Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melirik Kota Stuttgart Sejenak

20 November 2015   03:26 Diperbarui: 20 November 2015   13:00 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pusat Kota Stuttgart"][/caption]

Minggu lalu, saya berkesempatan menghadiri sebuah perhelatan konstruksi di Stuttgart. Perusahaan yang menangani proyek pembuatan tunnel beserta perusahaan kereta api Jerman bekerja sama mengadakan sebuah acara, yang juga merangkap ramah tamah. Ribuan hadir dari berbagai kota di Jerman. Dan yang pasti, lumayan lah memberi jalan buat saya ke Stuttgart lagi. Kalau menghadiri acara-acara resmi seperti itu, kan bisa sekalian jalan-jalan. *Tetap.

Setelah acara inti selesai, Jumat sore, saatnya memanjangkan langkah seperti direncanakan sebelumnya yaitu jalan-jalan disekitar Stuttgart. Memasuki musim dingin, pukul empat sore saja sudah mulai terlihat gelap. Ini yang membuat malas jalan sebenarnya. Apalagi kalau harus berjuang melawan dingin. Syukurnya, November tahun ini, suhu udara lebih ramah. Lebih hangat dibanding biasanya. Apa yang menarik dari kota ini? Stuttgart adalah ibukota negara bagian Baden-Württemberg, yang terletak di bagian selatan Jerman. Jika Munich kita kenal dengan BMW nya, maka, Stuttgart dikenal dengan Mercedes-Benz and Porsche nya (kunjungan museum, lain kali akan saya tulis lagi).

Stuttgart berada diposisi ke empat dengan penduduk paling banyak di Jerman. Karena itu, tidak bisa dipungkiri saat akhir pekan kemarin, kita bukannya sibuk melihat gedung-gedung Eropa yang berjejer menjadi pertokoan tapi mencari celah lewat.  Hal seperti ini tentu saja tidak menguntungkan buat ngangkat kamera. Ya, jepretan saya memang gak ada yang sukses.

[Sudut lain Kota Stuttgart]

Malam itu, kami menghabiskan waktu di sebuah restoran dengan ritual makan malam yang cukup lama. Diskusi berlanjut di meja makan, ini bukan kali pertama saya melihat orang-orang seperti itu. Bahkan, pernah saat kami merayakan Natal, satu karyawan si Prof datang membawa segulungan kertas gambar dan menanyakan detil sambungan (gedung) proyek dia. Memang, dari sekitar 50 an yang ada di situ, semua serentak menoleh ke arah dia. Tapi, maksudnya, ada saja yang tidak bisa tidur nyenyak kalau waktu makan, juga, tidak digunakan untuk bekerja atau setidaknya berpikir untuk kerjaan (nyinyir nih).

[Cantiknya lokasi restoran dengan bangunan khas Jerman]

Sedikit berbeda dengan kota-kota lainnya di Jerman, di Stuttgart kita akan menemui banyak pegunungan dan lembahnya. Tidak berapa lama keluar dari pusat kota, akan terlihat banyak perkebunan anggur di kaki pegunungannya. Setiap kota memang menawarkan keindahan nya tersendiri, begitu juga Stuttgart. Kota yang masuk jajaran kota kaya di Jerman ini juga menawarkan alam yang cantik, museum-museum yang ciamik dan kultur menarik. Dan yang pasti, seperti kota-kota di selatan ini memang dikenal dengan penduduknya yang ramah.

Sabtu pagi, adalah acara bebas. Pagi harinya, kami mengunjungi sebuah museum arsitektur modern yang dibangun tahun 1927. Kalau dibayangkan saat itu kondisi kampung ompung ku, belum ada pakaian mungkin. Ah, mari kita sebut saja belum kenal setelan jas karena ilmuan-ilmuan masa itu kan biasanya pakai jas. Ompungku doli (yang laki-laki) lahir tahun 1901, jadi sudah berumur 26 tahun saat itu. Di dunia lain dari Toba (tempat ompungku tinggal), inilah hasil karya Le Corbusier dan Pierre Jeanneret itu, sangat mengagumkan buat saya. 5 konsep arsitektur modern oleh Le Corbusier diterapkan dalam membangun rumah ini. Pembagian ruangan memang sederhana dan berukuran kecil, tapi, konsepnya luar biasa. Termasuk ketika mereka mendesain ruang terbuka di atas dan ditanami tanaman.

[Bangunan modern di masanya (1927) dan yang kini jadi museum]

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun