Kisah Sebatang Pensil
Izinkanlah saya menutup tulisan ini dengan membagikan Kisah Sebatang Pensil versi Paulo Coelho. Kisah ini memiliki makna yang kaya dan mendalam.
Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat, lalu bertanya,
“Apakah Nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita? Apakah cerita itu tentang aku?”
Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya,
“Nenek memang sedang menulis surat tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata-kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah-mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau sudah dewasa nanti.”
Si anak lelaki merasa heran; diamat-amatinya pensil itu. Kelihatannya biasa saja.
“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil-pensil lain yang pernah kulihat!”
“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.
“Pertama, kau sanggup melakukan hal-hal besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan, dan Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.
“Kedua: sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensl ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.