Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yudi Latif dengan Negara Paripurna

8 Juli 2011   03:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13100970231794116146

Informasi tentang buku karya Yudi Latif yang berjudul lengkap Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas, saya dapatkan dari harian Kompas. Beberapa artikel di media nasional itu mengutip pendapat Yudi Latif dalam buku ini. Saya pun penasaran, ingin mengetahui seperti apa wujud dan isi buku tersebut.

Sore hari, usai sembahyang di sejumlah pura saat Hari Raya Galungan, saya dan keluarga singgah ke Toko Buku Gramedia Matahari, Denpasar. Maksud hati memang mencari buku itu dan buku Rosihan Anwar yang berjudul Belahan Jiwa. Menyusuri lapak-lapak buku baru, saya belum juga menemukan buku tersebut. Lalu, saya putuskan bertanya kepada karyawan setempat, dan dia membantu menunjukkan buku yang saya maksud. Eh ternyata, kedua buku baru itu diletakkan berdampingan. Saya sangat ingin membeli kedua-duanya sekaligus, tapi dengan pertimbangan dana, saya putuskan hanya membeli karya Yudi Latif. Buku karya Rosihan Anwar akan saya beli kemudian. Buku Yudi Latif, saya pikir, dapat menjadi sumber referensi studi saya, sehingga buku karya doktor sosiologi-politik itulah yang saya prioritaskan.

Begitu sampai di rumah, dengan tidak sabar saya membuka buku berharga Rp.195.000,- tersebut. Buku itu berketebalan xxvii + 667 halaman. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2011. Isinya? Buku ini mengandungsejarah Pancasila, sebuah sejarah panjang yang terbentang di belakang kelahirannya. Inilah yang dimaksudkan Yudi Latif dengan historisitas. Keberadaan Pancasila dengan sejarah panjangnya itu secara rasional memang merupakan kehendak bangsa, pilihan terbaik untuk menyatukan keberagaman etnik yang ada di bumi Nusantara. Pancasila adalah jawaban bagi pluralitas bangsa ini. Inilah yang dimaksud oleh si penulis dengan rasionalitas. Dalam buku ini, Yudi Latif berupaya mengkontekstualkan kelima nilai luhur Pancasila dengan kebutuhan kekinian. Inilah rupanya yang dimaksudkan penulisnya dengan aktualitas. Dengan begitu, anak bangsa ini tidak hanya dituntut untuk kembali kepada Pancasila, bahkan juga menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dengan cara mengaktualisasikan ke dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gagasan-gagasan brilian dalam buku ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan enak dibaca tanpa menghilangkan kadar keilmiahannya. Oleh karena itu, karya berharga ini pantas dibaca oleh siapapun yang mengaku sebagai warga negara Indonesia. “… semoga buku ini sedikit banyakmenjadi sumbangan buat dimulainya pencerahan bangsa kita atau aufklarung sebagai titik balik menuju renaissance atau kebangkitan kembali bangsa kita,” tulis ekonom Kwik Kian Gie, dalam endorsement-nya.

Saya membaca buku ini dengan gaya seperti tupai, melompat-lompat, agar segera mengetahui isinya secara sepintas sehingga dapat mengabarkannya di sini. Saya masih harus terus membaca buku ini sampai tuntas, he he. Selamat siang dan selamat beraktivitas.

(I Ketut Suweca , 8 Juli 2011)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun