Puisi : Edy Priyatna
Atas nama rumah graha itu akan kutanam. Taruh timbun benih punca kasih kubawa. Dukung dari pondok petir sehingga menjadi. Merupakan wisma rumah kasih sayang renjana. Rindu rencana bertemu akan datang. Terlintas senantiasa tak bertuan nan berengkau. Beranda mengembara ke ujung negeri mengejar. Melacak semua renungan angan halunisasi.
Sepanjang rindu terus menggelisahkan. Rusuh ranting dan pangkal tangan rangka. Tulang lalaikah aku akan segalanya. Ketika terjaga dalam sorotan terik mentari. Rawi memaknai harfiah realitas keredupan. Kesuraman senja sisipkan luang senggang. Longgar sementara mata air menjulang. Mengangkat dibawah rumpun betung buluh petung.
Ketika saat sawah mulai meninggi batangnya. Pokok kayunya menggerbang dan burai. Terbuka karena itu datang pemilik perguruan. Maktab sekolah internasional mengajak anak. Putra untuk bergabung tanpa harus bayar. Beri biaya sekolah tapi mesti ikut syarat. Dasar ujian masuk karna anak genius. Cemerlang lulus diterima dengan mustajab gagah.
Anggun sikap kehidupan alam dunia. Kalangan hanya sekejap tanpa terasa usia. Nyawa bertambah senja semakin tiba. Mendarat di penghujung tahun tarikh warsa. Musim saudaraku berpalinglah sebentar. Sececah walaupun renggang panjang asing. Jauh tempatkan aku di ronggamu datanglah. Menjejakkan kaki dari letak orang perseorangan. Â Â
(Pondok Petir, 25 September 2019)