Mohon tunggu...
Fajar T
Fajar T Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Learn to Learn..........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Robin Hood Indonesia

8 November 2012   13:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:45 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

_Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah._

Robin Hood, Sang perampok berhati mulia. Sebuah nama yang tentunya tak asing lagi bagi kita. Dalam cerita yang ada, Robin Hood merampok harta benda orang-orang kaya untuk kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Robin Hood muncul simbol pembela kaum lemah yang tertindas oleh tirani kekuasaan. Tapi tahukah anda bahwa negeri kita pernah memiliki sosok Robin Hood tersebut? Siapakah dia?

Sosok Robin Hood Indonesia itu adalah Raden Said. Sejarah mencatat bahwa Raden Said adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur yang lahir sekitar tahun 1450  dan wafat sekitar tahun 1546. Raden Said kecil tumbuh menjadi Robin Hood Indonesia yang merampok harta orang-orang yang kaya untuk kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin. Raden Said muncul sebagai sosok pembela kaum lemah di zaman itu.

[caption id="attachment_222102" align="aligncenter" width="543" caption="Raden Said Menunggu Tongkat Sunan Bonang"]

13523823491960727277
13523823491960727277
[/caption]

Perjalanan hidup Raden Said berubah manakala dia melihat seorang kakek tua (Sunan Bonang) sedang berjalan sendiri menyusuri jalan di sepanjang sungai yang mengalir di tengah hutan dengan membawa tongkat emas. Raden Said tertarik melihat tongkat emas yang dibawa kakek tersebut, sehingga kemudian Raden Said merampas tongkat itu. Sunan Bonang memberikan nasihat bahwa Allah tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh Raden Said meskipun hasil rampokannya dibagikan kepada rakyat miskin. Sunan Bonang kemudian memberi petunjuk kepada Raden said agar mengambil buah aren asem yang berbuah emas. Raden Said merasa takjub akan kesaktian Sunan Bonang tersebut, sehingga mengajukan diri agar diterima sebagai muridnya. Sunan Bonang akan menerima Raden Said untuk menjadi muridnya namun dengan syarat bahwa Raden Said harus menunggu tongkat emasnya dan menunggunya datang kembali ke tempat tersebut. Sunan Bonang menancapkan tongkat emasnya di tepi sungai dan pergi meninggalkan Raden Said. Raden Said duduk bersila menunggu tongkat tersebut hingga tertidur. Waktu terus berlalu, begitu lamanya Raden Said tertidur, tanpa terasa seluruh tubuhnya ditumbuhi lumut, bahkan dikisahkan bahwa burung yang hidup di hutan tersebut membuat sarang, bertelur hingga menetas di atas kepala Raden Said tersebut. Tak terasa tiga tahun berlalu, Sunan Bonang kembali ke tempat itu dan tersentuh melihat kegigihan Raden Said dalam melaksanakan amanatnya tersebut, akhirnya Sunan Bonang menerima Raden Said sebagai muridnya dan memberi gelar Sunan Kalijogo. (kali=sungai, jogo= penjaga).

Dalam perjalanan selanjutnya, Sunan Kalijogo menimba ilmu agama islam dari Sunan Bonang. Sejarah menulis, Sunan Kalijogo adalah Walisongo periode ketiga yang menyebarkan nilai-nilai islam di Pulau Jawa. Dalam menyebarkan nilai-nilai islam tersebut, Sunan Kalijogo tidak menggunakan metode peperangan, akan tetapi menggunakan pendekatan seni dan budaya. Dalam berbgai kesempatan, Sunan Kalijogo menyisipkan ajaran-ajaran keislaman melalui seni ukir, seni musik, pewayangan, seni suara. Hasil karya Sunan Kalijogo antara lain adalah

Lagu Lir Ilir

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir Tak ijo royo royo Tak sengguh panganten anyar Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore Mumpung padang rembulane Mumpung jembar kalangane Sun suraka surak hiyo...

Jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia, kurang lebih maknanya adalah sebagai berikut:

Ayo bangun, ayo bangun, tanamannya sudah bersemi...

Demikian hijau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun