Puisi : Edy Priyatna
Sekeliling masa tentang suasana gelap. Meski pohon tumbang badai membelah bumi. Tetap kutatap gelap malam. Dan kutatap penutup gerimis. Hanya sebentar saja kemudian terang kembali. Menghamburkan lahar matang bertaburan kehidupan. Alam membuat udara pengap. Menurut orang di sini terjadi selama bebarapa hari.
Ketika mata terlelap menyoroti bayangmu. Seperti tak pernah lenyap dari layarku. Â Nan lebar membentang kekasih. Aku hancur bagai debu. Hilang kendali raib artinya tanpamu. Sungguh lalu kukembangkan sayapku. Terbang tinggi keatas awan melayang. Menciptakan sajak langit menggoreskan cermin.
Awan membentuk prosa cakrawala. Meniti makna pelangi melewati mentari. Menyongsong senja meneropong bintang. Menikmati rembulan menelusuri jiwa. Mengungkapkan rasa tersembuyi dibalik hati. Nan ceria luapkan cinta putih. Sejati demi lembar suci dalam jiwa. Mengisahkan sebuah cerita lubuk ruang hasratku.Â
(Pondok Petir, 29 Juni 2019)