Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Mengapa Berbeda? Aku Memberimu Waktu yang Sama

11 Juli 2017   16:07 Diperbarui: 11 Juli 2017   17:39 2361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto; https://erpitawulandari.wordpress.com/2015/08/20/perihal-waktu/

Hai...
Namaku Masa Depan.
Aku hadir tanpa bisa kau cegah. Terus berjalan tanpa bisa kau suruh berhenti.
Aku hadir memaksamu melakukan sesuatu yang urung kau lakukan tapi sebenarnya harus kau lakukan, entah itu karena ragu, entah itu karena malas ata entah itu mau namun pikirmu masih ada waktu. 

Aku berdiam dalam setiap nadi yang berdetak, pun sesuatu yang tidak bergerak.
Di zamanku, masing-masing - entah itu hidup atau tidak - akan bertakdir sama. Rusak dan tak lagi berguna!
Beberapa nama akan tersemat dalam lembar-lembar berharga.
Yang diperebutkan hanya untuk memilikinya.
Sebagian akan melebur bersama tanah tanpa ada yang tau
Sebagian akan diantar dengan derai
Sebagian akan lenyap seperti kentut.
Ada tak berguna, hilang tak berharga.
Bahkan kentut berguna, keluarnya dia kadang bermakna harapan.
Harapan untuk pulih kembali

Pada setiap elemen,
Aku memberinya dua piliha.
Manis juga buruk.
Maaf, sebenarnya aku hanya menyiapkan satu saja, manis.
Namun tak semua memberi yang telah kuberi untuk mendapatkannya. Waktu

Aku akan bercerita tentang tubuh seseorang yang kudiami.
Sekian tahun silam, dialah orang yang tertidur di siang hari.
Katanya, biarlah. Satu jam saja.
Dan berlalu hingga petang datang.

Aku juga berdiam dalam tubuh seseorang lainnya.
Sekian tahun silam, dialah yang terus berpeluh, merongrong tirai nakal yang menutup pandangannya akan sesuatu yang indah di sana.
Katanya, biarlah. Sekali iniii saja.
Dan berlalu hingga bulan berganti.

Aku datang. Aku, Masa depan.
Manusia satu itu dengan gubuk seadanya
Manusian satu lagi dengan sebuah istana.

Kutanya.
Kenapa bisa berbeda?
Aku memberimu waktu yang sama.

Masing-masing berkilah.
- Aku berhak untuk tubuh yang sehat dan istirahat yang cukup
- Tirai itu, aku penasaran. Mereka terlalu banyak, sementara di depan sana terlalu hijau. 

Kini,
Aku kembali memberi peluang.
Waktu yang sama seperti pada yang lainnya.

Mataku berkelana
Gadis belia itu dengan keterlenaan pada sebuah ketenaran
Gadis tak sempurna itu dengan keinginannya untuk berlindung pada kemampuan di balik ketidak sempurnaan
Lalu di sana,
Di tempat yang tak jauh dari debu dan abu
Pemuda itu sibuk membual pada gadis-gadis belia lugu, lalu membawanya dalam dosa
Pemuda lain sibuk melatih lidah untuk berbicara di depan para dewa, sembari terus berserah

Di ujung sana.
Benda tak bernadi hanya sebagai penghias
Benda lainnya, yang juga tak bernadi, merelakan diri hempas demi hempas untuk sebuah karya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun