Mohon tunggu...
Edi Mikku Ate
Edi Mikku Ate Mohon Tunggu... Administrasi - Ed1SBD

Mahasiswa di Kampus Swasta Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

CLS Award: Menjadi Manusia Unggul yang Dicintai Tuhan

29 Mei 2019   10:30 Diperbarui: 29 Mei 2019   10:39 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Narsis !...

Adalah ekspresi spontan saat mahasiswa Sumba disodori komitmen pengembangan diri dengan membentuk organisasi mahasiswa daerah bernama Community Lakawa Sumba (CLS).

Itulah perlakuan sinis sewaktu organisasi baru dibentuk, saat belum memiliki nilai apalagi masa depan ! Tak ada yang mau melirik sebelah matapun. Bahkan muncul narasi aborsi terhadap kelahirannya. Seperti anak haram ! Sayangnya itulah fenomena absurdnya, kejamnya ibu tiri belum sekejam ibu kota !

Bagaimana tidak, saat ini manusia sudah di ninabobokan surga kehidupan modern serba gemerlap yang didukung vendor pendukung super canggih. Korporat raksasa trans internasional yang menggurita, tentakel lembutnya mencengkeram begitu erat urat nadi manusia.

Paradoks Teknologi Vs Budaya Organisasi

Akibat paradoks teknologi dengan organisasi daerah ini, tak pelak atribut miring acap disematkan. Organisasi tradisional, kumpulan orang kuno bernostalgia, buang waktu, boros, dan sebagainya.

Padahal kalau ditelisik, TV, HP dan internet merupakan 3 produk pemuncak teknologi modern tercanggih yang melumpuhkan akal sehat manusia dalam konteks penciptaan ide kreatif untuk kemajuan peradaban manusia.

Ekstrimnya, bila tak menyadari kehadiran piranti ini menghipnotis akal sehat bahkan mampu menghibur manusia 'sampai mati'. Memang didesain sebagai visualisasi pesan sponsor kepada target segmen.

Efek teknologi modern juga mereduksi interaksi adab dan kohesitas rasa manusia yang sebenarnya adalah satu kesatuan. Muncul hedonitas generasi yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, cuek bebek terhadap lingkungan. Dampaknya baru akan terasa 10-20 tahun kemudian, terjadi 'missink link' diskontinuitas generasi.

Sejatinya dibutuhkan wadah penangkal efek minor sekaligus sebagai pelestari budaya dan akselerator karya luhur manusia. Diperlukan desain organisasi yang cantik gemulai agar bisa menjadi representasi kompetensi fleksibel bagi stakeholder. Pada tataran praktis bisa bermimikri, mampu menjadi kendaraan apapun dalam upaya mencapai cita-cita organisasi.

Saatnya kita butuh mahasiswa yang tidak saja cerdas secara IQ tetapi juga smart secara EQ serta memiliki kompetensi mumpuni seperti leadership dan networking handal. Sekaligus memiliki budi pekerti luhur yang merupakan pencerminan budaya timur 'adi luhung' yang sudah tereduksi oleh majunya jaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun