 5 bocah ini terus mendayung tanpa kompas dan peralatan navigasi yang lengkap akhirnya mereka, merasa telah sampai pulau tuguan dengan patokan lampu mercusuar di pulau itu yang menghadap kearah utara jika dilihat dari pulau dari pangalasiang. Hoorree, kita telah sampai di dikawasan tuguan. Khalid bersorak gembira sembari menyemangati teman-temanya yang telah kehabisan stamina karena kelehan mendayung tanpa henti selama 3 jam.

Tanpa diperintah Dwipantara mengambil semua peralatan memancing dan sebotol air. UUuugghhh,uuugghhh segar, untung saya ingat membawa air dari rumah ucapnya! sehingga mereka pun berebutan mengambil air minum tersebut. Setelah selesai melepaskan dahaga mereka, Para bocah ini pun istrahat sejenak. Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, seperti biasa mereka mulai menurunkan tali pancing dengan memasang umpan yang telah mereka persiapkan sebelumnya yakni udang putih yang berukuran seperti jari kelingking.

Harap-harap cemas menunggu ikan memakan pancing mereka.Tiba-tiba kreekkkkk..kreeekkk !!! Khalik... pancing kamu itu sudah ketarik, Sorak musa kegirangan ! Perlahan-lahan Khalik mengulur pancingnya seraya mengikuti tarikan ikan yang menyambar pancingnya. Khalik paham betul ketika ikan memakan pancing biarkan dulu dia bermain-main jangan melawan tarikanya karena bisa berakibat fatal yakni antara putus atau terlepas ikannya karena hentakan kita yang kuat.

Setelah 7 menit berlalu barulah khalik perlahan menarik pancingnya dengan perlahan, Tiba-tiba Buuuzzzz suara air di buritan perahu dibawah tempat khalik berpijak mengeluarkan gelembung. Kemudian timbulah kepermukaan ikan berwarna orange tua dengan mata hitam seperti biji  kelereng, Rupanya ikan Kerapu sunu. Para bocah ini berteriak kegirangan sembari membantu khalik.

 " Ganco,Ganco berteriak khalik kepada musa yang berada disampingnya ", Cepat cepat sebelum dia berontak ! Musa dengan sikap siaga segera menancapkan ganconya tepat dibagian mata ikan kerapu itu, Yessss ! berhasil, sorak-sorak pun terdengar memecah keheningan suasana pagi itu.

Setelah itu giliran Steven, dan Jo yang sibuk menarik tali pancingnya " Musa,Musa teriak dwipantara" musa pun menuju kearah steven dan jo yang berada didepan (haluan) perahu  dengan menoleh kekiri dan kanan. " Mana,mana Dia, maksutnya ikan yang sementara ditarik oleh Steven dan jo. " Ikan-nya nadoyo ini, melawan dia...." Ucap jo dengan logat daerahnya yang kental. 

Selang beberapa  menit kemudian Ooouuuggg, Huuuppzzzz setelah 5 menit menarik, Akhirnya naik juga ke permukaan tepanya disamping kanan perahu. ikan kerapu warna hitam dan corak loreng muncul kepermukaan, Tanpa ragu-ragu Musa langsung menancapkan ganconya kearah kepala tepanya mengenai bagian ingsan. Waaaahhh ..." Mantap Jo ! Ikanmu lebih besar dari yang dipancing Khalik " Dengan senyum lebar Dia berucap siapa dulu dong, Jo gitu loh. Kemudian Khalid mencibirnya " EEEEee Natameme Iko ".

Sontak berikutnya giliran steven yang strike, Dengan semangat steven menariknya secara perlahan, musa telah siap dengan Ganconya sementara Khalik dan jo penasaran menunggu ikan itu sedangkan dwipantara sibuk dengan sero kecilnya mengeluarkan air dari perahu yang sudah mulai membasahi celananya. Hal ini diakibatnya oleh olengnya perahu  ke samping kanan karena 4 sahabat karibnya sedang menengok ikan apakah gerangan ? kenapa tenaganya begitu kuat  !!! jangan ke kanan semua " Berkata Dwipantara kepada para sahabatnya, Nanti kita bisa tengelam.

Sudah 20 menit berlalu namun steven masih bergulat dengan tali senarnya yang masih kencang, tanaga ikan sangat luar biasa. Keringan dingin membeku mengalir diraut wajah steven, Tidak seperti biasanya mereka kegirangan. Kali mereka diam seribibu bahasa. Kepalan tangan steven sudah memerah menahan tarikan tali senar. " Baju,baju ...!!! Teriak steven, " bajumu Jo buka ". Untuk apa jawab Jo. Untuk melapis tanganku, Sudah perih ini. Jo segera melepaskan bajunya dan memberikanya kepada steven. Sementara steven tidak ingin malu dihadapan teman-temanya apalagi mengalah. Inilh mental anak -- anak nelayan. Mereka pantang menyerah dalam situasi apapun.

"Jangan-jangan inilah yang ditakuti orang tua kita" berbisik khalik kepada Jo, namun hanya geleng-geleng kepala tanpa ada jawaban dari mulut mereka berdua. Begitu juga musa dengan wajah pucat memandangi 2 sahabtnya yang kebingunggan, Sementara matahari semakin terang menampakan sinarnya dipagi itu, Suasana hening menyelimuti penantian mereka. 

Duuuggg,daggg,fuuuuaaarrr !!! " Ikan apa itu ? Musa berteriak histeris, wwwooowwww. "Cepat,cepat bantu tarik dulu" Ucap steven memangil sahabatnya. Baru ada suara minta pertolongan, Segera Khalik dan Jo memberi bala bantuan. Mereka panik sambil memberikan aba-aba. Satu,Dua Tiga !  Ganccooooo, musa dengan sekali bacok lansung tepat sasaran menancapkan pas dimata ikan seperti mata sapi atau sebesar bola pingpong.

Dwipantara segera memberi bantuan bersama-sama mereka menaikan ikan tersebut ke dalam perahu. Seumur mereka melaut,Baru kali ini menyaksikan dan menangkap langsung ikan sebesar itu. Dan Ddduuuvvv, tergeletaklah ikan tersebut di atas perahu setelah dinaikan oleh 5 bocah. Warna silver kehitam-hitaman Ikan itu, Di kampong mereka disebut ikan Ambu-ambu, Tetapi secara umum ikan ini adalah ikan Tuna mata lebar (Big eye) matanya memang seperti mata sapi membulat hitam putih.

 4 bocah ini tergeletak  ini tergeletak seketika, Kecuali Musa yang masih duduk, sembari mengatus nafas dan memandagi kawan-kawannya sambil tersenyum merasa bangga dengan hasil tangkapan mereka saat itu.

Setelah 10 menit tergeletak diatas perahu, Mereka pun saling memandang dan tertawabergembira ria. Teryata daerah yang disebut angker oleh para orang tua mereka adalah tempat pemancingan yang seru dengan kualitas eksport dengan harga yang mahal. Lama keadaan menjadi hening...Khalik,Dwipantara,Jo,Musa dan Steven berfikir dalam-dalam tentang alasan apa yang hendak disampaikan ketika mereka pulang nanti kerumah kepada orang tua mereka. " Waktunya kita pulang!

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun