Mohon tunggu...
Fiqram Iqra Pradana
Fiqram Iqra Pradana Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai hal yang berbeda

Biasa saja!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berdamai dengan Standar Ilusi Diri

10 Desember 2019   22:10 Diperbarui: 11 Desember 2019   15:30 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: Pixabay)

Pikiran kita harus sadar pada keadaan kita saat ini. Di mana kita, sedang apa kita, dengan siapa kita dan berbagai pertanyaan yang semakin menyadarkan bahwa hidup kita yah begini loh. Biasa-biasa aja. Tidak ada istimewanya, tidak keren namun tidak pula kucel, lusuh, dan miskin-miskin amat.

Menurut kalian keren mana, orang yang hidup sederhana tanpa banyak beban pikiran atau mereka yang hidup mewah dengan tumpukan beban pikiran hingga untuk memejamkan mata sejenak pun tidak bisa? Pasti tidak dua-duanya bukan?

Lebih baik hidup mewah atau pas-pasanlah (Pas mau beli mobil ada uang, pas mau beli rumah ada uang hahaha) dan tidak banyak pikiran.

Namun untuk mencapai itu perlu usaha keras. Terutama dalam menjalani hidup harus realistis.

Realistis itu yah begini. Kalau mau kaya yah menabung, kalau pintar yah belajar, kalau mau hidup mudah di hari tua maka masa mudanya harus penuh perencanaan. Termasuk jika ingin tampil keren maka perbesar usaha untuk keren, jangan hanya standar keren yang dinaikkan tiap tahun.

Standar hidup orang waras adalah mengutamakan kebutuhan dan manfaat daripada hanya sekedar kemauan dan gaya hidup.

Standar Ilusi
Sadarkah kita bahwa, segala standar yang kita masukkan ke dalam diri kita itu akan menjadi racun dan akan berbalik berdampak negatif ke kita jika standar itu dijadikan sebagai acuan tanpa sebelumnya mengenal kelebihan dan kekurangan kita?

Sadarilah itu akan menjadi racun dan merusak hidup kita. Saya tidak menyalahkan para motivator dan para orang sukses mengajarkan pola hidup sehat dan bagaimana menjalani hidup agar produktif dan mencapai passive income. 

Pada akhirnya itu semua nampak bullshit, jika kita terapkan secara buta-buta yang saya istilahkan sebagai standar ilusi. Maksudnya, kita menerapkan 100 persen tips dan trik yang diajarkan oleh motivator dan orang sukses itu tanpa sebelumnya kita mengenal diri sendiri.

Harus dipahami bahwa setiap manusia itu berbeda-beda dan memiliki jalan sukses yang berbeda pula. Kita tidak harus meniru 100 persen jalan sukses mereka. Kita hanya perlu belajar bagaimana mereka tetap kuat menjalani halangan dan rintangan hingga mencapai tujuan.

Standar ilusi membuat ekspektasi kita berlebihan terhadap hidup. Malah membuat kita semakin jauh dengan tujuan, karena kita berusaha menerapkan dan memakai cara-cara yang bukan kita banget. Hanya karena itu keren dan dipakai oleh semua orang, kitapun ikut memakainya. Sungguh miskin keaslian diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun