Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semangat Global, Isu Lokal, Peluklah Ulekan

2 September 2018   13:00 Diperbarui: 2 September 2018   13:56 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: TribunJogya.com

Jangan malu kalau kau berkawan akrab dengan ulekan. Tau ulekan? Itu, smartphone terbaru dari..., he Jelas bukan. Itu yang serIng akrab dengan mereka yang gemar masakan lokal. Saya contohnya.

Ulekan sebetulnya punya filosofinya sendiri, kata saya. Meski sebagian orang mencapnya sebagai piranti Ndeso alias udik, buat saya dia tetap joss dan memiliki semamgat global. 

Dia menyatukan apa-apa yang tercerai berai dan berjauhan menjadi satu yang kita sebut bumbu ulek atau bisa jadi sambal.

Garam di laut, yang katanya ditambak dari tambak saudara-saudara kita di Madura. Asam jawa dan asam kandis, mungkin dari Jawa Tengah atau dari manapun. Bawang merah, katanya banyak dari Brebes. Bawang putih, dari pelosok lain, sebagian malah dari Thailand. Belum lagi terasi bakar yang saya dapat dari Bangka, kadang-kadang saya dapat dari Tulung Selapan sebuah wilayah di Kabupaten OKI di Sumsel. Semua tumplek plek di ulekan alias cobek.

Ulekan alias cobek ini menyatukan segalanya. Semangat menyatukan ini sedang hangat dibahas secara global. Hanya orang berpikiran global yang suka dengan ide bersatu padu, guyub. Sisanya ya suka dengan perseteruan, caki maki, kubu-kubuan, perang debat cebong-kampret, ya  wong udik.

Meski dia makannya di restoran mahal. Rajin ibadah. Entah sholat 5 waktu bagi yang Muslim, rajin ke gereja bagi yang Kristiani, ke Pure dan Vihara dll, buat saya tetap saja mereka orang mungkret dan udik.

Oleh sebab itu, sesekali makanlah dari ulekan. Kalau sudah sering, ya jangan makan aja, renungi apa filosofi ulekan. Belajarlah dari filosofi ulekan.Siapa tau, kau tersadar bahwa kelezatan sambal hanya bisa didapat ketika bahan yang tadi tercerai berai dan somse sendiri-sendiri diulek jadi satu dalam ulekan.

Taklukkan diri sendiri sebelum menaklukkan orang lain, apalagi menaklukkan dunia. Menakkukkaan setan !? Hiy, ngeri. Belajarlah dari ulekan. Uleklah egomu. Uleklah kebodohanmu.

Hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah sampai di level sambal ulek. Menguleklah kau supaya gak udik. 

Ulekan saya barusan beres. Ini sambal jokjok khas Komering yang saya perkosa eh modifikasi versi saya. Makan yuk

Sumber: Dok.Pribadi
Sumber: Dok.Pribadi
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun