Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Haji dan Bui

20 September 2017   12:16 Diperbarui: 20 September 2017   12:29 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bui, kini dihuni bukan hanya para penjahat, tapi juga penerima suap dan narkoba. Foto | Riaubook.com

Cerpen | Haji dan Bui

Haji yang mabrur bagi Somad dimaknai sebagai perubahan dalam diri sendiri, rumah tangga dan lingkungannya. Haji yang mabrur harus memberi inspirasi bagi warga sekitar untuk meningkatkan kesalehan sosial. Haji yang mabrur juga mampu mendorong bagi peningkatan kesejahteraan, rasa nyaman, kedamaian dan rasa adil bagi masyarakat.

Ia bercita-cita dapat merealisir semua itu. Namun disadarinya bahwa semua itu tentu bukan pekerjaan mudah. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di bangku kuliah pun terasa belum cukup.

Ia juga menyadari haji yang mabrur itu tidak ada artinya jika tidak bisa menggerakan anggota masyarakat dengan strata sosial beragam: pendidikan dasar hingga universitas, latar belakang, asal usul dan kemampuan ekonomi, semuanya ikut menentukan sukses-tidaknya mewujudkan harapan itu.

Samad sepulang menunaikan ibadah haji punya cita-cita besar. Ia paham sekali bahwa haji yang mabrur itu tidak dapat dilihat, diraba apalagi dirasakan. Haji yang mabrur adalah ibadah haji yang diterima Allah, seluruh dosa-dosanya diampuni Allah.

Tidak satu pun manusia di jagad bumi ini mengetahui seseorang memperoleh haji mabrur. Yang mengetahui seseorang mendapat haji mambrur setelah menunaikan ibadah rukun Islam kelima itu adalah Allah semata.

"Itu adalah rahasia Allah," ujar Somad kepada isteri tercintanya.

Maimunah, sang isteri cuma bisa tersenyum menyikapi celoteh suaminya seperti orang yang tengah pidato di atas mimbar.

Somad melanjutkan, menentukan kualitas haji mabrur tidak dapat menggunakan ukuran yang nampak. Misalnya, orang yang baru menunaikan ibadah haji lantas rajin pergi ke masjid, berzikir atau rajin mendoakan seseorang yang tengah tertimpa musibah.

Menilai seseorang hajinya mabrur juga tidak dapat dengan pendekatan pandangan keseharian, seperti rajin shalat dan puasa. Bisa jadi orang yang sekembali dari haji diam-diam menerima suap, korupsi. Berapa banyak orang yang pernah ibadah haji, karena "hobi" terima suap, lalu masuk bui.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun