Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilan, Romansa Cinta Sederhana yang Bikin Baper se-Nusantara

10 Agustus 2017   00:33 Diperbarui: 10 Agustus 2017   18:34 10568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: fun-ebook.blogspot.co.i

Sumber foto: viva.co.id
Sumber foto: viva.co.id
Pidi Baiq.

Terima kasih sekali sebelumnya, Ayah, untuk tulisan yang benar-benar bikin baper ini. Terima kasih telah meraciknya dengan sangat manis hingga aku yakin, tak ada satupun pembacamu yang tak ikut merasakan emosi dalam cerita. Baik itu saat Dilan dan Milea saat berada dalam bahagia, pun dalam duka.

Di filmnya, saya, juga fans-fans novel Dilan yang lain, sangat berharap, sangat sangat berharap, semoga kami dipertemukan dengan tokoh asli demi menjawab pertanyaan yang muncul dalam benak kami selama ini. "Bagaimana sebenarnya rupa di balik gambar kosong di novel itu?" Aku, maksudku, kami sangat ingin melihatnya. Termasuk Bunda, Ibu dan Ayah Milea jika kondisi Beliau-beliau masih memungkinkan untuk itu.

Sumber foto: ayahpidibaiq.blogspot.co.id
Sumber foto: ayahpidibaiq.blogspot.co.id
Milea

Aku pernah remaja. Aku pernah seumuran dengan Milea. Sayang, tidak semua anak remaja seberuntung Milea, bertemu dengan Dilan... Bukan bukan... Milea bukan bertemu dengan Dilan. Milea dicari oleh Dilan. Hari sebelum Dilan menghampiri di jalan Milea untuk pertama kalinya (dan sudah tahu nama Milea) artinya Dilan sudah tau Milea. Mencari Milea untuk bisa memulai pembicaraan dan lalu diramal.

Aku pernah remaja, pernah seumuran dengan Milea. Tapi tidak dengan cerita yang manis. Aku setuju, kenangan ini terlalu manis untuk dilupakan, karena pada akhirnya, keduanya tidaklah bersama.


Sekali lagi, novel ini hanya bahasa sederhana remaja yang sedang dilanda cinta, terkesan sangat ringan namun sangat menghibur. Bagaimana keduanya berinteraksi membuat perbincangan sederhana itu menjadi sesuatu yang menarik dan berakhir dengan tawa.

Pembaca seperti ditarik kembali ke tahun 1990, seolah turut menonton peristiwa saat seorang Dilan mencoba menghampiri Lia di atas motornya yang disengaja melambat. Seperti ikut merasakan bagaimana suasana Buah batu, Bandung di tahun itu sebagaimana yang Dilan jelaskan. 

Masih ada embun di sana, bahkan saat berbicara, mulutmu pun turut mengeluarkan asap tipis saking dinginnya. Itu Bandung, kala itu. Bukan Bandung yang sekarang. Dan keduanya berulangkali mengatakan hal yang sama seolah mereka ingin bumi kembali berputar ke tahun dimana mereka bisa menikmati kisah ini bermula.

Untuk menggambarkan kecantikan seorang Milea yang menjatuhkan hati seorang panglima tempur, pembaca diajak berimajinasi, melatih benak untuk mendapatkan rupa itu dalam bentuk visualisasi.

Bagaimana bisa seorang Milea, yang masih remaja, bisa sangat bermanja kepada Bundanya Dilan. Sampai pada bukunya Milea, Suara dari Dilan, Dilan berkisah tentang suatu pagi dia mendapati Bundanya berair mata karena rindu Lia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun