Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

KPAI Seharusnya Memanusiakan PB Djarum

10 September 2019   17:42 Diperbarui: 10 September 2019   19:01 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik berkepanjangan terus terjadi terkait masalah yang melibatkan PB Djarum dan KPAI. Komentar dari banyak pihak justru membuat permasalahan ini semakin menjauh dari titik temunya.

Timeline media sosial, Instagram, Facebook, terutama Twitter dipenuhi oleh ocehan, pendapat, atau sekedar dumelan para warganet. Yang pro PB Djarum banyak, yang membela KPAI and the gank tak kurang.

Pendapat dari para pesohor intelektual yang mendukung KPAI, ramai bagai burung kenari, dikutip wartawan kemudian memenuhi laman media online. Seperti Kak Seto misalnya, mengungkapkan bila keputusan PB Djarum ini seperti anak kecil, "Saya melihat ini kok kayak anak kecil yang sedang ngambek," kata Seto Mulyadi, dilansir Kompas.com.

Komentar yang kurang pantas saya rasa, sontak saja ketika kompas.com mentweetkan berita ini di akun Twitter miliknya, berbagai hujatan dahsyat langsung menghantam statement Kak Seto ini bahkan banyak juga yang netizen menyerang Pribadi Kak Seto, seperti biasa jika warganet sudah ngamuk, sopan santun itu seperti sembunyi ketakutan.

Kemudian Tulus Abadi Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bahwa ia dan YLKI mendukung tindakan KPAI dan Yayasan Lentera Anak (YLA) walaupun ungkapan Tulus ini terdengar normatif, "Namun, melibatkan industri rokok dan apalagi anak-anak sebagai obyeknya adalah tidak pantas dan melanggar regulasi," katanya. Seperti yamg dikutip dari Kompas.com.

Tak ayal, ungkapan Tulus ini diserang warganet, suasana di media sosial terkait Djarum vs KPAI sangat panas nyaris seperti suasana Pilpres kemarin.

Ada yang beranggapan bahwa para pembela Djarum merupakan hasil kerja para media komunikatornya Djarum dalam merangkai Isu. Mungkin ada, tapi lebih banyak yang sporadis karena kecintaan mereka terhadap bulutangkis, harus diingat olahraga yang masih bisa banggakan secara reguler ya the one and only BADMINTON.

Ketika KPAI dengan YLA meminta PB Djarum menghentikan Audisi Beasiswa Bulutangkis Djarum, karena dianggap melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. 

Kehawatiran masyarakat akan kehilangan bibit unggul pemain bulutangkis yang kelak memungkinkan Indonesia terus berjaya di kancah bulutangkis internasional, mencuat. Nasionalisme mereka langsung menggeliat.

Kemarahan Netizen, dimanifestasikan selain dengan kemarahan juga dengan menggali borok-borok yang dimiliki KPAI dan YLA, dari situlah terungkap ada aliran dana ke mereka dari Bloomberg Initiave Care, sebuah organisasi yang sejak lama memerangi rokok asal Indonesia.

Walaupun hal ini dibantah oleh keduanya namun ya tahu dong siapa yang dipercaya? Terlepas itu benar atau salah.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Menterinya Imam Nahrowi seketika bereaksi dengan menyatakan dalam cuitannya di akun Twitter miliknya, "Mestinya jalan terus karena tak ada unsur eksploitasi anak. Bahkan audisi Djarum sudah melahirkan juara-juara dunia. Lagipula olahraga itu butuh dukungan sponsor. Ayo lanjutkan," tulis @nahrawi_imam di Twitter, Minggu (8/9/2019).

Sekarang giliran pendukung KPAI ramai-ramai menyerang Menteri asal PKB ini. Mereka menyayangkan ucapan sang Menteri yang mengeluarkan statement secara terburu-buru.

Sebetulnya semua kegaduhan ini tidak harus terjadi jika KPAI bisa melakukan pendekatan yang lebih personal kepada PB Djarum, walaupun menurut salah satu Komisioner KPAI Sitti Hikmawaty mereka sudah memanggil PB Djarum terkait Audisi.

"KPAI sudah pernah memanggil Djarum Foundation dan menjelaskan bahwa ada eksploitasi anak dalam audisi bulu tangkis selama ini," katanya di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat (2/8/2019).

KPAI mungkin bisa melakukan pendekatan lebih panjang tanpa perlu meramaikan keluar dan menjadi konsumsi publik. Baru setelah kesepakatan tercapai biarkan Djarum yang berbicara ke publik. 

Berilah mereka muka, manusiakanlah, walaupun mungkin benar PB Djarum sudah melanggar aturan, tapi kan selama 13 tahun mereka melaksanakan kegiatan ini dan semuanya baik-baik saja.

Jangan lupa jasa mereka terhadap bulutangkis dan kehidupan nasional juga tidak sedikit. Selama 13 tahun menyelenggarakan Audisi 5000 perserta sudah dilatih dan mendapatkan beasiswa full dari  PB Djarum, 11 pemain binaannya berhasil menyumbangkan medali Olimpiade, tak main-main, OLIMPIADE.

Ya siapapun dengan jasa sebesar itu kemudian diobok-obok dan terkesan dipermalukan akan melawan. Apalagi Djarum dengan kekuatan finansial yang nyaris tak ada lawannya di Indonesia ini.

Sekarang semua pihak harus mulai menahan diri, biarkan pihak-pihak yang berkompeten dan memiliki bargaining position tinggi, untuk berdiskusi agar menemukan jalan agar tidak ada yang tersakiti.

Jangan sampai Djarum merasa "Doing the hard things for ungreatful".

Sumber:
kompas.com
suara.com
kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun