Mohon tunggu...
Eleksio Pattiasina
Eleksio Pattiasina Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Life is Short

Berbagi selama hidup di dunia dan berkarya selama masih bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membakar Bendera Sama dengan Membakar Kehidupan

23 Oktober 2018   10:24 Diperbarui: 23 Oktober 2018   11:05 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa reaksi kita ketika rumah kita terbakar? Sudah pasti lari dari rumah dan menyelamatkan diri. Itu adalah reaksi alamiah manusia ketika diperhadapkan dengan suatu kondisi sulit yang membuatnya harus survive (berjuang) untuk menyelamatkan diri. 

Tidak ada reaksi lain lagi seperti mengambil air di bak atau mencari air untuk memadamkan api, karena ketika rumah sudah terbakar hal utama yang dipikirkan manusia adalah keselamatan diri. Setelah selamat dari kebakaran tersebut, maka reaksi selanjutnya adalah mencari pertolongan dan memadamkan api di rumah yang terbakar itu. Mengapa kita tidak lari saja meninggalkan rumah itu? 

Alasannya karena rumah itu meninggalkan banyak kenangan manis, rumah itu tempat kita bertumbuh, dan rumah itu adalah bagian dari hidup kita.

Tepat pada perayaan hari Santri 21 Oktober 2018, kejadian itu bermula yakni pembakaran bendera dengan kalimat Tauhid oleh anggota Banser NU Garut. Entah karena alasan apa mereka membakar bendera tersebut, dan menimbulkan keresahan di masyarakat sehingga api di Garut semakin menyebar yakni akan dilakukan aksi bela Tauhid di Serang, Banten pada Rabu 24 Oktober 2018. 

Kutipan yang tepat untuk hal ini adalah "Jangan bermain api kalau tidak mau terbakar", saya tidak mencoba untuk menganalisis persoalan yang ada dari sudut pandang politik, hukum, agama, tetapi saya mau melihat dari sudut pandang sosial budaya.

Ketika rumah kita adalah bagian dari hidup kita berarti rumah itu telah menyatu dengan kehidupan kita. Rumah itu adalah simbol, dan bahasa simbol yang kita pakai dalam kehidupan setiap hari terkadang tidak dimengerti oleh banyak orang. Mulai dari simbol adat, suku, budaya tertentu yang menunjukkan identitas sekelompok orang, dan ketika simbol tersebut diganggu maka akan terjadi pergesekan bahkan chaos (kekacauan) dalam suatu masyarakat. 

Berbicara tentang simbol, maka tidak lepas dari adanya sistem nilai yang tidak dimengerti oleh kelompok lain (kelompok luar), yang mengerti hanyalah pemilik dan pengikut simbol tersebut.

Bendera Tauhid yang dibakar oleh sekelompok anggota Banser NU Garut menyebabkan terganggunya simbol kelompok lain, yang menyulut api amarah untuk membela Tauhid dari kelompok masyarakat di  Serang, Banten. 

Ada sesuatu yang menyebabkan luka emosional, jika berbicara dari sudut pandang psiko-sosial, karena simbol bendera tersebut sudah menjadi bagian dalam kehidupan sebagian masyarakat di Serang, Banten. 

Ketika sedang terluka maka siapapun dapat melakukan tindakan sehat maupun tidak sehat, karena kondisi emosional sangat berpengaruh dalam bereaksi ketika sedang sakit. Sama seperti rumah terbakar, itulah yang dirasakan oleh kelompok masyarakat yang terpicu oleh 'api yang telah membakar identitas mereka', yaitu bendera sebagai simbol kehidupan mereka.

Apa reaksimu terhadap kejadian ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun