Mohon tunggu...
Edward Christian
Edward Christian Mohon Tunggu... Bankir - Penulis

Writer who what to share writings

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Silat: Si Buta dan Anak Langit (Bagian 1)

13 September 2017   22:08 Diperbarui: 21 November 2017   06:40 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 1: Pertarungan diatas gunung Galunggung

Angin bertiup disela sela pepohonan dikaki gunung galunggung. Pepohonan rindang dengan hawa udara yang sejuk dan bersih menambah keindahan daerah itu.

Terdengar bunyi kicauan burung diatas pohon seakan menjadi lagu pemberi semangat para penghuni gunung ini.

Pada siang hari ketika sinar matahari mulai menerangi langit diatas gunung terdengar suara seseorang bernyanyi dikaki gunung.

"Selendang coklat, kain hijau. Senyummu memikat cantiknya dikau..."

Buah pisang, Buah Kecapi. Engkau kusayang, selalu dihati."

Yang bernyanyi ternyata seorang kakek tua berbaju serba hitam dengan suara serak dan bibirnya selalu tersenyum.

Terdengar suara lain lagi:

"Yaa, kakek nyanyi lagu itu saja, tidak ada lagu lain ya?!"

Suara lain itu diucapkan seorang anak kecil sekitar usia 9 sampai 10 tahunan yang berjalan disamping si kakek.

"Hehe, memangnya kamu mau denger lagu apa cucuku? Nanti kakek nyanyiin ya!" Jawab sikakek dengan wajah yang penuh keriput tertawa terkekeh sambil melihat anak kecil yang merupakan cucunya itu.

Si anak cuma menggeleng kepalanya sambil berkata: "Mmmhh, terserah kakek aja deh".

Si kakek dan cucunya tetap berjalan kaki menapaki jalan setapak dikaki gunung itu. Mereka membawa semacam kantong terbuat dari anyaman rumput. Mereka sudah biasa menaiki gunung galunggung ini untuk mencari tanaman yang dapat dijadikan obat obatan.

Si kakek berprofesi sebagai tabib yang suka didatangi orang untuk berobat, sementara itu sang cucu yang tampaknya berusia antara 8 sampai 9 tahunan sudah biasa menemaninya mencari tanaman obat digunung ini.

Baru sekitar setengah jam mereka berjalan kearah atas gunung, tiba tiba langkah mereka berhenti. Sesosok bayangan orang tampak turun berlari kearah kaki gunung dari atas gunung.

Sesosok bayangan itu ternyata seorang pria dewasa berbadan kurus berperawakan tinggi melangkah cepat sambil membawa golok ditangannya. Muka orang itu pucat seakan menahan sakit dan langkahnya semakin lama semakin melambat dan tepat beberapa meter jaraknya didepan si kakek dan cucunya, orang itu tersungkur jatuh dan goloknya yang bergagang dengan bentuk seperti kepala harimau yang dipegang jatuh terlempar.

"Eh cucuku...siapa itu dan kenapa dia?" Bisik si kakek ke cucunya. Cucunya hanya menggeleng kepala.

"Yuk kita lihat...!" Kata si kakek sambil melangkah mendekati orang yang terjatuh itu.

Si kakek melihat orang itu berbaring diatas tanah dengan kedua tangan memegang dadanya. Setelah dekat terlihat orang itu berwajah lonjong dengan hidung pesek. Dari mulutnya menetes darah segar. Melihat sikakek mendekatinya orang itu berusaha membuka mulutnya untuk berbicara dengan terbata bata: "kek, ja-jauhi a-atas gu-gunung ini...bahaya...!"

Si kakek mencoba membantu membangkitkan badan orang ini, tapi orang itu sudah tampak sangat lemah dengan tangan menempel erat didada seperti menahan kesakitan yang hebat.

"Kau kenapa? Apa yang terjadi?" Kata sikakek. Orang yang terluka itu dengan sisa sisa tenaga terakhirnya berkata dengan lemah:"Ja-jangan ke atas...ba-bahaya...!!"

Si kakek menepis kedua tangan orang terluka itu dari dadanya kemudian sikakek membuka baju orang itu karena tampaknya dadanya sakit. Setelah bajunya terbuka.. sikakek melihat dada orang terluka itu kulit dadanya berwarna gelap hitam. Sikakek mengerti orang ini terluka parah dibagian dalam dadanya. Sebelum bertanya lanjut sikakek melihat kepala orang terluka itu terkulai ditanah dan sikakek langsung memegang bawah hidung dan memegang nadi dipergelangan tangan orang itu. Orang itu sudah meninggal karena sudah tidak bernafas dan denyut nadinya yang sudah tidak terasa.

Cucu sikakek yang jongkok disamping sikakek bertanya: "Kek, kenapa orang ini?"

Sikakek menghela nafas panjang dan menjawab pertanyaan cucunya: "Sepertinya orang ini terluka bagian dalam tubuhnya karena menerima pukulan bertenaga dalam yang kuat"

Si cucu kemudian melihat tangan orang yang meninggal itu tampak memegang sesuatu yang mengkilap dibawah sinar matahari.

Sicucu kemudian membuka tangan orang yang meninggal dan melihat sebuah benda bulat lonjong sebesar bola tenis terbuat dari logam mengkilap berwarna warni dengan tulisan aneh terukir diatasnya.

Sicucu mengambil benda itu lalu mengamatinya. Ia merasa suka dengan benda itu lalu memasukan benda itu kekantongnya.

Sementara sikakek beranjak kesebuah tempat dibawah pohon besar dan mulai menggali tanah dengan bantuan golok kepunyaan orang yang meninggal itu.

Setelah mengubur orang yang meninggal itu dengan dibantu cucunya, sang kakek kemudian menancapkan sebatang ranting ditanah untuk menandai kuburan itu.

Setelah itu sikakek berjalan lagi kearah atas gunung.

Sicucu masih belum berjalan dan berkata: "Kek, orang tadi memperingatkan kita agar tidak naik keatas gunung katanya berbahaya. Kenapa kakek masih naik keatas gunung?!"

Si kakek menghentikan langkahnya dan menoleh ke cucunya: "kakek tidak keatas kok cuma disekitar sini aja sambil mencari tanaman obat".

Mendengar jawaban kakeknya sang cucupun kemudian mengikuti kakeknya melanjutkan perjalanan mencari tanaman obat.

Baru melangkah kaki sekitar 100 meter, tiba-tiba terdengar suara keras yang membuat langkah kakek dan cucu terhenti. "Tunggu kalian berdua!!!"

Entah darimana datangnya tiba tiba didepan mereka sudah berdiri seorang wanita bertubuh langsing dengan memakai gaun panjang berwarna hijau terurai ketanah. Sebuah selendang panjang merah membalut pinggangnya. Rambutnya hitam panjang terurai punggungnya. Wajah wanita yang berusia sekitar duapuluh tahunan ini terlihat cantik dengan hidung mancung dan bibirnya merah sedikit basah.

Sang cucu melihat raut wajah kakeknya menjadi berubah jadi serius ketika kakek melihat wanita cantik itu tidak seperti biasanya yang selalu tampak ceria.

Sang cucu tidak mengetahui bahwa kakeknya bisa merasakan pancaran kekuatan energi tenaga dalam wanita cantik itu yang terasa sangat kuat.

"Ada apa nona? Ada yang bisa kakek bantu?"ucap sikakek.

Wanita itu dengan wajah tanpa senyum membuka bibirnya: "Kemana bola pelangi yang tadi dipegang si golok harimau?"

Si kakek menjawab: "Saya tidak mengerti yang nona maksud..bola apa yang dimaksud nona?"

Si wanita cantik itu kemudian membentak: "Orang yang mati tadi punya bola pelangi yang dibawanya..tadi aku mencari dimayatnya tidak ada bola pelangi itu... kalian adalah orang-orang terakhir yang ketemu sama dia..jadi pasti kalian yang mencuri bola itu!!!"

Si kakek menjawab:"Tidak nona, kami hanya numpang lewat saja dan kebetulan bertemu dengan pria yang meninggal tadi. Saya dan cucuku tidak mengambil apapun dari pria itu"

Sicucu yang kemudian teringat dengan benda bulat yang diambil dari pria yang meninggal tadi kemudian mengambil bola berwarna itu dari kantongnya dan ia berkata: "Maaf apa ini yang mbak maksudkan?"

Mata wanita cantik itu terbelalak melihat bola berwarna ditangan anak kecil itu dan dia berkata: "Huhh ternyata kau pencuri kecil!"

Belum selesai ucapannya, si wanita cantik itu menarik selendang merah dipinggangnya kemudian selendang itu dikibaskan dengan tangannya ke anak kecil itu.

"Wusssshh....!!!!" Selendang merah yang lemas dan halus itu berubah jadi kaku dan meluncur dengan kecepatan yang sangat cepat kearah anak kecil itu.

"Brraaakkkk....!!!!" Sebuah pohon yang berdiri dekat anak kecil itu patah dan hancur ditengahnya terkena sambaran selendang itu, sementara si anak kecil dalam sekejap sudah pindah tempat ketempat lain bersama sikakek.

Ternyata si anak kecil itu dalam kecepatan tinggi ditarik sikakek dan dibawa loncat ketempat yang cukup jauh sehingga selamat dari hantaman selendang itu.

Wanita muda cantik ini ternyata mempunyai tenaga dalam yang cukup kuat sehingga bisa membuat selendangnya menjadi kaku dan keras dan dapat menghancurkan sebatang pohon berukuran pinggang orang dewasa.

"Eh eh nona kok kamu kejam banget, untuk hal kecil gini saja engkau mau membunuh orang!!" Kata si kakek sambil melotot ke wanita cantik itu.

"Huhhh ternyata kamu punya kemampuan juga kakek tua. Baik, mari kita lihat siapa yang paling hebat!!" Teriak si wanita cantik.

Selendang merah yg dipegang wanita itu tiba tiba meluncur secepat kilat melayang ke kakek tua.

"wussshhhh,......blaaakkkkk!!!!!" selendang itu mental ditepis tangan si

kakek. si wanita cantik menjadi semakin marah melihat selendangnya

dengan mudah ditepis oleh kakek tua tanda sikakek punya tenaga dalam

yang dapat menandingi kekuatan tenaga dalamnya.

"huhhh kurang ajar dasar kakek tua bau!!!" teriak si wanita lagi.

Setelah itu selendangnya melesat cepat lagi kakek tua dengan kecepatan

yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Wuuutttttttthhhh,..... blaaakkkk,..........wussshhhh....... blakkkk,.... Wushhh......

blaakkk!!!" serangan selendang merah yg telah diisi dengan tenaga

dalam yang dapat menghancurkan pohon itu selalu dapat ditepis oleh

sikakek tua.

Wanita cantik itu menjadi semakin marah, kemudian dia meloncat kearah

kakek dan tangannya secepat kilat menghantam ke kepala kakek itu.

"Blaaakkk......!!!!" hantaman tangan wanita cantik itu bertemu dengan

tangkisan tangan si kakek dan kemudian si kakek terdorong mundur tiga

langkah kebelakang tanda kekuatan tenaga dalamnya masih dibawah wanita

itu.

Sementara itu si cucunya yang dari tadi berdiri diam saja di tempat

dengan jarak 5 meter dari kakeknya, terlihat bingung wajahnya karena

selama hidupnya dia belum pernah melihat kakeknya menunjukkan

kemampuan beladiri atau tenaga dalamnya.

Si wanita melihat si kakek terdorong mundur kemudian merangsek maju

lagi dengan tangan kanannya kembali memukul kearah dada si kakek. Si

kakek meloncat menghindar kesamping tapi tangan kiri wanita cantik itu

dengan sangat cepat memukul kearah perut sikakek.

"Buuugggggghhhh....."sikakek masih sempat menangkis serangan si wanita

itu tapi karena kekuatannya masih dibawah wanita itu akhirnya tubuhnya

terdorong lagi mundur beberapa langkah kebelakang. Belum sempat si

kakek bersiaga lagi tiba tiba berkelebat selendang merah kearah

dadanya dengan kecepatan sangat tinggi.

"Blaaaaggggghhh....." dada sikakek terhantam selendang sehingga tubuh

kakek terpelanting kebelakang dan dari mulut sikakek keluar darah

segar.

"Kakek...!!!" teriak sianak kecil sambil berlari kearah kakeknya dan

memeluknya. "kau wanita kejam,... kenapa kau melukai kakekku hanya

karena bola ini??!!!" teriak anak kecil itu sambil melempar bola yang

diambil dari kantongnya kearah wanita itu.

Si wanita itu hanya menunjukkan wajah yang mengejek dan puas melihat

lawannya tergeletak lemah diatas tanah. Dia menjulurkan tangannya

untuk mengambil bola berwarna warni yang dilempar sianak kecil. Tapi

tanpa disangkanya tiba tiba bola yang dilempar anak kecil melayang

berbelok arah kesamping dan entah bagaimana bola itu sudah dipegang

seseorang yang tiba tiba hadir ditempat itu.

Wanita itu terkejut melihat bola itu berbelok arah lemparannya dan

kini sudah dipegang oleh seseorang bertubuh gemuk pendek setinggi 150

cm, kepalanya gundul dan perutnya buncit. Dari wajahnya sepertinya

orang ini sudah berusia lanjut tapi wajahnya seperti raut wajah anak

kecil dengan penuh senyuman.

"Bola bagus.... Bola bagus.... Hehehe aku suka...." Kata si orang yang baru

muncul sambil terkekeh kekeh dengan perut gendutnya

tergoncang-goncang. Si wanita cantik itu marah ketika bola itu diambil

dengan cara yang aneh.

"Heii gundul,.. berikan bola itu kepadaku!!!" teriak si wanita cantik.

Si orang pendek gundul ini seakan tidak mempedulikan ucapan si wanita

dan terus mengamati bola itu seperti anak kecil mendapatkan mainan

baru.

"Huuuh, kau dengar tidak ucapanku?!! " kata si wanita lagi dan ketika

ia menggerakkan tangan, selendangnya meluncur cepat kearah orang

pendek gundul itu.

"Wusshhhh,.... !!!" selendang merah yang meluncur cepat itu tiba tiba

berbelok dan berbalik arah ke arah wanita itu sendiri. "Ahhhh....!!!"

Jerit si wanita yang terkaget melihat selendang yang dilemparnya tiba

tiba berbalik ketubuhnya sendiri sehingga ia menghindar hantaman

selendangnya.

Siwanita ini heran dan terkejut bukan main melihat selendangnya secara

aneh berbalik arah kedirinya sendiri sementara si orang gemuk gundul

itu masih mengamati bolanya dengan asyik tanpa memperdulikan

sekelilingnya seperti seakan akan tidak ada serangan apapun kearahnya.

Si wanita cantik merasa penasaran, digerakan lagi selendangnya

dihantamkan kearah orang gemuk gundul itu dan seperti tadi, sebelum

sampai ketujuan, selendangnya berbalik arah ketubuhnya sendiri tapi

kali ini dengan kecepatan yang bertambah sampai dia tak sampai

menghindar dan perutnya terkena hantaman selendangnya sendiri.

"Wussshhhhh......... blaaaaagggg!!!!" siwanita terdorong kebelakang sampai

tujuh langkah kebelakang dengan tangan memegang perutnya yang

kesakitan terhantam selendangnya sendiri.

"Si-si-siapa kau...!!!" ucap si wanita sambil meringis kesakitan dengan

masih tak percaya keanehan yang terjadi. Orang pendek gemuk tadi tidak

memperdulikan wanita itu dan mulai mendekati sianak kecil yang masih

memeluk kakeknya yang tergeletak ditanah.

"Hmmm kakekmu sepertinya sudah tak kuat lagi!" kata siorang pendek

gemuk kepada anak kecil itu sambil melihat keadaan kakek anak kecil

itu. Si kakek sepertinya mengalami luka dalam yang cukup parah

didadanya sehingga dia mencoba berbisik kepada cucunya: "Jang

(maksudnya ujang yaitu panggilan untuk anak kecil didaerah sunda),

kakek cuma pesan kepadamu,... kalau kakek meninggal, carilah bapakmu,...

nama aslinya Taruma,... ia lahir digunung galunggung ini..."

tak lama kemudian kepala si kakek terkulai lemah dan kedua matanya

tertutup pelan. "kakek... kek... bangun kek..?!!!" ucap si anak kecil

dengan setengah menangis melihat kondisi kakeknya.

Orang pendek gemuk tadi memegang urat nadi dilengan dan meraba hidung

si kakek tua untuk mengecek denyut nadi dan nafas si kakek... lalu ia

berkata: "Nak, kakekmu sudah meninggal...."

Mata anak kecil itu semakin mengucurkan air mata walaupun ia tampak

berusaha menahan untuk tidak menangis. "Kakek jangan meninggal...."

Bisik anak kecil itu dengan lirih, tapi kakeknya sudah tidak bernyawa

lagi.

Dilain tempat, wanita cantik yang sedang kesal bercampur penasaran

melihat orang pendek gundul tadi sedang berbincang bincang dengan anak

kecil itu kemudian berpikir untuk menyerang si orang pendek gundul

dengan tiba tiba selagi dia masih lengah karena masih sibuk

memperhatikan kakek dan cucunya itu. Wanita cantik ini pun mengerahkan

segenap kekuatan tenaga dalam dikedua tangannya dan kemudian meloncat

keorang pendek gundul dengan menghantam kedua tangannya kepada kepala

orang pendek gundul itu.

"Wuuuussssshhh....." pukulan tangan dengan terisi penuh tenaga dalam si

wanita cantik tadi menimbulkan angin pukulan yang kuat menghembus

kearah orang pendek gundul dengan kecepatan yang tinggi. Si wanita

cantik merasa girang melihat si orang pendek gundul tidak menghindari

serangannya dan ia berpikir pasti siorang pendek gundul ini akan

langsung mati terkena pukulannya.

Ketika pukulan kedua tangan si wanita cantik hampir mengenai punggung

si orang pendek gundul, hal aneh kembali terjadi, si wanita cantik itu

merasa pukulan tangannya seperti berbelok kesamping secara cepat dan

tanpa bisa ditahan tubuhnya ikut terdorong kesamping sehingga ia

terpelanting ke atas tanah.

Wanita cantik yang terjatuh ditanah itu kemudian menjerit kesal karena

menahan malu terjatuh tanpa diketahui sebabnya. "Huuhh, setan

gundul...!!!!" lalu si wanita cantik yang kini mulai muncul rasa

takutnya kepada orang pendek gundul itu meloncat kearah bawah gunung

dengan mengerahkan kemampuan meringankan tubuhnya dan dalam sekejab

sudah tak terlihat lagi.

Siorang pendek gundul tadi memberikan bola berwarna warni keanak kecil

tadi dan berkata: "Anak kecil ini bolamu aku kembalikan,... sudah jangan

sedih lagi,... kakekmu sudah meninggal... tidak usah dipikirkan lagi. Dia

sudah menghadap Sang Penciptanya."

"Namamu siapa,... tinggal dimana?" Tanya si orang pendek gundul keanak

kecil itu. Sianak kecil berusaha menahan tangisnya dan sambil menunduk

disamping jasad kakeknya, ia menjawab perlahan pertanyaan orang pendek

gundul itu: "Namaku Sena, aku dan kakekku tinggal di desa kahuripan di

bawah gunung galunggung ini"

Kemudian sianak kecil bercerita bahwa tiap seminggu sekali dia dan

kakeknya mencari tanaman dan akar akaran yang dapat dijadikan obat

oleh kakeknya karena kakeknya berprofesi sebagai tabib yang suka

mengobati penduduk desa yang sakit. Selama ini, anak kecil ini tinggal

dengan kakeknya karena menurut kisah si kakek, orang tuanya sudah

meninggal dunia ketika ia masih kecil. Tapi informasi terakhir

kakeknya mengenai ayahnya yang masih hidup membuat Sena, sianak kecil

membuat hatinya bertanya tanya dalam hatinya.

Si orang pendek gundul kemudian meminta izin ke anak kecil itu untuk

mengubur kakeknya dan setelah diizinkan Sena, orang pendek gundul ini

pergi kesebuah tempat tak jauh dari situ dan dengan tenang dia

mengibaskan kedua tangannya ke tanah.

"Blarrr,... blarrrrrr,..... blaaaarrr" dari kedua tangan si orang pendek

gundul yang digerak gerakan menghembus angin pukulan yang sangat kuat

sampai menghantam tanah dan menghancurkan tanah sampai berhamburan dan

dalam sekejap sudah terbuat lubang besar ditanah.

Sena yang melongo melihat kekuatan tenaga dalam si orang pendek gundul

sejenak lupa akan kepergian kakeknya. Kemudian si orang pendek gundul

menaruh jasad sikakek dalam lubang dan setelah itu menimbun lagi

dengan tanah.

"Hei Sena, sekarang kamu mau tinggal dimana? Masih ada keluargakah

kamu?" Tanya siorang pendek gundul. Sena menggelengkan kepalanya, dan

berucap pelan: "Kakek satu-satunya keluarga saya, saya tidak punya

keluarga lain..." Sena teringat ucapan kakeknya sebelum meninggal, yang

memintanya mencari ayah kandungnya tapi sena sendiri merasa tidak tahu

harus kemana mencarinya karena selama ini ia selalu diberitahukan

kakeknya bahwa orang tuanya sudah meninggal sejak dia masih bayi.

Si orang gemuk gundul ini melihat Sena sejenak lalu menghela napas

panjang lalu ia berkata: "Kasihan kamu,... untuk sementara kamu boleh

ikut saya tapi hanya untuk sementara saja ya,... saya hidupnya ga jelas

ga punya tempat tinggal tetap. Nanti kita carikan kamu tempat tinggal

dan keluarga yang bisa ngurus kamu ya...."

Sena kemudian bertanya: "Kakek bolehkah saya tahu namamu?"

Si orang pendek gundul tertawa terkekeh kekeh sampai perutnya yang

buncit tergoncang goncang: "Saya dipanggil orang orang dengan julukan

si Mbah Tuyul,.... mungkin karena kepalaku gundul dan badanku pendek

mirip tuyul barangkali,... hahaha"

Si Mbah Tuyul berkata lagi: "Kamu panggil saya, Mbah aja"

Sena bertanya lagi: "Baik mbah. Mbah tahu siapa wanita kejam tadi?"

Mbah Tuyul melihat sena dan menjawab: "Untuk apa? Untuk balas dendam kematian kakekmu?"

Sena terdiam dan menunduk dalam tidak berani memandang si Mbah Tuyul.

Si mbah tuyul yang walaupun sudah kakek kakek tapi wajahnya awet muda dan seperti raut anak kecil, lalu berkata: "Dengar ucapan mbah, kakekmu sudah meninggal dan itu sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Kamu mau balas dendam atau tidak, tidak akan membuat kakekmu hidup lagi."

Mbah Tuyul berucap lagi: "Apa manfaat dengan kamu bisa membalas dendam kakekmu dengan membunuh wanita tadi yang terkenal dengan julukan si Putri Selendang Maut itu? Apakah supaya hatimu jadi puas?"

"Yang terjadi nanti akan ada kerabat wanita itu yang akan membalas dendam kekamu dan ini akan terus saling balas berbalas dendam...tidak akan habis-habisnya urusan balas dendam ini"

Sena tidak menjawab ucapan si Mbah Tuyul, ia mengeluarkan bola berwarna dari kantongnya dan berkata: "Bola ini akan aku kembalikan saja ke jasad orang yang punya. Aku tidak mau memiliki bola yang menyebabkan kakek meninggal"

Mbah Tuyul berkata: "Sudahlah bola itu sudah jadi milikmu...orang yang punya sudah meninggal. Dan kakekmu meninggal karena memang sudah ditakdirkan Sang Maha Pencipta bukan gara gara bola ini, tanpa bola inipun kalau memang sudah ditakdirkan, kakekmu akan tetap meninggal dengan apapun penyebabnya"

Mbah Tuyul berucap lagi: "Aku mau kepuncak gunung ini. Mau melihat orang orang hebat berkumpul diatas sana. Ini kejadian yang langka, jarang terjadi, kau harus lihat Sena!!"

Tiba tiba sena merasakan tubuhnya dipeluk Mbah Tuyul dan dalam sekejap tubuh mereka melayang keatas sampai setinggi atas pohon dan dengan kecepatan kilat tubuh mereka berdua melompat lompat diatas pepohonan dengan menginjak dedaunan pohon seakan akan tubuh mereka seringan kapas.

Sena merasakan seperti terbang diatas pepohonan dan melesat cepat kearah atas gunung.

(Bersambung ke Part 2)

Link bagian 2: 

https://www.kompasiana.com/edwardc/dashboard/write/59dcc4883f8bf46500346472

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun