Mohon tunggu...
Fahri Hidayat
Fahri Hidayat Mohon Tunggu... Dosen -

Dosen Kementerian Agama RI, Mahasiswa Program Doktor (S3) UIN, Peneliti di Al Hambra Institute for Islamic Thought and Civilization. Facebook: https://www.facebook.com/fahri.hidayat.3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyulut Motivasi Belajar Siswa

16 Juli 2012   22:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika ilmu pengetahuan di ibaratkan sebagai bara api yang menyala, maka motivasi adalah  bahan bakarnya. Ia memainkan posisi yang sangat penting dalam konteks tercapainya tujuan pendidikan. Bahkan motivasi dalam belajar ini jauh lebih prioritas dari apa yang di pelajari itu sendiri.

Seorang guru yang hanya mengajar tanpa memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya, maka yang akan mereka dapatkan hanyalah sebatas materi yang di sampaikan oleh guru. Tidak akan lebih dari itu. Suatu saat nanti,  seandainya para siswa sudah lulus dari bangku sekolah, mereka hanya akan mengenang “dulu aku pernah dapat pelajaran ini dan itu”.

Akan berbeda jika seorang guru selain mengajar juga memberikan motivasi. Maka sang anakpun akan memiliki energi yang lebih besar dalam belajar. Bahkan, terkadang para murid akan mencari tahu sendiri secara aktif tentang mata pelajaran yang guru ampu tanpa menunggu perintah. Mengapa demikian? Karena yang kita bidik adalah sisi maknawiyahnya, yaitu motivasi. Motivasi adalah spirit. Motivasi adalah ruh. Saat spirit dan ruh ini menyatu dalam diri siswa untuk mempelajari sesuatu, maka semangatnya akan menyala bagaikan api yang disiram minyak.

Belum lama ini kami sempat merasa kagum dengan perkembangan anak didik kami, tentunya karena energi motivasi tadi. Pada saat kami hendak menutup pelajaran, ada seorang anak kelas X SMA yang masih mau bertanya. Yang membuat kami kaget adalah karena pertanyaan itu adalah tentang bab yang jauh diatas, dan belum dipelajari pada hari itu. Artinya, sang anak sudah memperlajarinya sendiri sampai bab itu secara mandiri, tanpa menunggu instruksi dari gurunya. Perasaan kagum dan bangga mengembang di hati kami saat itu.

Di hari yang lain, masih pada jenjang yang sama (SMA), saat itu kami meminjam buku paket pada salah satu siswa kami untuk membuat soal Ujian Akhir Semester. Saat itu memang sudah dekat dengan ujian. Dan kebetulan mata pelajaran yang kami ampu ada di penghujung hari, yaitu pada hari terakhir. Namun alangkah kagetnya kami saat anak pemilik buku itu esok harinya meminta buku itu kembali. Saat kami katakan bahwa waktu masih panjang untuk belajar karena jadwal ujian yang kami ampu ada di hari terakhir, ia malah menjawab “saya mau belajar dari sekarang, pokoknya saya nanti mau dapat nilai tertinggi..!” betapa bangganya perasaan kami saat mendengar kata-kata itu.

Itu tadi adalah sepenggal contoh dari kekuatan motivasi. Kekuatan yang munculnya dari dalam secara sangat alamiah sekali. Mengalir bagaikan air.

Berikut ini adalah beberapa kiat sederhana yang bisa di terapkan untuk menyulut motivasi belajar siswa:

Yang pertama, menjelaskan kepada anak tentang tujuan pembelajaran. Sebelum memulai belajar Anak harus benar-benar mengerti kemana mereka akan di bawa. Apa yang sebenarnya di harapkan dari mereka setelah mereka mempelajarinya nanti. Dengan demikian anak akan mengetahui tujuan akhirnya dengan jelas.

Yang kedua, Menjelaskan “Apa Manfaatnya Bagiku?”. Jangan sampai kita bersusah payah merakit perahu tanpa mengetahui apa fungsinya. Anak harus memahami dengan baik manfaat yang akan mereka dapatkan setelah mereka mempelajari materi yang guru sampaikan. dengan mengetahui manfaatnya dengan baik, maka siswa tidak akan belajar karena tuntutan, namun karena kebutuhan. mereka akan belajar karena merasa butuh.Kedua hal tersebut sudah harus mengakar dalam kejiwaan mereka sebelum memulai belajar.

Yang ketiga, Mengajar dengan hati.  Apa yang kita katakan dengan akal hanya akan diterima oleh akal juga. Dan apa yang kita katakan dengan hati, maka akan diterima oleh hati. Ini harus difahami dengan baik oleh guru. Mengajar harus di sampaikan dengan hati. Kata-kata dan nasehat sederhana yang disampaikan dengan hati akan lebih mengena di hati dan lebih berpengaruh bagi para siswa di bandingkan dengan kata yang rangkai indah namun tidak tulus ketika diucapkan.

Yang keempat, Memberikan reword bagi siswa yang berprestasi. Prestasi tidak selamanya diwakili dengan angka-angka nominal. Guru harus benar-benar bijak dalam menilai para siswanya. Reword tidak boleh hanya di berikan kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi saat ujan, namun juga siswa yang memiliki semangat dalam belajar, yang paling aktif dalam diskusi-diskusi di kelas, ataupun yang mengalami kemajuan dalam kepribadiannya. Selain itu guru harus mampu memilih kata-kata yang positif dalam merespon siswanya. Dengan demikian akan tercipta iklim dan suasana belajar yang positif, kompetitif, dan menyenangkan.

Yang kelima,  Bersikap terbuka. Hubungan antara murid dengan guru jangan sampai berhenti pada hubungan-hubungan formal. Guru juga harus memposisikan diri sebagai teman bagi anak-anak didiknya. Guru harus siap mendengar. Guru harus memberikan ruang pada mereka untuk bisa berbagi dengannya. Jika itu adalah masalah pribadi yang rahasia, guru harus menjadi penjaga rahasia itu. Berilah rasa aman di hati anak-anak kita. Kedekatan personal ini pasti akan meberikan efek langsung pada motivasi belajar anak.

(sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun