Mohon tunggu...
Fahmi Latif
Fahmi Latif Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis untuk belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Bisa Jadi Pahlawan

11 November 2017   00:15 Diperbarui: 11 November 2017   00:28 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika mendengar kata "Pahlawan" disebut, pemikiran sebagian besar dari kita akan langsung tertuju pada Pejuang kemerdekaan negeri ini. Nama-nama besar seperti Pangeran Diponegoro, Pattimura, Cut Nyak Dien, Bung Tomo dan lain sebagainya akan dengan mudah muncul dalam benak kita.

Hal ini sangat dimaklumi dan tidaklah mengherankan mengingat sejak duduk di bangku SD kita sudah diperkenalkan dengan istilah Pahlawan yang melekat pada tokoh-tokoh tersebut. Pada tingkat selanjutnya pengertian yang lebih luas tentang definisi pahlawan hanya menyentuh pada kategori atau pengelompokkan pahlawan saja, kita diperkenalkan dengan istilah Pahlawan kemerdekaan, pahlawan proklamasi, pahlawan revolusi dan lain sebagainya.

Pemberian pelajaran tentang pahlawan selama ini tidaklah salah, tetapi sudah saatnya pemahaman akan arti pahlawan benar-benar dimengerti oleh generasi muda saat ini.

Ada satu definisi pahlawan yang menurut saya mudah untuk kita pahami dari seorang Sejarawan Prof. Dr. Anhar Gonggong, "pahlawan adalah seseorang yang bersedia menanggung derita orang lain di saat dia bisa memiliki peluang untuk bahagia sendiri." Dalam konteks ini, dua Bapak Proklamator bangsa kita bisa dijadikan sebagai salah satu referensi.

Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta adalah sarjana cerdas yang sebenarnya bisa memilih bekerja sama dengan penjajah menjadi pegawai Belanda yang enak, kaya raya tanpa berjuang. Namun keduanya memilih menderita bersama rakyat Indonesia. Mereka berdua layak menjadi pahlawan.

Sebenarnya ada yang bisa dijadikan contoh nyata sebagai pahlawan untuk generasi muda saat ini, yakni kedua orang tua. Ya, Bapak dan Ibu kita sudah selayaknya disebut sebagai pahlawan dalam kehidupan kita. Perjuangan dan pengorbanan mereka untuk kita yang sungguh tak ternilai harganya sudah sepatutnya menjadikan mereka sebagai pahlawan.

Pemahaman yang benar tentang makna pahlawan bagi generasi muda diharapkan dapat menghindarkan mereka dari kesalahan penafsiran dan kesalahan fatal menyematkan sebutan pahlawan. Ketika sosok Pahlawan untuk mereka dapat dengan mudah terdefinisi, dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani, mereka akan mendapatkan sosok figur teladan untuk mereka.

Singkatnya, orang-orang yang hidup nyaman sendiri dan tak mau menanggung derita orang lain tidaklah pantas menyandang gelar pahlawan, betapapun dia terkenal. Ukuran kepahlawanan adalah kesiapan diri menanggung derita orang lain dan kehendak diri memberikan manfaat pada orang lain dengan mengorbankan kenyamanannya sendiri.

Tentu tak banyak orang yang berkarakter pahlawan seperti itu. Kebanyakan manusia adalah mencari yang paling mengenakkan bagi dirinya walau tak mengenakkan bagi orang lain.

Tetapi satu hal yang musti diingat, kita semua bisa menjadi Pahlawan.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun