Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untung Ada Tabungan Nikah

24 Juni 2017   15:16 Diperbarui: 20 Juli 2017   14:35 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Video Pemakaman Oppung Boru

3 Juni 2017 lalu, orang yang paling saya kasihi berpulang. Tutup umur di usia 97 tahun. Angka yang cukup luar biasa mengingat ada banyak sekali orang di luar sana yang berpulang sebelum usia menginjak 70 tahun. Selamat jalan Oppung boru (Nenek), bahagialah di atas sana bersama dengan Sang Pencipta.

Dari kelas satu SD hingga lulus SMA, saya menghabiskan banyak sekali waktu dengannya.  Mendapat banyak sekali wejangan darinya. Pun cubitan darinya. Walau demikian, saat kepergiannya, saya hanya menangis dari kejauhan dan terkenang dengan semua keindahan yang kami habiskan bersama.

Dalam adat Batak, mereka yang meninggal dengan kondisi sudah memiliki cucu bahkan cicit dari anak lelakinya (disebut saur matua) harus dikebumikan di hari keempat dengan pesta lengkap dengan alat musiknya. Saya harap setelah teman-teman membaca tulisan ini, dan kebetulan melihat pesta pemakaman suku Batak, tak lagi bertanya apa alasan dibalik pesta tersebut.

Oppung saya memiliki 6 orang anak. 3 anak laki-laki (Disebut Tulang) dan 3 anak perempuan (Disebut Omaktua), termasuk mama saya. Setelah keenamnya berkumpul dan membuat estimasi biaya, dibutuhkan kurang lebih Rp 70 jt, mulai dari peti, taratak (tenda), alat musik, dokumentasi (baik berupa video maupun foto), olop-olop (Jika teman-teman pernah melihat pesta Batak saat manortor/menari diselipkan uang di sela-sela jarinya -- ini disebut olop-olop), serta makanan untuk seluruh masyarakat yang turut hadir mengungkapkan belasungkawa.

Bagi mereka yang tinggal di desa, angka ini angka yang sangat fantastis dan sangat sulit untuk mendapatkannya bahkan jika harus meminjam ke tauke sekalipun. Panik melanda. Jalan satu-satunya adalah setiap anak menoleh pada cucu-cucu Oppung. Dalam kasus ini, mama saya melirik kami bertiga selaku anak dari orang tua dan cucu dari mendiang.

Tabungan untuk (Nikah) Oppung 

Sebagai wanita yang sudah berumur 24 tahun dan sudah bekerja di perantauan selama dua tahun, iya, saya punya rencana ke depan. Saya punya pernikahan impian, saya punya rencana foto prewedding yang saya inginkan, saya punya tempat yang ingin saya kunjungi setelah menikah, saya punya design rumah impian yang ingin saya wujudkan, saya punya banyak impian. Namun dari sekian banyak impian, saya tetap prioritaskan pernikahan impian saya dalam waktu dekat.

Saya memiliki beberapa rekening tabungan. 1 dari mereka khusus untuk tabungan pernikahan, 1 dari mereka adalah tabungan untuk investasi, dan satu tabungan lagi saya campur. Untuk kebutuhan sehari-sehari, untuk travelling, untuk bulanan kost, untuk barang impian. Itu ada di satu tabungan.

Saya mengelola tabungan untuk rencana pernikahan saya dengan sangat baik. 2 tahun berturut-turut saya menyisihkan pendapatan demi bisa mewujudkan pernikahan impian saya. Sampai-sampai, selama ini sebanyak apapun kebutuhan, bagaimanapun kepepetnya saya tetap kekeuh tidak menggunakannya. Tidak menyentuhnya sama sekali apapun itu alasannya. Saya lebih memilih mengambil sedikit dari tabungan investasi dibanding tabungan untuk pernikahan. Dibilang keras? Iya! Saya sangat keras untuk sesuatu yang sangat saya inginkan.

Sampai akhirnya berita duka ini datang. Yang paling disayangkan adalah, 2 dari tulang saya tidak bisa sama sekali memberikan bantuan berupa materi. Ini artinya, jatah biaya hanya dibagi kepada 4 orang anak, itupun tetap tidak mencukupi untuk kebutuhan pemakaman.

Mau tidak mau, untuk berita duka seperti ini, saya melepaskan ego saya. Mengikhlaskannya demi kelancaran adat yang harus dilaksanakan untuk pemakaman Oppung. Tabungan yang saya rencanakan untuk pernikahan saya, saya berikan kepada orang tua. Sepenting apapun pernikahan saya, saya masih memiliki waktu untuk mengumpulkannya kembali, toh saya juga belum tahu kapan hari bahagia itu akan datang. Sedangkan Oppung, Oppung harus dimakamkan dalam waktu dekat. Ini yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas dadakan yang memang harus diselesaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun