Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lan Fang: Lelakon Wajah yang Terbelah

22 Juni 2012   11:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340364863176249061

Lakon apa yang sedang engkau mainkan dihadapan manusia di sekeliling agar mereka terkesan kepadamu ?Atau orang engkau berharap meninggalkan kesan tertentudan mendapatkan sesuatu dari mereka ? Orang disekelilingmu ikut menilaimu, entah benar entah tidak. Kebenaran menjadi relatifketika seluruhnya bersandarpada kepentingan dan selera pribadi, yang menilai maupun yang dinilai. Setiap orang yang menilai maupun yang dinilai semuanya sama saja. Wajahnya terbelah diantara wajah malaikati dan setan yang bergantian saling menunggangi, selama engkau masih berwujud manusia. Dalam interaksisosial, seseorang akan menjadi cermin bagi yang lainnya.

Tak ada yang mampu menilai seseorang secarautuh, bahkan menilai dirinya sendiri kecualiada satu yang pasti, bahwa engkauharus memainkanlakon yang dalam panggung sandiwarakehidupan yang sarat dengan tanda tanya. Dipanggung ini, manusiasaling mengkhianati, entah itu mengkhianati orang lain atau mengkhianati nuraninya sendiri.Citra diridi dunia ini seluruhnyasemu adanya.

Lelakon

Novel Lelakon karya Lan Fang memberikan sebuahgambaran tentang manusia sebagaimakhluk paradoks.Tokoh-tokoh yang dimunculkan tak ada satu pun yang protogonis sebagaimana halnyadrama-drama dalam telenovela. Sedikit sisi baik dan sisi buruk terus bersalin rupa, yang mencuatkan pada kesimpulan utama, tak ada satu pun yang bebas dari cacat moral dan motif tersembunyi.

Novel yang dirilis pada tahun 2007 dan di terbitkan oleh PT GramediaPustaka Utama ini menampilkan tokoh-tokoh dengan nama-nama yang tidak lazim didengar oleh telinga kita dan alur ceritanya juga tak biasa.Tokoh Mon, tukang pengocok kartuyang berkenalan dengandebt collector-nya Pak Lolok, Untung, yang hidupnya tak beruntung, anak hasil perselingkuhan antara Mintul dan pacarnya dan mengkhianati suaminya yang tua renta bernama Kisun. Sementara Kisun sendiri dimasa lalu sempat mengkhianati istrinya, sampai hartanya habis diporotin istri muda. Sementara sangistri muda berselingkuh dengan mandor. Pak Kisun yang merana lalu menikahi Mintul miskin untuk mengurusnya dan 8 anaknya.Mintul berharap Kisun cepat mati agar bisa menikah dengan ayahnya Untung, tapi Kisun tua renta itu tak jua mati.

Sementara Mon, memimpikan rumah kontrakan dibelakang tembok komplek perumahanagar menjadi miliknya suatu saat nanti, dan ia menamai rumah kontrakannya dengan nama Tanda Tanya.Ia membuat lubang untuk mengintip kehidupan mewah Nyonya besar dan Tuan dirumah tersebut. Sang Tuan berselingkuh dengan pembantunya, Tuminiyang senang memakaibaju dan perhiasan majikan perempuannyakala Nyonya besar sedang tak ada dirumah.Sementara itu, Mon jatuh cinta pada laki-laki yang senang menembakkucing dari kegelapan bernama Buang, mereka hidup bersama. Tetapi Buang memanfaatkan dirinya, dan mereka berkelahi hingga tiga jari Mon mrotol, sementara Buangdibuat Mon menjadi buta dan lidahnya putus.

Untuk mendapatkan impiannya, Mon kemudian menjadi penjual polis asuransi. Iaselalu mendatangi Bulan, perempuanperfeksionionis yang menikah dengan Angin Puyuh.Angin Puyuh adalah robot hidup yang baik hati yangtakut istri.Angin Puyuh tak memiliki waktu untuk bercengkrama, dan satu-satunya hiburan baginya adalah adegan konyol di televisi yang dilarangditonton oleh Bulan. Disisi lain, Bulan selalu asyik dengan bola kristalnya. Dan ia melihatpantulan Fantasi. Bola kristal itu pecah, Fantasi kemudian bersalin rupa menjadi Bulan. Dan Bulan kemudian tinggal di rumah Mon, perempuan penjual polis yang sering dikasarinya.

Angin Puyuh tahu, bahwa Fantasi bukan Bulan, sekali pun serupa dengan istrinya.Dan ini menjadi kesempatan bagi Angin Puyuh menjadi dirinya sendiri. Bulan maupun Fantasi harus dimusnahkan.Dan ia pun segera membuang topengnya dirinya, yang aslinya memang setan.

Fantasi kemudian meninggalkan Angin Puyuh danhidup bersama Marbuat, seorang lelaki pekerja halusyang tidak berdaya seperti bayi, dan ia menginginkan Fantasi selalu didekatnya. Ia begitu bergantung kepada Fantasi yang memiliki karakter kuat sekaligus pembosan. Sementara Marbuat sendiri memiliki istri, Ratu Demit yang autis sosial, sinis, sombong dan tak suka bergaul dengan seorang manusia pun. Diam-diam, dalam kesan ketidakberdayaan, sesungguhnya Marbuat orang yang sangat menjaga harga dirinya. Ia selalu memakai topeng untuk menutupi ketidakberdayaannya.

Monberkenalan denganTongki di depotmi ayam, Untung, yang sudah berhenti menjadi debt collector. Tongki seorang usahawan kaya, segera saja Mon menjadi muridnya agar bisa kaya tanpa bekerja, seperti Tongki. Akhirnya Mon sadar, ternyata hanya pandai memanfaatkan orang dan berhitung untung. Istri Tongki, LikilikdanistriMarbuat, Ratu Demit berteman. Keduanya tak memilki teman lain,dan tak punya orang lain lagi. Karenanya mereka bisa akur. Likilik pun merasa, bahwaTongki hanya memanfaatkan Mon, dan dia tidak pusing dengan perselingkuhan Tongki dengan Mon.

Novel Lelakon & Filsafat

Kepiawaian menulis Lan Fang memang luar biasa.Ia meracik novel ini dengan bahasa yang lincah, liar, kasar dan mengejutkan. Sekali pun sarat dengan aroma perselingkuhan, tak adasuguhan fantasi romantismedisini. Dengan berani Lan Fangmengungkap sisi gelap manusia, dan wajah manusia dengan rupa sesuai dengan kepentingannya. Terkadang ia menulis dengan lembut, namun sebuah kelembutan yang jujur.

Membaca novel ini, saya serasa sedangmembaca filsafat Arthur Schopenhauer dalam bentukprosa, bahwa esensi manusia adalah kehendak buta. Tabiat manusia adalah homo homini lupus. Novel ini juga menguatkan postulat Horace Walpole, bahwa, “ dunia ini, komedibagi orang yang berpikir, tetapi tragedibagi orang yang hanya menggunakan perasaan.”

Saya membayangkan, dalam dunia nyata, jika berteman dengan orang-orang dalamLelakon seperti inidanada dalam lingkaran ini, alangkah capeknya. Penuh siasat, pengkhianatan, dan saling mengelabui untuk kepentingan kepentingan sesaat pada hidup yang fana, dalam panggung yang bernama dunia. Lalu, manusia akan selalu bersikap skeptis terhadap adanya ketulusan dan pengorbanan.

Dan saya pun akan menulis, seperti Lan Fang menulis dalamepilog tulisannya,

“Kalau dunia ini panggung sandiwara…., biarkanaku jadi penontonnya saja…., aku cape, Tuhan!”

______

Bandung, 25 Mei 2012

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun