Mohon tunggu...
Fiky Akirta
Fiky Akirta Mohon Tunggu... -

Penulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalimat 'Aku Sayang Kamu'

7 Juni 2013   11:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:24 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku sayang kamu, masih sayang kamu, tetap sayang kamu, masih akan tetap sayang kamu. Kamu juga gitu kan?"

Hening. Hanya ada suara desau angin menyentuh telinga. Daun-daun kering beterbangan. Semburat jingga di langit kian memerah. Lelaki yg ditanyai perempuan dengan mata berbinar penuh harap itu hanya bergeming.

Perempuan itu hanya tersenyum tipis. "Katakanlah. Aku tidak mampu menelisik pada setiap lekukan di wajahmu untuk menemukan arti diammu." Lanjutnya, lalu mengalihkan pandang menuju batas senja dan malam.

Lelaki itu tetap bergeming.

"Sebegitu sulitnyakah sekarang untuk kau sekedar mengatakan 'aku sayang kamu'?" Perempuan itu kembali menatap lelaki yg sedari tadi hanya diam mematung diberangus bisu dihadapannya.

Akhirnya lelaki itu menatap perempuannya. Lalu ia tersenyum. Hanya tersenyum.

Perempuan itu menunduk. Tidak lagi tersisa senyum yang biasa ia hadirkan setiap ia mendapat jawaban yang tidak layak disebut jawaban dari lelakinya. Ia tahu, seharusnya pengertian didampingi oleh penerimaan. Sudah lama ia menerapkan paham itu dalam hatinya, dan sekarang ia merasa hatinya mengering. “Aku hanya butuh satu kalimat darimu.” Ucapnya lagi.

Lelaki itu berganti menatap langit, menerawang, entah memikirkan apa. Tetap bisu, tanpa pembelaan, tanpa penyangkalan, tanpa secuilpun penjelasan.

“Sejauh mana kamu membutuhkanku untuk hatimu?” Suara perempuan itu kian parau. Namun lelaki itu tetap membisu, bahkan sekarang tak mampu menatap perempuannya. Berkecamuklah perasaan perempuan itu.

Hatinya benar-benar kering, ia butuh air terjun Niagara untuk membasuhnya. Ia rindu air terjun itu, yang dulu mampu membuatnya jumpalitan sekian ratus kali didalamnya. Air terjun dari hati lelaki itu. “Kamu… Kamu tidak pernah benar-benar butuh aku kan? Tidak pernah benar-benar sayang aku kan?” Perempuan itu kembali bersuara, walau hanya seperti sebentuk bisikan, namun jelas terdengar.

Lelakinya menatap tajam, “Apa maksudmu?” Ucapnya. “Siapa yang bicara seperti itu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun